Apa kekurangan dari Sinetron Indonesia?

Sinetron Indonesia

Dunia hiburan Indonesia sangatlah beragam. Salah satunya yaitu sinetron (singkatan dari sinema elektronik). Acara hiburan ini muncul mulai tahun 90-an di TVRI. Sekarang, stasiun-stasiun di negeri ini memiliki acara hiburan andalan yang menarik penonton dan meningkatkan rating televisi mereka. Namun, saat memasuki tahun 2000-an, acara sinetron semakin kurang populer. Semakin lama, peminat sinetron Indonesia semakin berkurang. Sehingga banyak stasiun televisi sekarang mengimpor sinetron/serial dari luar negeri, seperti India, Turki, dan Korea Selatan untuk memperbaiki rating mereka akibat kurangnya penonton. Yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan sinetron kurang populer dan kurang peminat? Di posting-an ini, akan membahas apa yang menyebabkan hal itu.

Di hal ini, saya menemukan 3 kekurangan dari sinetron Indonesia yang menyebabkan kurang populer di kalangan masyarakat, yaitu :

  1. Skenario sinetron yang kurang kreatif

GGS

Yah, mungkin di hal skenario sinetron, banyak penonton yang sudah tahu kesannya. Menurut wikipedia, terdapat 128 sinetron Indonesia yang mengadaptasi (atau plagiat/plagiasi) karya luar negeri, baik dari aspek adegan, dialog, dan setting cerita. Sebagai contoh, sinetron “Ganteng-Ganteng Serigala” yang tayang SCTV. Alasan diproduksinya sinetron ini karena masuknya film “Twilight” di Indonesia yang menarik para penonton, terutama para remaja.

  1. Perwatakan tokoh yang berlebihan​

​Di hal ini, yang dimaksud adalah perkembangan watak tokoh di setiap episode. Coba dibandingkan dengan sinetron luar negeri dalam hal watak antagonis. Menurut survey, watak antagonis di sinetron luar negeri akan muncul dan mencapai puncak di episode 15-20, sedangkan pada sinetron Indonesia, antagonis sudah nampak pada episode 5-7, bahkan pada episode 2 atau 3. Hal ini membuat penonton tidak tahu jalan cerita yang membuat tokoh itu memuncak karakter jahatnya, sehingga penonton tidak mudah memahami sinetron yang ditonton dan merasa jenuh. Karena hal itulah, peminat sinetron Indonesia berkurang. Sedangkan pada watak protagonis, tokoh yang berperan sebagai watak tersebut pada sinetron Indonesia terlihat seperti orang yang lemah atau tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka seperti pasrah menghadapi konflik/klimaks cerita dan hanya mengharap bantuan orang lain. Hal ini membuat sinetron tersebut terlihat tak ada kesan sifat baik.

  1. Penunjang dalam sinetron yang kurang menarik

image

​Penunjang dalam sinetron yang paling menonjol adalah animasi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia hebat dalam membuat film atau serial animasi, seperti Battle of Surabaya (2015) atau Adit & Sopo Jarwo (2014). 2 karya Indonesia itu telah membuat banyak masyarakat yang menonton dan menyukainya. Namun, Indonesia masih kurang bisa menggabungkan animasi dengan sinetron dunia nyata. Yah, kalau ini penonton sudah tahu. Animasi masih kurang menyatu dengan dunia nyata, sehingga animasi yang seharusnya menjadikan sinetron yang diproduksi menjadi lebih menarik, malah menjadi bahan lelucon di mata masyarakat. Pemberian efek yang berlebihan pada sinetron juga membuat masyarakat bingung atau hanya menjadikannya sebagai bahan tertawaan.