Apa itu Tradisi Wahyu Kliyu

Warga Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro, Karanganyar memiliki tradisi yang dirayakan setiap Bulan Sura tanggal 15 atau bulan purnama. meski terpelosok namun dusun ini memiliki potensi kebudayaan yang luar biasa, karena hingga saat ini kebudayaan tersebut masih terjaga, hal ini justru menjadi daya tarik wisatawan yang melihat atau mengikuti acara yang masih kental akan warisan nenek moyang.

Upacara adat itu sudah dilaksanakan sejak zaman Ki Renggo Wijoyo menjabat kepala desa. Menurut perhitungannya itu sudah delapan generasi hingga sekarang. Makam Rondo Menang ada di tengah-tengah Dusun Kendal. Masih sering didatangi orang yang percaya dan melakukan ritual. Terutama saat pemilihan umum. Makam masih dirawat warga.

Setiap keluarga wajib menyumbangkan apam. Upacara adat dilakukan dengan melemparkan apam satu demi satu ke tempat yang sudah disediakan panitia upacara adat. Upacara dimulai dengan membaca Bismillah lalu mengucapkan Wahyu Kliyu sembari melempar apam satu demi satu.

        Bagi masyarakat dusun Kendal kebudayaan ini sudah menjadi identitas mereka. Kebudayaan ini menjadikan apem sebagai media pelaksanaan Wahyu Kliyu, Wahyu Kliyu sendiri berasal dari Bahasa Arab yaitu “yaa hayyu ya qoyyum”atau “ya qowiyu” yang artinya “yang memberi kekuatan”.Wahyu Kliyu merupakan upacara adat Jawa apeman yang dilaksanakan sebagai rasa syukur bahwa setiap tahun tanah di dusun tersebut diberi kesuburan sehingga mendapatkan polowijo, padi, buah-buahan dan lain-lainnya yang melimpah atau bisa disebut sedekah bumi.

Sejumlah warga Dukuh Kendal mempercayai apabila menghentikan upacara adat itu maka akan menyebabkan malapetaka. Dahulu, warga pernah menghentikan upacara adat Wahyu Kliyu. Saat itu tanah warga kering karena kemarau panjang, banyak warga sakit, dan bencana alam lindu. Lalu lurah saat itu bermimpi tanah di Dusun Kendal itu berlubang besar. Dia mengumpulkan tokoh masyarakat dan menceritakan mimpi. Salah satunya abdi dalem Keraton Solo, Rondo Menang.

Keesokan hari, tanah di Dusun Kendal bengkah. Sejumlah warga berinisiatif mengukur kedalaman retakan tanah menggunakan genter atau bambu yang disambung-sambung. Tetapi tidak pernah sampai dasar. Anehnya, saat warga menarik bambu itu, ujung bambu terselip gobang. Rondo Menang menyarankan kepala desa saat itu menghadap Raja Keraton Solo untuk melaporkan kejadian itu. Keraton memerintahkan warga melaksanakan Wahyu Kliyu lagi dengan 344 apam. Maknanya gotong-royong. Warga bawa apam setenggok dan daun pisang,

1 Like

Upacara adat Wahyu Kliyu merupakan upacara yang rutin dilaksanakan oleh maksyarakat jawa tepatnya oleh masyarakat Dusun Kendal, Desa Jatipuro. Wahyu Kliyu itu dari kalimat ya hayyu ya qayyum . Maknanya meminta kehidupan dan kekuatan kepada Allah. Memohon kesejahteraan dan berkah melimpah. Ini sekaligus melestarikan budaya.
Upacara adat itu sudah dilaksanakan turun temurun. Menurut para sepuh, upacara adat itu sudah dilaksanakan sejak zaman Ki Renggo Wijoyo menjabat kepala desa. Menurut perhitungannya itu sudah delapan generasi hingga sekarang.
Sejumlah warga Dukuh Kendal mempercayai apabila menghentikan upacara adat itu maka akan menyebabkan malapetaka. Dahulu, warga pernah menghentikan upacara adat Wahyu Kliyu. Rakino mengungkapkan tanah warga kering karena kemarau panjang, banyak warga sakit, dan bencana alam lindu.
Saat terjadi bencana tersebut Keraton memerintahkan warga melaksanakan Wahyu Kliyu lagi dengan 344 apam. Maknanya gotong-royong. Warga bawa apam setenggok dan daun pisang
Setiap keluarga wajib menyumbangkan apam. Upacara adat dilakukan dengan melemparkan apam satu demi satu ke tempat yang sudah disediakan panitia upacara adat. Upacara dimulai dengan membaca Bismillah lalu mengucapkan Wahyu Kliyu sembari melempar apam satu demi satu.

1 Like