Apa yang anda ketahui tentang tanaman asparagus?

Tanaman asparagus (Asparagus officinalis) adalah tanaman asli Eropa yang tunas mudanya dipotong saat panjangnya sekitar 25 cm dan dimakan sebagai sayuran.

Asparagus (Asparagus officinalis L.) merupakan tanaman tahunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini tumbuh bergerombol menghasilkan rebung seperti pada tanaman bambu. Asparagus yang berasal dari genus Asparagus officinalis dapat dikonsumsi sebagai sayuran, sedangkan dari genus lain dimanfaatkan sebagai tanaman hias (Onggo 2013). Asparagus yang berada dipasaran umumnya terdapat tiga jenis, asparagus putih, asparagus hijau, dan asparagus ungu (Gambar 1). Akan tetapi, asparagus jenis hijau memiliki permintaan yang lebih tinggi. Menurut ITIS (2020) taksonomi dari asparagus yaitu:

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Asparagaceace
Genus : Asparagus
Spesies : Asparagus officinalis L.

Gambar 1. Asparagus

Asparagus dapat tumbuh hingga 1,5-2 m dengan batang yang berair dan memiliki banyak cabang. Daunnya berbentuk segitiga dengan panjang 3-7 mm. bunga berbentuk lonceng dan berwarna putih kehijauan hingga kekuningan. Batang terdiri dari batang primer dan sekunder. Panjang bunga sekitar 4,5-6,5 mm. Asparagus termasuk tanaman berumah dua memiliki bungan jantan dan betina yang terpisah. Bunga betina mengandung pistil dan benang sari yang utmbuh dengan baik, sedangkan bunga jantan memiliki 6 benang sari. Buah berbentuk kecil dengan diameter 6,8 mm berwarna hijau sewaktu muda dan berubah menjadi merah setelah tua (matang).

Anatomi tanaman asparagus

Gambar 2. Anatomi tanaman asparagus. Sumber: Harb et al. (2016)

Asparagus berasal dari daerah Eropa Timur, Kaukasus dan Siberia. Yunani dan Romawi mengembangkan asparagus yang tumbuh pada negara timur, dimana mereka mengambil dari bahasa Iran sparega yang berarti batang atau tunas lalu menjadi asparagos atau asparagus dalam bahasa Yunani dan Latin. Romawi kemudian menyebarkan budaya untuk menanam asparagus keseluruh Eropa.

Gambar 3. Buah asparagus. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Beberapa kultivar dari asparagus antara lain Appolo, Atlas, Grande, Purple Passion, UC 157-F, Duele Verde, JWC-1, Pacific Purple, Pacific 2000. Onggo (2008) menjelaskan jika kultivar Atlas, Purple Passion dan Pacific Purple memiliki prospek hasil yang tinggi, namun karena Purple Passion dan Pacific Purple memiliki rebung yang berwarna ungu dan kurang diminati oleh konsumen, maka kultivar Atlas dapat lebih dikembangkan dibandingkan kultivar lain. Selain itu kultivar Atlas menurut beberapa penelitian mempunyai kemampuan adaptasi yang baik, hasil yang tinggi dengan jumlah rebung yang berkualitas serta memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit karat (Puccinia asparagi).

Syarat Tumbuh


Asparagus dapat tumbuh pada daerah subtropis maupun daerah tropis. Asparagus di daerah subtropis hanya di panen pada musim semi, sedangkan pada musim dingin tanaman mengalami dorman sehingga pertumbuhan dan produksinya terhenti. Berbeda dengan daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi sepanjang tahun meskipun umur produksi lebih pendek dan lebih rentan terhadap serangan penyakit sepanjang tahun.

Tanaman asparagus dapat tumbuh pada daerah pegunungan tropis dengan suhu antara 10-13º C, dan pada daerah perbukitan dengan ketinggian antara 200-1900m dpl. Tanah yang cocok untuk tanaman asparagus yaitu tanah podsolik merah kuning dengan curah hujan antara 2500-3500 mm setahun tanpa bulan kering.

Gambar 4. Lahan budidaya asparagus. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2018)

Cara Budidaya


Tanaman asparagus dapat dibudidayakan dengan cara generatif yaitu persemaian dan pemindahan tanaman bibit, sedangkan cara vegetatif dengan pemisahan tanaman.

  1. Persemaian (Penanaman Benih Secara Langsung)
    Dengan cara budidaya ini, asparagus membutuhkan waktu yang lebih lama hingga tanaman dapat berproduksi. Benih berasal dari tanaman betina yang memproduksi buah. Buah dari asparagus berwarna hijau dan ketika matang akan berubah berwarna merah. Buah kemudian dijemur hingga kering dan digunakan untuk persemaian. Benih yang akan disemai direndam terlebih dahulu dalam air dengan suhu 27ºC selama 24-28 jam. Benih yang mengapung tidak digunakan karena kualitasnya rendah.

  2. Pemindahan tanaman bibit
    Bibit yang digunakan untuk pemindahan yaitu bibit yang sudah berakar. Umur bibit yang sesuai yaitu pada umur 10-12 minggu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pemindahan diantaranya yaitu: bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam kembali, akar dan pucuk tanaman sebaiknya dipangkas hingga berukuran 20 cm. Keunggulan menggunakan bibit yaitu kondisi pertanaman akan seragam dan persentase pertumbuhan lebih tinggi saat di lahan.

Kandungan Asparagus


Asparagus memiliki kandungan gizi yang sangat baik. Sayuran ini memiliki kalori yang rendah dan kandungan serat yang tinggi. asparagus mengandung nutrisi tinggi seperti vitamin, mineral (Al-Snafi 2015) dan asam amino (Slupski et al. 2010). Asparagus dapat menghasilkan fenol hingga 285,22 mg GAE/100g bb (Duniaji et al. 2016).

Kandungan Asparagus

Kandungan senyawa fenolitik yang dihasilkan oleh asparagus ini kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai pangan sumber antioksidan alami. Hal ini dikarenakan senyawa fenol umumnya merupakan antioksidan primer. Berdasarkan rekomendasi (USDA Nutrient Database) komposisi gizi dalam 100 gr asparagus terdiri dari 85 kJ energi; 3,88 g karbohidrat; 1,88 g gula; 2,1 g serat pangan; 0,12 g lemak; 2,20 protein; 0,143 mg thiamin; 0,141 mg riboflavin; 0,978 mg niacin; 0,274 mg panthothenic acid; 0,091 mg vitamin B6; 52 µg asam folat (vitamin B9); 5,6 mg vitamin C; 1,1 mg vitamin E; 41,6 µg vitamin K; 24 mg kalsium; 2,14 mg zat besi; 14 mg magnesium; 0,2 mg mangan; 52 mg posfor; 202 mg kalium, dan 0,54 mg seng.

Hama dan Penyakit Asparagus


Selama proses budidaya asparagus, terdapat beberapa kendala yang menjadi perhatian penting, yaitu adanya serangan oleh hama maupun penyakit. Adanya serangan ini dapat berakibat pada proses pertumbuhan yang tidak normal. Selain itu, juga berdampak pada produktivitas dari asparagus apabila terjadi serangan yang parah maka mengakibatkan kerugian. Beberapa hama dan penyakit yang menyerang antara lain:

  1. Lalat pengorok asparagus
    Hama merupakan jenis Ophiomyia simplex Loew dari family Agromyzidae yang menyerang pada bagian dalam batang.

  2. Asparagus aphid
    Disebabkan oleh Brachycorynella asparagi yang termasuk dalam family Aphididae. Hama ini mengakibatkan pertumbuhan dan batang yang terlihat seperti terpelintir.

!Aphid|243x233, 75%](upload://fMN0g3kcWEbO4TvjnWU5ud8tNUm.png)
Gambar 5. Aphid. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Kumbang
    Berasal dari jenis Crioceris asparagi L. termasuk dalam family Chrysomelidae. Menyebabkan kerusakan cladhophyl sehingga pengangkutan hasil fotosintesis terganggu. Pertumbuhan tanaman akan terhambat (kerdil) dan daun-daunnya menguning (klorosis).


Gambar 6. Kumbang Crioceris asparagi L. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Kutu kebul
    Jenis yang menyerang asparagus yaitu Bemisia sp. dan menyerang bagian daun. Susanto et al. (2018) menjelaskan jika hama ini dapat meyerang secara langsung dengan menghisap cairan yang ada pada tanaman sehingga daun menjadi klorosis. Bentuk serangan tidak langsung yaitu beberapa strain kutu kebul dapat menghasilkan embun jelaga yang dapat menyebabkan proses fotosintesis tidak berlangsung secara normal.

  2. Ulat grayak
    Jenis yang menyerang asparagus yaitu Spodoptera ornithogalli (Guenée) dari family Scarabaeidae. Larva dewasa berukuran 1,5 inchi, memiliki garis berwarna merah atau putih pada bagian tengah punggung. Merusakan dengan memakan tanaman asparagus. Hama ini bukan termasuk hama utama pada pertanaman asparagus.


Gambar 7. Spodoptera ornithogalli. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Penyakit stem blight (Phomopsis asparagi)

  2. Penyakit karat
    Disebabkan oleh Puccinia asparagi yang menyerang bagian daun. Lesio berbentuk oval dengan warna hijau terang, pada musim panas awal lesio akan cekung dan berwarna oren, pada musim panas pertengahan berwarna merah, dan awal musim gugur berwarna hitam. Serangan yang parah dapat menyebabkan daun rontok.

Lesio berwarna oren
Gambar 8. Lesio berwarna oren. Sumber: Morrison et al. (2014)

Lesio berwarna hitam
Gambar 9. Lesio berwarna hitam. Sumber: Morrison et al. (2014)

Lahan yang terserang karat
Gambar 10. Lahan yang terserang karat. Sumber: Morrison et al. (2014)

Batang yang terserang karat
Gambar 11. Batang yang terserang karat. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Penyakit layu (Fusarium sp.)
    Beberapa jenis patogen tular tanah yang menjadi sumber penyakit pada asparagus yaitu Fusarium moniliforme Sheldon, F. proliferatum dan F. oxysporum Schl. f. sp. aspargi Cohen. Sering menyerang saat tanaman dalam kondisi cekaman kekeringan.

Spora dari Fusarium pada bagian batang
Gambar 12. Spora dari Fusarium pada bagian batang. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Busuk
    Disebabkan oleh Phytophthora dari jenis P. megasperma, P. megasperma var. sojae, P. crytogea, P. cactorum dan P. richardiae yang mengakibatkan tanaman asparagus tidak dapat berdiri setelah proses pemindahan. Patogen ini dapat menyerang bagian crown dan akar. Infeksi terjadi saat tanah dalam kondisi basah. Gejala yang terlihat yaitu akar menjadi lunak dan menguningnya tanaman yang terinfeksi.

Akar mengkerut
Gambar 13. Akar mengkerut. Sumber: Morrison et al. (2014)


Gambar 14. Tanaman tidak tumbuh tegak. Sumber: Morrison et al. (2014)

  1. Bercak daun dan batang
    Disebabkan oleh Stemphylium vesicarium (Wallr.) Simmons yang dapat menyebabkan defoliasi atau kerontokan daun yang parah pada musim panas sehingga dapat mempengaruhi potensi hasil. Bercak berwarna ungu, berbentuk oval.

Gejala bercak ungu pada batang
Gambar 14. Gejala bercak ungu pada batang. Sumber: Morrison et al. (2014)

Lahan yang terserang bercak ungu
Gambar 15. Lahan yang terserang bercak ungu. Sumber: Morrison et al. (2014)

Pengendalian Hama dan Penyakit Asparagus


Serangan hama dan penyakit dapat dikendalikan dengan beberapa cara, baik secara fisik, mekanik maupun kimiawi. Cara yang dapat dilakukan diantaranya dengan memasang perangkap seperti pitfall, membuat penghalang pada lahan budidaya, mengambil hama yang ada ataupun tanaman yang sudah terserang penyakit sehingga tidak terjadi penularan. Pengedalian dengan kultur teknik yaitu dengan memperhatikan sistem dalam bercocok tanam. Cara tersebut yaitu dengan melakukan sanitasi terhadap lahan pertanaman, melakukan pengelolaan air, adanya pergiliran tanaman dan menanam refugia yang dapat berfungsi sebagai habitat bagi musuh alami maupun tanaman pengganti bagi hama atau penyakit serta menggunakan varietas tahan seperti Atlas yang terbukti tahan terhadap serangan penyakit.

Cara pengendalian penyakit pada asparagus dapat dilakukan dengan memberikan larutan garam pada media tanam asparagus. Kruistum et.al. (2004) melaporkan bahwa larutan garam yang digunakan pada pertanaman asparagus terbukti dapat menekan penyakit yang disebabkan oleh Fusarium. Dosis rekomendasi menurut Ester et al. (2003) yaitu 1000 kg per hektar yang diaplikasikan pada bulan Juli dan Oktober. Selain itu dapat juga dikendalikan secara kimiawi, yakni disemprot insektisida yang berbahan aktif Permetrin untuk mengendalikan kumbang, insektisida yang mengandung bahan aktif Karbofuran ataupun Monokrotofos untuk hama pengorok. Pengendalian non kimiawi dari penyakit layu dapat dilakukan dengan cara memnagkas bagian tanamn asparagus yang sakit (terserang), mencabut seluruh tanaman yang terserang parah, memperbaiki drainase tanah, dan menjaga agar kondisi kebun tidak terlalu lembab. Pengendalian kimiawi dengan menyemprotkan fungisida yang mengandung bahan aktif Benomonil.

DAFTAR PUSTAKA
  • Al-Snafi AE. 2015. The pharmacological importance of Asparagus officinalis: a review. J Pharm Biol 5: 93–98

  • Anido FL, Cointry E. 2008. Asparagus. In: Prohens J, Nuez F (eds) Vegetable II. Handbook of Plant Breeding. New York: Springer. pp 87-119

  • Duniaji AS, Suprapta DN, Puspawati NN, Yoga IB. 2016. Studi komponen bioaktif asparagus (Asparagus offcinalis) dan potensinya sebagai antioksidan. J Ilmiah Teknologi Pertanian 1(1): 56-61

  • Ester A, Van Rozen K, Molendijk LPG. 2003. Field experiments using the rhabditid nematode Phasmarhabditis hermaphrodita or salt as control measures against slugs in green asparagus. J Crop Protection 22: 689-95

  • Harb RK, El-Koblsy OS, Desoukey SF. 2016. Anatomical and chemical investigations on Asparagus officinalis L. (asparagaceae). J Agric Sci 24(2): 655-664

  • SELF Magazine: Women's Workouts, Health Advice & Beauty Tips | SELF

  • ITIS. 2020. ITIS standard report page: Asparagus officinalis. Diakses 15 Desember 2020.

  • https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=42784#null

  • Kruistum G, Van JT, Poll J, Meijer, Lievens M. 2004. Effect of NaCl on asparagus quality, production and mineral leaching. ISHS XI International Asparagus Symposium Acta Horticulturae vol. 776

  • Morrison WR, Linderman S, Hausbeck MK, Werling BP, Szendrei Z. 2014. Disease and insect pests of asparagus. Extension Bulletin Michigan State University pp. 1-8

  • Onggo TM. 2008. Kualitas bibit dan potensi hasil sembilan kultivar introduksi asparagus di Lembang, Jawa Barat. J Agrikultura 19(1): 37-41

  • Onggo TM. 2013. Budidaya tanaman asparagus di daerah tropis. Bandung: Unpad Press

  • Setiawati A. 2020. Perbanyakan tanaman asparagus (Asparagus officinalis) melalui pemisahan, pemindah tanaman bibit dan persemaian pada kelas xi agribisnis tanaman pangan dan hortikultura SMK N 1. Simpul Juara 2(2): 55-65

  • Słupski J, Korus A, Lisiewska Z, Kmiecik W. 2010. Content of amino acids and the quality of protein in as-eaten green asparagus (Asparagus officinalis L.) products. Int J Food Sci Technol 45: 733–739

  • Susanto A, Supriyadi Y, Tohidin, Iqbal M. 2018. Keragaman serangga hama pada tanaman asparagus (Asparagus officinalis L.) di sentra budidaya tanaman agroduta Lembang Jawa Barat. J Agrikultura 29(1): 48-54

1 Like