Apa yang dimaksud dengan Syair Agama?

Syair

Syair agama adalah jenis syair yang berisi tentang ajaran agama dan nasihat bijak. Salah satu tohoh yang pertama kali menulis syair ini yaitu Hamzah Fansuri. Ada beberapa jenis syair agama yaitu syair ajaran islam, syair sufi, syair cerita nabi dan syair nasihat. Contoh syair agama antara lain syair Hamzah Fansuri, Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Raksi (syair ramalan kejadian) dan syair tabir mimpi.

Contoh syair agama adalah sebagai berikut,

Dengarkanlah wahai kawan sejati,

Syair sederhana dari lubuk hati,

Tentang hidup dunia fana ini,

Tentang kerikil yang kena dihadapi,

Hidup sementara hanyalah untuk beribadat,

Bukan mengumpat bukan maksiat,

Janganlah terbuai godaan syahwat,

Hingga ibadah kena terlewat,

Janganlah lalai akan sholat,

Janganlah kikir akan zakat,

Kenalah kita perbanyak sholawat,

Guna bekal kelak di akhirat,

Tuhan tak pernah lupa,

Tuhan pun tak pernah memalingkan kita,

Sebab Tuhan selalu bersama kita,

Tapi kita selalu lupa pada-Nya,

Kemanakah kita di waktu bahagia,

Memilih sesama meluapkan suka,

Kemanakah kita di kala lara,

Teringat Tuhan mengeluh duka,

Cobalah tuk selalu ingat pada Illahi,

Berdoa dan berserah diri,

Baik suka duka dalam diri,

Ya Allah ya Tuhan kami,

Seringkanlah kita memohon ampun,

Agar jiwa laksana embun,

Janganlah sampai nanti tertegun,

Saat nyawa lepas dari ubun-ubun,

Syair merupakan suatu bentuk puisi lama dalam kesusastraan Melayu, seperti pantun syair terdiri dari empat baris dalam satu bait tiap baris terdiri dari empat sampai lima kata kecuali bila baris itu menggunakan kata-kata tugas (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005). Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam di Indonesia.

Kata atau istilah syair berasal dari Bahasa Arab yaitu syi‟ir atau syu‟ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu‟ur berkembang menjadi syi‟ir yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.

Dalam perkembanganya syair mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fanzuri dengan karyanya, antara lain: syair Perahu, syair Burung Pingai, syair Dagang, dan syair Sidang Fakir.

Menurut Sumarni (2000) dalam menciptakan sebuah syair yang baik, sastra merupakan unsur disiplin dasar yang harus dikuasai oleh para penyair. Dapat dikatakan bahwa seorang penyair itu harus mahir dalam bahasa. Karena syair juga bisa dikatakan sebagai puisi, seorang penyair harus mampu memilih kata-kata yang tepat, mempunyai perbendaharaan kosa kata yang luas sehingga dapat mengungkapkan maksud dengan gaya bahasa yang cocok dan tepat dalam menciptakan sebuah lagu.

Melalui syair pencipta atau biasa disebut dengan penyair ingin menyampaikan pesan yang merupakan ekspresi terhadap apapun yang ia rasakan, terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, dimana ia ikut berinteraksi di dalamnya. Jadi sebuah syair bukanlah rangkaian kata-kata indah semata, tetapi lebih dari itu syair merupakan representasi dari realitas yang dilihat atau dirasakan oleh si pencipta. Realitas inilah yang mengilhami seorang pencipta dalam membuat syair. Salah satu realitas yang ada di masyarakat kita saat ini dan yang menarik perhatian penulis adalah fenomena religius.

Penjelasan di atas yang menyatakan bahwa pada dasarnya syair adalah puisi yang penulisannya sama-sama menggunakan sajak, maka penulisannya mengacu pada unsur puisi sebagai unsur pembentuk syair. Namun, penulis tetap akan menggunakan istilah syair untuk mempermudah dalam penjelasan, disamping agar tidak ada perbedaan istilah.

Kosasih dalam buku Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra (2012) menjelaskan beberapa ciri-ciri syair yaitu:

  1. Setiap bait terdiri dari empat baris.

  2. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.

  3. Memiliki pengulangan bunyi atau bersajak a-a-a-a.

  4. Keempat baris merupakan rangkaian isi cerita.

Unsur-Unsur Pembentuk Syair


Unsur pembentuk syair menurut Aminuddin (1991) adalah sebagai berikut:

  1. Unsur bunyi
    Unsur bunyi mempunyai peranan dalam menciptakan nilai keindahan lewat unsur kemerduan, menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa, suasana batin dan sikap penyair.

  2. Unsur kata
    Pemilihan kata dalam pembuatan syair lagu tergantung dari seberapa pintar penulis memilih kata yang tepat. Kata berdasarkan bentuk dan isi terbagi atas: lambang yaitu kata yang maknanya sesuai dengan makna kamus (leksikal), udterance atau indice yaitu kata yang maknanya sesuai dengan konteks pemakaiannya, simbol yaitu kata yang mengandung makna ganda (konotatif).

  3. Unsur baris
    Baris dalam sebuah syair lagu pada dasarnya merupakan tempat, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat kata. Namun penataan baris juga memperhatikan masalah rima serta penataan pola persajakan.

  4. Unsur bait
    Bait adalah satuan yang lebih besar dari baris atau larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mengandung satu kesatuan pokok fikiran.

  5. Unsur tipografi
    Tipografi adalah aspek artistik visual syair , untuk menciptakan makna dan suasana tertentu. Tipografi ini bisa berbentuk persegi panjang, segitiga, atau tidak beraturan.

Jenis-Jenis Syair


Menurut isinya syair dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

  1. Syair Panji
    Syair Panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau berasal dari dalam istana.

  2. Syair Romantis
    Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat.

  3. Syair Kiasan
    Syair Kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu.

  4. Syair Sejarah
    Syair Sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah, yang sebagian besar berisi tentang peperangan.

  5. Syair Agama
    Syair Agama merupakan syair terpenting. Syair Agama berisi tentang ajaran-ajaran agama dan juga kepercayaan. Syair Agama dibagi menjadi empat yaitu :

  • syair Sufi
  • syair Tentang Ajaran Islam
  • syair Riwayat Cerita Nabi
  • syair Nasihat.

Syair agama merupakan syair yang mengandung tema ajaran ilmu tasawuf seperti yang telah diciptakan oleh Hamzah Fasuri pada abad ke enam belas.

Syair agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu:

  1. Syair sufi
  2. Syair tentang ajaran Islam
  3. Syair riwayat cerita nabi
  4. Syair nasihat

Perlu diketahui, setiap syair pasti mengandung pesan tertentu. Pesan tersebut dapat kita simpulkan setelah memahami isi sebuah syair. Dalam perkembangan sastra dewasa ini, istilah syair dipersamakan dengan gurindam. Kedua istilah itu dapat dipadankan dengan istilah puisi sebagaimana yang terdapat dalam konvensi sastra pada umumnya. Meskipun demikian, kasidah memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi identitasnya. Di antara karakteristik tersebut ialah bahwa syair merupakan struktur yang terdiri atas unsur-unsur pembentuknya sebagai sistem tanda yang menunjukkan makna tertentu dari sebuah kasidah, karya yang memiliki keterkaitan dengan teks lain yang dijadikan pijakan, referensi, atau penguat, dan sebagai karya yang memiliki fungsi tertentu bagi para pembaca atau penikmatnya.

Struktur Fisik Syair

Yang dimaksud dengan struktur fisik syair ialah unsur-unsur yang membentuk sebuah syair. Unsur tersebut dapat dirasakan melalui indra. Istilah struktur fisik ini sama dengan istilah metode puisi sebagaimana yang dikatakan oleh Tarigan (1984). Pendapat ini sejalan dengan pendekatan struktural yang dikemukakan Culler (1983). Dia memandang karya sastra sebagai unsur-unsur yang tidak otonom, tetapi bersistem dan koheren. Unsur tersebut beroleh makna dari sistem hubungan tadi. Selanjutnya, Tarigan menjelaskan bahwa unsur struktur fisik puisi itu terdiri atas diksi, imaji, kata konkret, majas, ritme, dan irama. Unsur-unsur tersebut pun terkandung dalam sebuah syair. Jika ditinjau dari segi jumlah baitnya, syair terdiri atas beberapa jenis. Menurut Al-Kina’, dalam buku Majmu’ Muhimmatil Mutun, syair yang terdiri atas satu bait disebut ”mufrad", yang terdiri atas 2 bait disebut “nutfah” yang terdiri dari 3 hingga 6 bait disebut “qit’ah”, dan yang terdiri atas 7 bait atau lebih disebut "gurinda," (Piah, 1989). Struktur syair sebelum periode modern hanya menganut struktur terikat. Struktur ini mengikuti pola tertentu dan sistem yang baku. Pola yang diikuti penyair ialah dalam hal pembaitan, jenis sampiran dan isi.