Kemasan yang umumnya berwarna putih susu dan kaku ini sering dijadikan pengemas makanan. Awalnya bahan ini didesain untuk pengamanan barang elektronik, seperti: TV, radio, kulkas, dan lain-lain. agar tahan benturan ringan. Saat ini bahan tersebut dimanfaatkan juga sebagai pengemas makanan, karena mudah diperoleh, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, serta tahan suhu panas dan dingin sehingga kita mengabaikan dampak dan efek kesehatan serta lingkungan. Umumnya pembungkus makanan ini sudah menjadi salah satu pilihan pembungkus favorit tukang somay, bubur ayam, nasi goreng, capcay, mie instan, dan sebagainya.
Proses Kimia Pembentukan Styrofoam
Styrofoam atau yang dikenal dengan nama dagangnya styrene merupakan benda berwarna putih susu dan bersifat ringan. Styrofoam terbuat dari butiran-butiran styrene yang diproses dengan menggunakan benzene. Bahan ini terbentuk sebagai monomer yang tergabung satu sama lain menjadi polisrtyrene atau secara umum disebut polyfoam. Monomer bahan-bahan pembentuk plastik pada styrofoam merupakan rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil menjadi bentuk polimer. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar melalui urine maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu gangguan kesehatan.
Keunggulan Pemakaian Styrofoam
Styrofoam yang sering dikenal sebagai gabus ini digunakan untuk mengemas makanan instan, atau makanan siap saji. Wadah ini banyak disukai karena ringan, tahan bocor dan dapat menahan panas sampai beberapa waktu. Namun yang perlu diingat styrofoam yang terbuat dari kopolimer styren ini adalah suatu jenis plastik yang mempunyai ciri ringan, kaku, rapuh dan tembus cahaya. Bahan ini dicampur dengan karet sintetis (butadiena) sehingga warnanya menjadi putih susu. Agar sifatnya lebih lentur dan awet, ditambahkan zat plastizer seperti dioktiplatat (DOP) dan butil hidroksi toluena (BHT). Menurut penelitian dari Pusat Penelitian Kimia - LIPI kandungan zat pada proses terakhir ini mampu mencegah kebocoran dan dapat tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, dapat mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, harganya murah, lebih aman, serta ringan.
Efek Buruk Styrofoam terhadap Makanan
Styrofoam yang telah menjadi pilihan bisnis pangan ini, memiliki efek buruk terhadap makanan tertentu karena bahan polystyrene dapat terurai menjadi styrene ketika makanan tersebut bersentuhan dalam kondisi panas. Pada saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahan akan semakin cepat jika:
-
Makanan yang mengandung lemak tinggi, seperti makanan yang digoreng atau makanan yang mengandung santan. Styren sebagai bahan dasar styrofoam memang bersifat dapat larut dalam lemak, karena itu wadah jenis ini tidak cocok digunakan untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi, atau kopi yang dicampur krim.
-
Makanan atau minuman yang mengandung alkohol atau asam, seperti minuman bersoda atau lemon tea. Styren sebagai bahan dasar styrofoam juga bersifat dapat larut dalam alkohol.
-
Suhu tinggi
Semakin panas makanan akan menyebabkan terjadi perpindahan bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Pemakaian styrofoam di restoran-restoran siap saji dan tukang-tukang makanan di pinggir jalan untuk membungkus makanan yang baru selesai di masak atau dalam kondisi panas. Malah ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Betapa banyaknya zat kimia berbahaya yang pindah ke makanan dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Berbahaya bagi Kesehatan
Mengapa styrofoam berbahaya? Kandungan benzena (benzene) pada proses pembuatan styrofoam merupakan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan. Apabila zat tersebut masuk dalam tubuh manusia akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit. Benzena bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetar, dan mudah gelisah. Di beberapa kasus, benzena bahkan bisa mengakibatkan hilangnya kesadaran. Saat benzena termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan menimbulkan penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Efek yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat. Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization` s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan karsinogen (bahan penyebab kanker).
Berbahaya bagi Lingkungan
Limbah kemasan styrofoam sampai saat ini masih belum dapat diatasi pemusnahannya, mengingat bahan dari kemasan styrofoam tersebut tidak mudah diuraikan alam. Apabila pemusnahannya dilakukan dengan cara pembakaran akan mengeluarkan berbagai zat berbahaya termasuk benzena yang dilepas ke udara. Hal ini akan berakibat pada pencemaran udara sehingga menimbulkan polusi dan membahayakan bagi yang menghirupnya. Pemusnahan kemasan ini selain dengan cara pembakaran umumnya dibuang sebagai sampah sehingga menumpuk sebagai limbah yang akan mencemari lingkungan.
Penutup
Styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, namun penggunaannya sebagai kemasan makanan di Indonesia semakin menjamur sehingga pemerintah sangat serius mengkampanyekan bahaya pemakaian styrofoam ini. Banyak alternatif pilihan penggunaan bahan sebagai pengemas primer, akan tetapi tidak semua bahan kemasan aman bagi makanan yang dikemasnya. Gunakanlah kemasan tradisional atau modern yang didesain khusus untuk makanan. Kemasan berbahan gelas aman pemakaiannya, karena tidak bereaksi dengan isi atau produk makanan dan minuman. Gelas banyak digunakan untuk mengemas minuman ataupun makanan yang telah diproses melalui fermentasi seperti acar, taoco, kecap, dan lain-lain.
Sumber :
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Styrofoam-2010/konten1.html
Summary
- This text will be hidden