Apa itu penyakit Surra?

image

Di Indonesia, penyakit ini lebih sering menyerang kuda, sapi, kerbau, babi, dan anjing. Tingkat infestasi T.evansi bervariasi tergantung pada lokasi dan spesies inangnya. Prevalensi kejadian Trypanosomiasis pada kerbau di Sumatra, Jawa, Kalimantan Selatan, Lombok, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara berkisar antara 5,8-7 %.

PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis

a. Pada Kuda

Masa inkubasi 4-13 hari diikuti demam (temperatur lebih dari 39°C).

Hewan nampak lesu dan lemah. Mula-mula selera makan menurun kemudian pulih kembali. Kepincangan sering terjadi pada kaki belakang, bahkan tidak jarang mengalami kelumpuhan pada tubuh bagian belakang.

Selaput lendir mata hiperemia disertai bintik-bintik darah (ptechiae), kemudian berubah anemis berwarna kuning sampai pucat. Kadangkadang ditemukan adanya keratitis. Limfl ogandula submaxillaris bengkak dan apabila diraba terasa panas dan hewan merasa sakit. Kadangkadang terjadi urticaria tanda oedema dimulai pada bagian bawah perut menyebar kearah bagian pada dada, alat kelamin (busung papan) dan turun ke kaki belakang. Pada kuda jantan diikuti pembengkakan buah zakar, kadang-kadang terjadi pembengkakan pada penis. Pada kuda bunting dapat mengalami keguguran. Gejala klinis demikian juga dapat ditampakkan pada infeksi oleh T. Equiperdum ataupun infeksi bakterial.

Dalam waktu yang cepat (kurang dari 2 minggu) kuda mengalami cahexia dan kelemahan yang hebat diikuti roboh dan mati. Pada kasus-kasus tertentu terlihat gejala syaraf (mubeng/berputar di tempat) sebelum robuh dan mati. Ini terjadi karena Trypanosoma telah masuk ke dalam otak.

b. Pada Sapi dan Kerbau

Setelah melewati masa inkubasi biasanya timbul gejala-gejala umum seperti temperatur naik, lesu, letih dan nafsu makan terganggu.

Biasanya hewan dapat mengatasi keadaan demikian meskipun dalam darahnya mengandung protozoa (Trypanosoma spp) tersebut selama bertahun-tahun. Apabila karena sesuatu sebab hewan tersebut menjadi sakit, gejal-gejala yang nampak adalah demam selang seling, anemia, semakin kurus, oedema di bawah dagu dan anggota gerak dan serta bulu ronto dan selaput lendir menguning.

Mula-mula cermin hidung kering kemudian keluar cairan dari hidung dan mata. Kadang-kadang kerbau terlihat makan tanah Apabila Trypanosoma sudah masuk dalam cairan cerebrospinal, hewan menunjukkan gejala syaraf sebagai berikut : hewan berjalan tidak tegap (sempoyongan), berputar-putar, kejang, gerak paksa, kaku sebelum mati.

2. Patologi

Apabila penyakit berjalan akut, hewan yang mati karena surra tidak menunjukkan perubahan anatomi yang nyata. Hewan mati pada umumnya dalam kondisi masih baik. Namun, pada anjing dan kucing terjadi kebengkakan limpa dan kelenjar limpa.

Hewan yang mati akibat surra yang kronis, meskipun tidak terdapat perubahan yang menciri, namun biasanya terlihat adanya perubahan seperti keadaan tubuh sangat kurus, anemia, busung seperti gelatin di bawah kulit, terdapat cairan serosa pada rongga perut dan pericardium, serta ptechie pada selaput lendir dan selaput serosa, dan sering kali terdapat luka di lidah dan lambung. Pada kuda terjadi pembengkakan ginjal dengan warna kuning kecoklatan.

3. Diagnosa

Pemeriksaan mikroskopik secara langsung

a. Pemeriksaan preparat ulas darah natif

Darah perifer diambil dari vena auricularis ataupun vena coccigea.

Darah sebanyak 2-3 μl diteteskan pada kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup. Kaca obyek tersebut kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 200x400 kali.

b. Pemeriksaan preparat ulas darah dengan pewarnaan Giemsa Teteskan 10 μl darah pada kaca obyek dan diratakan. Preparat ulas darah dibiarkan hingga mengering (sekitar 1 jam). Preparat kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa (1 tetes giemsa komersial + PBS pH 7,2) selama 25 menit.

c. Pemeriksaan biopsi cairan limfa dan edema

Biopsi cairan limfa dapat dilakukan pada limfonglandula prescapular atau limfoglandula precrural. Cairan limfa tersebut kemudian diamati di bawah mikroskop.

Metoda konsentrasi

Jumlah parasit yang menginfeksi inang dapat bersifat sub-klinis atau karier, sehingga tidak terdapat banyak parasit di dalam darah. Hal tersebut membuat pengamatan mikroskopis sulit dilakukan. Metoda konsentrasi dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan T.evansi, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Metoda konsentrasi tersebut dapat dilakukan dengan pengujian HMCT (Haematocrit Centrifugation Technique), Murray test atau BCM (Buffy Coat Method), dan mini-anion exchange centrifugation technique.

Inokulasi pada hewan percobaan

Trypanosoma evansi dapat menginfestasi rodensia, seperti tikus dan mencit. Infestasi dilakukan dengan cara inokulasi, yaitu tikus atau mencit diinjeksi dengan sampel darah secara intraperitoneal. Konsentrasi yang diinokulasikan adalah 1-2 ml pada tikus dan 0,25-0,5 ml pada mencit.

Setelah 48 jam, darah mencit atau tikus dikoleksi dengan cara potong ekor, lalu diamati di bawah mikroskop.

Deteksi DNA Trypanosoma

Deteksi DNA Trypanosoma dapat dilakukan dengan metode DNA probes, antigen detection, dan PCR.

Uji Serologi

Secara serologi, deteksi T.evansi dapat dilakukan dengan metoda ELISA, IFAT, CAT (Card Agglutination Tests), dan Immune Trypanolysis Tests.

4. Diagnosa banding

Kuda :

African horse sickness, equine viral arteritis, equine viral anemia, dourine. infestasi larva cacing Strongylus vulgaris.

Ternak ruminansia :

Babesiosis, anaplasmosis, theileriasis, malnutrisi, haemorhagic septicaemia, edema di bawah dagu pada penyakit ingusan (coryza gangraenosa bovum).

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Spesimen atau sampel untuk pemeriksaan laboratorium dapat dikirimkan berupa :

a. Sediaan ulas darah tipis/tebal yang sudah difi ksasi dengan methanol absolut,

b. Darah berisi anti koagulan, dan

c. Serum dalam termos berisi es.

Referensi