Apa itu penyakit Selakarang?

image

Apabila tidak memungkinkan bahan pemeriksaan dapat dibubuhi dengan antibiotik, misalnya penicillin 100 μg/ml atau sreptomycin 500/ug/ml. Untuk pemeriksaan histologis, bahan pemeriksaan berupa jaringan kulit diolesi dengan formalin 10 % dan dikirim dengan cara yang sama.

PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis

image

Gejala klinis penyakit ini dapat terjadi dalam bentuk kutaneus (kulit), respiratori (pernafasan), okuler (mata) dan pada hewan yang karier bersifat asymptomatik (tidak timbul gejala klinis).

Pada bentuk kutaneus ditandai dengan luka pada kulit yang bersifat undulatif. Bisul – bisul ditemukan pada bagian kaki, dada, leher, bibir, skrotum, ambing dan punggung yang selanjutnya ditandai dengan penebalan limfe bagian superfi cial, pembesaran nodus limfangitis regimal, pembentukan abses bernanah bercampur darah dan berakhir dengan terbentuknya ulcer pada kulit yang lebih kecil yang lama-kelamaan ulcer ini akan menjadi satu.

Pada bentuk okuler jarang terjadi. Infeksi terjadi ditandai dengan konjungtivitis atau infeksi nasolakrimal, yaitu terlihat adanya lendir bening pada satu atau kedua mata dan terjadi kebengkakan pada sekitar mata yang dapat diikuti dengan terjadinya ulcerasi.

Pada bentuk respiratori ditandai dengan nodul pada mukosa hidung. Lesi terjadi mulai dari saluran pernafasan bagian atas sampai dengan paru. Sinusitis maupun radang paru dapat terjadi sebagai akibat terhisapnya spora ke jaringan tersebut.

Pada kasus asymptomatik hewan karier dapat diidentifi kasi dengan uji serologis dan uji sensitifi tas intradermal.

2. Patologi

Apabila luka diiris terlihat jaringan granulasi yang mengandung nanah kuning dan cairan serosa. Pada permulaan proses, kelenjar limfa mengandung butir kecil dan lunak, kemudian bisa terjadi penyatuan bungkul yang Iebih besar. Bungkul tersebut dilingkungi oleh kapsul yang tebal. Apabila luka diikuti infeksi kuman yang berat bisa terjadi radang sendi dan radang pinggiran tulang.

Secara histopatologi dapat terlihat adanya jaringan granulomatous dan terdapat banyak sel makrofag dan sel raksasa, serta organisme berbentuk oval dengan diameter 2-5 μm yang dikelilingi oleh ’halo’.

Pada pemeriksaan nanah penderita dapat dilihat fase ragi yang berbentuk lonjong atau agak bulat dimana salah satu kutub lebih kecil dari yang lain.

Ukuran panjang 2,5-3,5 μ dan Iebar 2-3 μ dengan sitoplasma berbutir (granuler).

3. Diagnosa

Diagnosa didasarkan atas gejala klinis, pemeriksaan mikroskopis jaringan, nanah dan kultur. Identifi kasi agen. Secara mikroskopis dapat dilakukan dengan pewarnaan gram positif pada kerokan, pewarnaan Hematoxilin-Eosin secara histopatologi dan dengan menggunakan mikroskop elektron. Secara kultur dapat dilakukan dengan media SDA (Saboroud’s Dextrose Agar). Inokulasi hewan percobaan (mencit, kelinci, marmut) juga dapat dilakukan untuk penunjang diagnosa.

  • Kerokan dapat diperiksa langsung dengan pewarnaan gram akan terlihat organisme gram positif berbentuk pleomorphic, oval dan bulat.

  • Pemeriksaan mikroskopis dengan sediaan histologis yang diwarnai dengan Haematoxilin dan Eosin memperlihatkan radang granulomatosa bernanah dengan banyak makrofag dan netrofi l. Daerah radang bernanah itu dilingkungi oleh kapsula yang tebal, makrofag kelihatan membesar. Dalam makrofag dapat ditemukan organisme penyebab penyakit dalam bentuk khamir yang ditengahnya berwarna gelap, dikelilingi oleh bagian yang tidak terwarnai.

  • Cendawan ini dapat ditemukan pula diluar makrofag.

  • Pada pemeriksaan mikroskopis preparat ulas darah yang telah diwamai dengan Lactophenol Cotton Blue atau Pilikrom Metilen Blue cendawan ini terlihat bentuknya seperti ragi. Dari hasil pernbiakan terlihat bentuk miselia dan ragi sedangkan secara uji antibodi fl uoresensi secara tak langsung (FAT) juga akan terlihat bentuk ragi dari H. farciminosum.

  • Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat hifa yang bersekat, tebal dan pendek.

  • Pada ujungnya mempunyai klamidospora.

  • Pada kultur yang lama klamidospora menjadi bebas berbentuk bulat dengan dinding yang tebal. Pada kultur cair cendawan ini tumbuh sedikit dengan pembentukan endapan yang halus, dan tidak memfermentasi gula.

  • Diagnosa secara serologis dengan Fluorescent Antibody Test (FAT), Agar Gel Immunodiffusion Test, Haemaglutination Test, Enzyme LinkedImmunosorbent Assay (ELISA), dan Skin hipersensitivity test.

4. Diagnosa Banding

Adanya luka dan benjolan pada kulit dapat dikelirukan dengan penyakit malleus, sporotrichosis atau habronemiasis. Untuk membedakan selakarang dengan penyakit tersebut harus ditemukan/diisolasi agen penyebabnya.

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Pada umumnya bahan untuk pemeriksaan cendawan diperlukan untuk pemeriksaan langsung dan pemupukan. Untuk tujuan ini dapat diambil nanah atau sayatan jaringan. Sebaiknya bahan pemeriksaan diambil dari benjolan yang belum terbuka dan diambil secara steril. Nanah diambil dengan alat suntik yang steril, diberi tanda yang jelas dan keterangan yang lengkap tentang penyakit tersebut. Apabila tidak memungkinkan bahan pemeriksaan dapat dibubuhi dengan antibiotik, misalnya penicillin 100 μg/ml atau sreptomycin 500/ug/ml. Untuk pemeriksaan histologis, bahan pemeriksaan berupa jaringan kulit diolesi dengan formalin 10 % dan dikirim dengan cara yang sama.

Referensi