Apa itu penyakit Pulpy Kidney?

Pulpy kidney adalah kejadian keracunan pada domba, kambing, sapi dan ruminansia lain, bersifat akut dan fatal, disebabkan absorbsi toksin yang dibentuk oleh bakteri Clostridium perfringens tipe C dan D yang berada di dalam usus.

PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala Klinis
Masa inkubasi terjadinya pulpy kidney sangat pendek, kadang hanya 2-3 jam. Kebanyakan kasus diakhiri dengan kematian yang diawali dengan kekejangan, berbaring dan sesak nafas.
Bentuk penyakit pulpy kidney yaitu :
a. Bentuk saraf per akut : hewan kejang, berbaring, sesak nafas dan mati dalam waktu singkat.
b. Bentuk subakut : suhu normal dan hewan depresi.
c. Bentuk digesti : umumnya kronis, terdapat diare yang berbau busuk; hewan mungkin sembuh sendiri setelah 1 (satu) minggu.
Pada domba
Cl.perfringens tipe A menyebabkan anemia hemolitika dengan tanda ikterus dan hemoglobinuria. Cl.perfringens tipe B dapat menyebabkan disentri pada anak domba beberapa jam setelah melahirkan Cl.perfringens tipe C diketahui menyerang domba dewasa dengan gejala “Struck” atau “Strike” dimana terjadi konvulsi dan dapat diikuti dengan kematian.
Pada anak domba, kejadian penyakit sangat singkat, sering kurang dari 2 jam namun tidak lebih dari 12 jam dan banyak ditemukan mati tanpa menunjukkan gejala Klinis. Gejala awal hewan terlihat, depresi, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus akut, terlihat klinis konvulsi dengan buih di mulut dan kematian mendadak. Hewan yang hidup beberapa jam memperlihatkan diare kental warna hijau, sompoyongan, berbaring, opisthotonus, serta konvulsi.
Temperatur biasanya normal, namun dapat naik bila terjadi konvulsi berat.
Kematian terjadi selama periode konvulsi atau setelah periode koma yang pendek.
Domba dewasa yang menderita pulpy kidney dapat bertahan hidup lebih lama yaitu sampai 24 jam. Gejala yang telihat yaitu domba tertinggal dari kawanannya, terlihat sempoyongan, menghentakkan kaki; mengerutngerutkan rahang, salivasi, nafas dangkal, cepat dan tidak teratur.
Kemungkinan terjadi bloat pada periode akhir. Gejala iritasi, seperti konvulsi, tremor otot, mengertakkan gigi dan salivasi kemungkinan terjadi namun kurang biasa dibanding pada anak domba.
Pada sapi
Enterotoxemia terutama pada anak sapi disebabkan oleh Cl.perfringes tipe C. Kematian hewan terjadi beberapa jam setelah gejala awal terlihat. Selain oleh Tipe C, sapi juga dapat diserang oleh tipe A, E dan D.
Gejala klinis anak sapi yang diserang Cl.perfringens tipe D hampir sama dengan gejala pada domba dewasa. Pada kejadian per akut, kematian tidak didahului gejala sakit. Kejadian yang lebih sering dijumpai yaitu kejadian akut dengan memperlihatkan gejala klinis mendadak yaitu konvulsi yang berlangsung sekitar 1-2 jam sampai kemudian hewan mati. Pada kejadian sub akut, kebanyakan hewan mengalami kesembuhan dengan gejala tidak mau minum, diam dan jinak, serta menjadi buta walaupun masih ada refl eksi.
Penyakit berlangsung sampai 2-3 hari dan kemudian sembuh total. Pada kejadian wabah, ketiga bentuk penyakit tersebut (perakut, akut dan sub akut) dapat terjadi pada anak sapi.
Pada Kambing
Gejala klinis yang menonjol pada kambing yaitu diare dan sembuh dalam waktu beberapa hari. Pada bentuk akut, terlihat gejala konvulsi yang diawali peningkatan suhu (40,5°C atau 105°F), hewan kesakitan, A yang sangat dan disentri, dan diikuti kematian setelah 4-36 jam. Pada bentuk sub akut, hewan sakit sampai beberapa minggu, terlihat anorexia dan diare intermiten yang berat. Pada beberapa kasus terlihat gejala disentri dan erdapat lepasan epitel dalam feses. Bentuk kronis memperlihatkan gejala kekurusan, anemia dan diare kronis.
Pada babi
Kematian anak babi dapat terjadi 72 jam setelah dilahirkan dapat disebabkan infeksi oleh Cl. perfringens tipe C. Kelainan pasca mati berupa enteritis hemorhagik pada jejenum.

2. Patologi
Toxin menyebabkan enterocolitis (peradangan usus), sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan absorbsi ke dalam pembuluh darah. Toksin yang bersirkulasi dalam pembuluh darah menyebabkan pembengkakan pada paru dan ginjal.
Pericardium berisi cairan berwama kuning yang berlebihan dan endocardium terdapat ekimose. Kondisi karkas pada umumnya baik. Pada bentuk per akut kemungkinan tidak itemukan adanya lesi. Gejala yang paling sering terlihat yaitu adanya cairan bening berwarna kekuningan, ptechiae pada endocardium dan epicardium, kongesti sebagian abomasum, dan mukosa intestinal biasanya mengandung sejumlah makanan seperti bubur encer. Apabila pemeriksaan tertunda beberapa jam dapat terjadi dekomposisi secara cepat, perubahan warna ungu pada kulit yang tidak berbulu, dan bulu/ wol mudah terlepas.
Perubahan yang mencolok adalah terjadinya kerusakan jaringan ginjal sehingga ginjal melunak beberapa jam sebelum kematian. Hati berwama gelap, dan kongesti cairan pericardial seperti gelatin, rumen dan abomasum anak kambing dapat berisi penuh dengan makanan konsentrat.
Bentuk akut pada kambing terjadi infl amasi hemorrhoid mukosa omasum dan usus kecil. Bentuk akut pada domba yang hidup dapat terlihat adanya lesi pada otak dengan ciri khas simetris hemorhagi, odema, cairan pada daerah basal ganglia.

3 . Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada sejarah penyakit tiba-tiba mati, gejala klinis dan kelainan pasca mati.
Konfi rmasi diagnosa laboratorium dilakukan dengan identifi kasi positif enterocolitis, Cl.perfringens dari feses, serta kultur isi usus dan ginjal yang diisolasi dari hewan penderita.
Diagnosa laboratorium yang dapat dilakukan yaitu :
a. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram dari mukosa usus kecil, dan dilihat ciri-ciri morfologinya.
b. Uji toksisitas dari isi usus atau kultur bakteri dengan menggunakan mencit.
c. Identifi kasi Cl.perfringens dengan uji toksin-antitoksin netralisasi (uji netralisasi pada kulit cavia dan uji serum netralisasi pada mencit) .

4. Diagnosa Banding
Adapun penyakit yang dapat dikelirukan dengan pulpy kidney yaitu : a. Black disease, terdapat hemoglobinuria yang diakhiri kematian tanpa adanya gejala konvulsi
b. Black leg (radang paha), adanya gas gangraena disertai krepitasi pada palpalsi otot-otot tebal.
c. Anthraks, terjadinya kematian mendadak disertai perdarahan lubang tubuh.
d. Hypomagnesia, terukurnya kadar magnesium pada pemeriksaan laboratorium
e. Polio encephalomacia, gejala hampir sama tetapi kurang akut dan penyakit berjalan lebih lama. Tidak terjadi hyperglycemia dan glycosuria walaupun hewan sedang berbaring terlentang.
f. Kejadian pada impesi rumen akut lebih lama (1-3 hari) sedang pada enterotoxemia sekitar 1 jam.
g. Pada rabies biasanya dilihat sejarah terjadinya penyakit.
h. Pada keracunan akut timah dapat ditemukan racun timah pada urin, feses dan darah.
i. Pada pregnancy toxemia terjadinya penyakit hanya pada akhir kebuntingan dan dapat ditemukannya ketonuria pada pemeriksaan laboratorium.
j. Kejadian ”louping ill” dilihat dari musim dan adanya vektor (caplak).

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Pengambilan sampel dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sedikitnya diambil 20 preparat ulas dari mukosa usus dan abomasum sampai ileum yang hemorhagi dan dekat daerah yang tidak terjadi infl amasi. Sampel isi usus paling sedikit 10 ml untuk domba dan 440 ml untuk sapi, diambil dari beberapa tempat dari usus kecil terutama daerah yang isinya berwarna kuning, dan kental
b. Potongan limfonodus mesenterikus, hati dan ginjal dimasukkan dalam larutan formol satin untuk pemeriksaan histopatologi.
c. Urin untuk pemeriksaan gula dapat ditambahkan pengawet thymol untuk dikirim ke laboratrium. Otak dikirim dalam larutan formalin untuk pemeriksaan terhadap encephalomalacia.

Referensi: