Apa itu penyakit Japanese encephalitis (JE)?

Penyakit Japanese encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang dapat menyerang hewan maupun manusia yang disebabkan oleh virus JE dapat berakibat fatal pada penderita (FENNER et al., 1992; WEISSENBOCK et al., 2010).

Penyakit Japanese encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak yang dapat menyerang hewan maupun manusia yang disebabkan oleh virus JE dapat berakibat fatal pada penderita (FENNER et al., 1992; WEISSENBOCK et al., 2010). Penyakit JE pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1871, oleh karena itu diberi nama Japanese encephalitis, sedangkan virusnya sendiri baru berhasil diisolasi pada tahun 1933. Virus JE ini termasuk dalam kelompok virus Arbo dari genus Flaviviridae, mempunyai 5 genotipe didasarkan atas analisis phylogenetic dari gen E virus (SOLOMON et al., 2003; WILLIAMS et al., 2000). Penyakit ini bersifat zoonosis dan penularan kepada hewan maupun manusia tidak secara langsung tetapi melalui gigitan vektor berupa serangga nyamuk. Induk semang yang dapat terinfeksi adalah babi, ternak ruminansia, kuda, kelinci, unggas, kelelawar dan manusia. Aktivitas virus secara alami akan terpelihara melalui siklus hidup nyamuk dengan unggas dan babi adalah induk semang penting tempat perbanyakan dari virus tersebut (WEISSENBOCK et al., 2010). Pada saat ini virus JE telah tersebar hampir di banyak negara, terutama di Asia termasuk Indonesia (OMPUSUNGGU et al., 2008). Hewan yang berperan sebagai reservoar dari virus JE adalah ternak babi, sedangkan manusia dan kuda merupakan target akhir dari siklus penularan atau dikenal juga dengan istilah dead-end karena viraemia terjadi sangat singkat sehingga sulit untuk ditularkan dari manusia ke manusia.

POERWOSOEDARMO et al. (1996) melaporkan bahwa kasus JE pada manusia di Indonesia hanya terjadi secara sporadis dan hanya terdapat di kota besar. Sedangkan BUHL et al. (1996) melaporkan bahwa penyakit JE memang terdapat di Indonesia yaitu pada turis asal Denmark yang menunjukkan gejala klinis, serologis, patologis anatomis dan histopatologis menunjukkan bahwa turis tersebut memang positif mengidap penyakit JE. Laporan di Indonesia bahwa kasus JE rendah karena belum dapat diungkapkan, SENDOW et al., (2000) melaporkan hasil penelitiannya bahwa reaktor JE (antibodi terhadap JE) tertinggi pada sapi baik di Sumatera Utara (86%), Kalimantan Barat (62%), Sulawesi Selatan (57%), Jawa Barat (23%) dan Irian Jaya (37%). Selain sapi, ternak lainnya seperti kambing, babi, ayam, itik, anjing dan kuda juga positif reaktor JE. Sedangkan sampel manusia dari Kalbar, NTT dan Irja juga positif reaktor JE masing-masing 30%, 29% dan 18%. Bila dikelompokkan berdasarkan spesimen asal hewan dan manusia, maka persentase reaktor positif JE adalah sebagai berikut: sapi (51%), kambing (27%), babi (11%), ayam (43%), itik (44%), kuda (14%), anjing (12%), dan manusia (24%). Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa reaktor JE pada babi di Kalbar telah meningkat sangat pesat mencapai 84% pada kalong Pteropus vampyrus juga positif reaktor JE sebesar 12% (SENDOW et al., 2008b). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai spesies hewan dan juga manusia cukup banyak yang telah terinfeksi virus JE di Indonesia.

Pada perubahan iklim yang cenderung terjadinya peningkatan suhu dan kelembaban di Indonesia, dapat memicu ledakan populasi serangga nyamuk vektor JE. Bila hal ini terjadi maka peluang manusia dan hewan terinfeksi virus JE melalui gigitan nyamuk (vektor) yang telah terinfeksi virus JE akan semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu diantisipasi untuk mencegah terjadinya wabah JE di Indonesia dengan cara mengontrol atau mengendalikan vektor tersebut dengan melakukan surveilans yang intensif. Sudah saatnya untuk dilakukan penelitian untuk mengungkapkan penyebab dari terjadinya kasus ensefalitis pada manusia. Keberadaan virus, vektor dan kondisi lingkungan yang kurang higienis pada masyarakat Indonesia di pedesaan yang juga kehidupan sosial ekonominya rendah menyebabkan daya tahan tubuhnya juga rendah.

Referensi:
http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/article/viewFile/951/960