Apa yang anda ketahui tentang penyakit Fasciolosis?

image

Di Indonesia, secara ekonomi kerugiannya dapat mencapai Rp. 513,6 milyar/ tahun. Kerugian ini dapat berupa kematian, penurunan berat badan, hilangnya karkas/hati yang rusak, hilangnya tenaga kerja, penurunan produksi susu 10-20 % dan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan.

Berat ringannya fasciolosis tergantung pada jumlah metaserkaria yang tertelan dan infektifi tasnya. Bila metaserkaria yang tertelan sangat banyak akan mengakibatkan kematian pada ternak sebelum cacing tersebut mencapai dewasa.

PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis

Berat ringannya fasciolosis tergantung pada jumlah metaserkaria yang tertelan dan infektifi tasnya. Bila metaserkaria yang tertelan sangat banyak akan mengakibatkan kematian pada ternak sebelum cacing tersebut mencapai dewasa. Selain itu, tergantung pula pada stadium infestasi yaitu migrasi cacing muda dan perkembangan cacing dewasa dalam saluran empedu, serta infestasi Fasciola sp. dapat bersifat akut maupun kronis.

Infestasi F.gigantica pada domba dan kambing biasanya bersifat akut dan fatal.

Bentuk akut:

Bentuk ini disebabkan adanya migrasi cacing muda di dalam jaringan hati, sehingga menyebabkan kerusakan jaringan hati. Ternak menjadi lemah, nafas cepat dan pendek, perut membesar dan rasa sakit.

Bentuk kronis:

F.gigantiga mencapai dewasa 4-5 bulan setelah infestasi, gejala yang nampak adalah anemia, sehingga menyebabkan ternak lesu, lemah, nafsu makan menurun, cepat mengalami kelelahan, membrana mukosa pucat, diare dan edema di antara sudut dagu dan bawah perut, ikterus dan kematian dapat terjadi dalam waktu 1-3 bulan.

2. Patologi

Lesi yang disebabkan oleh infestasi cacing Fasciola sp pada semua ternak hampir sama tergantung tingkat infestasinya. Kerusakan hati yang paling banyak akibat infestasi ini terjadi antara minggu ke 12-15 pasca infestasi. Berat ringannya penyakit tergantung pada jumlah metaserkaria yang ditelan dan infekstifi tasnya. Kerusakan jaringan mulai terjadi pada waktu cacing muda menembus dinding usus akan tetapi kerusakan yang berat dan peradangan yang timbul terjadi sewaktu cacing bermigrasi ke dalam parenkim hati dan ketika berada dalam saluran empedu dan kantong empedu.

Lesi yang timbul pada keadaan akut berhubungan dengan migrasi cacing muda dalam hati yang mengakibatkan perdarahan dalam kapsula hati. Perkembangan cacing mengakibatkan luka yang makin besar yang akhirnya timbul nekrosis disertai dengan hiperpilasia saluran empedu, dan adanya gejala ikterus.
1

Lesi yang terjadi pada ternak yang terinfestasi kronis secara histopatologi terlihat gambaran dilatasi dan penebalan saluran empedu, serta fi brosis periportal dan infi ltrasi eosinofi l, limfosit dan makrofag. Pada infestasi yang berat mengakibatkan fi brosis, hiperplasia dan kalsifi kasi pada saluran empedu.

3. Diagnosa

a. Diagnosa klinis

Diagnosa berdasarkan gejala klinis sulit dilakukan, maka sebagai penunjang diagnosa dapat digunakan pemeriksaan ultra sonografi (USG).

b. Diagnosa laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan melalui pemeriksaan feses, biopsi hati, uji serologi untuk deteksi antibodi dan antigen serta western blotting.

Pemeriksaan feses untuk deteksi telur cacing terkendala dengan durasi infestasi F.gigantica, karena telur baru dapat ditemukan setelah 15 minggu hewan terinfestasi, sedangkan untuk infestasi F.hepatica, telur baru dapat ditemukan setelah 10 minggu hewan terinfestasi.

Telur yang keluar secara intermiten tergantung pada pengosongan kantong empedu. Telur Fasciola serupa dengan telur paramphistomum.

Telur Fasciola berwarna kekuningan, sedangkan telur Paramphistomum berwarna keabu-abuan

Uji serologis menggunakan metoda ELISA untuk deteksi antibodi dan antigen, serta dapat didukung dengan western blotting untuk menggetahui pita protein Fasciola. Melalui uji ELISA, infestasi dini, yaitu antara 2-4 minggu sudah dapat terdeteksi.

  1. Diagnosa banding

a. Pada bentuk akut dapat keliru dengan hepatitis karena gangguan nutrisi b. Migrasi intra hepatik dari larva Taenia hydatigena c. Pada bentuk kronis dapat keliru dengan :

  • infestasi cacing saluran pencernaan lain

  • bovine paratubercular enteritis

Referensi: