Apa itu penyakit Anaplasmosis?

Kasus Anaplasmosis lebih sering menyerang sapi dan kerbau dibandingkan dengan hewan lainnya. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Smith dan Kilborne pada tahun 1893 di Amerika Serikat, selanjutnya tersebar luas di daerah tropik dan subtropik termasuk di Amerika Serikat dan Selatan, Eropa Selatan, Afrika, Asia dan Australia. Di daerah bebas anaplasmosis, introduksi protoza ini mampu menimbulkan kematian yang tinggi pada ternak karena belum adanya preimuniter. Di Amerika, kasus Anaplasmiosis dilaporkan menyebabkan kematian ternak sebesar 80 %, sedangkan di daerah enzootik berkisar 10 %

image

PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis

Periode kejadian penyakit dibagi 4 tahap, meliputi tahap inkubasi, perkembangan, penyembuhan, dan carrier. Masa inkubasi anaplasmois adalah 6-38 hari dan tahap perkembangan dapat terjadi 15-45 hari. Penyakit ini dapat bersifat per-akut, akut, sub-akut, dan kronis bergantung pada umur dan status imunitasnya.

a. Per-akut :

Hewan yang menderita anaplasmosis per-akut akan mati setelah beberapa jam menunjukkan gejala umum sakit. Hewan mengalami penurunan kondisi dengan cepat, kehilangan nafsu makan, kehilangan koordinasi dan sesak nafas. Temperatur hewan biasanya lebih dari 41°C dan mukosa cepat menjadi kuning.

b. Akut :

Umumnya hewan penderita anaplasmosis akut menunjukkan gejala klinis umum antara lain kenaikan suhu 39,5-42,5°C, ikterus, penurunan berat badan, dehidrasi, konstipasi, dan gangguan pernafasan.

c. Sub-akut dan kronis :

Pada penyakit sub-akut dan kronis terjadi kenaikan suhu selama beberapa hari (4-10 hari) disusul dengan demam intermiten bahkan suhu tubuhnya mencapai 40°C. Disamping itu, terjadi anemia hebat, kondisi badan menurun, kadang-kadang nafsu makannya masih ada.

Pada hewan bunting dapat terjadi keguguran.

Pada hewan penderita yang tidak menunjukkan gejala klinis, Anaplasma dapat bertahan dalam tubuh sampai 2 tahun, walaupun dalam darah perifer sulit ditemukan. Jika hewan mengalami stres, maka hewan tersebut dapat berperan sebagai pembawa penyakit.

2. Patologi

Perubahan yang sangat menonjol adalah pada gambaran darah yang ditandai dengan anemia dan ikterus. Bangkainya terlihat anemik, kahektik dan ikterik. Kelenjar limfenya membesar terlihat ada edema. Jantung mengalami pembesaran dan terdapat titik-titik perdarahan (ptechiae). Anemik juga terlihat ada paru-paru yang disertai emfi sema, pembesaran hati dan warnanya merah kekuningan, pembesaran empedu serta lunak. Limpanya juga mengalami pembesaran dan lunak. Umumnya terdapat gastroenteritis kataralis dan terjadi pembendungan pada ginjal.

3. Diagnosa

a. Pemeriksaan Mikroskopis :

Pemeriksaan darah secara natif, preparat ulas darah tipis dan tebal.

b. Pemeriksaan Biologis :

Darah hewan tersangka diinokulasikan ke dalam (hewan coba) yang telah diambil limpanya (splenectomy) dan sebaiknya berasal dari daerah endemik anaplasmosis.

c. Pemeriksaan Serologis :

Pemeriksaan serologis meliputi Uji Fiksasi Komplemen/CFC, Uji Hemaglutinasi Tabung Kapiler/Capillari tube hemaglutination test/UHTK dan Teknik Antibodi Flourescent/FAT

4. Diagnosa Banding

Anaplasmosis per-akut atau akut mirip dengan penyakit anthraks, pneumonia, keracunan, gangguan pencernaan akut, sampar sapi dan pasteurellosis. Apabila anemianya menonjol, maka penyakit ini harus dibedakan dari leptospirosis dan hemoglobinuria basiler akut. Adanya demam, anemia dan ikterus menyebabkan penyakit ini sulit dibedakan dengan babesiosis dan trypanosomiasis.

5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

a. Material untuk pemeriksaan mikroskopis :

(1) Untuk pemeriksaan preparat darah natif dapat dikirimkan darah yang berisi antikoagulan. Darah ini dikirimkan dalam tabung gelas steril yang sudah berisi antikoagulan (natrium sitrat atau ethylene dimine tetra acetic acid = EDTA). Tabung gelas kemudian ditutup rapat dengan tutup steril. Pengiriman di lakukan dalam termos berisi es atau CO2 kering (dry ice).

(2) Untuk pemeriksaan preparat ulas darah tipis dan tebal dilakukan sesuai dengan petunjuk Buku Spesimen Veteriner yang diterbitkan Direktorat Bina Kesehatan Hewan.

(3) Untuk pemeriksaan TAF langsung (Teknik Antibodi Langsung/Direct Fluorescent Antibody Technique/FAT) dikirimkan preparat ulas darah tipis seperti pada a.(2) yang difi ksasi dengan aseton dan kemudian dikirimkan dalam termos berisi es atau CO2 kering (dry ice).

b. Material untuk Pemeriksaan Biologis

Untuk pemeriksaan biologis diperlukan 5,0 ml darah hewan tersangka yang berisi antikoagulan. Darah ini dikirimkan dengan cara seperti tersebut pada a.1 dan dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan a.1 dan b.

c. Material untuk Pemeriksaan Serologis

Untuk keperluan pemeriksaan ini dikirimkan serum dalam tabung gelas steril yang ditutup rapat dengan tutup steril.

Catatan :

Umumnya sampel darah diambil dari vena telinga, pada pangkal ekor dari vena jugularis dan hewan tersangka.

Referensi: