Apa Itu Lanskap dalam Bentuk Karya Sastra?


Ketika kita mendalami karya sastra, akan ditemukan istilah lanskap.

Apa yang dimaksud dengan lanskap dalam karya sastra?

Genre atau jenis karya sastra dari dulu sampai sekarang bersifat konvensional dan tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara umum, karya sastra terbagi empat: prosa fiksi, puisi, drama, dan prosa nonfiksi. Tiga yang pertama sering disebut karya sastra imajinatif sementara yang disebut terakhir memiliki cakupan yang sangat luas.

Meskipun memiliki kesamaan, ketiga jenis karya sastra imajinatif tersebut bercirikan karakteristik yang berbeda. Jenis karya sastra yang termasuk prosa fiksi atau fiksi narasi meliputi mitos, parabel, roman, novel, dan cerita pendek. Di awal kemunculannya, yang disebut karya fiksi adalah karya sastra yang sengaja dibuat, diciptakan, atau dibentuk. Sekarang fiksi sering disamakan dengan cerita prosa yang didasarkan pada imajinasi pengarangnya. Hakikat utama fiksi adalah narasi, atau rangkaian beberapa kejadian atau peristiwa yang terjalin menjadi sebuah cerita.

Karya fiksi biasanya berpusat pada satu atau beberapa karakter dan berkembang dan berubah, karena kemampuan mereka dalam membuat keputusan, kesadaran atau pengetahuan, sikap dan sensitivitas mereka terhadap orang lain, dan kapasitas moral mereka, sebagai akibat dari bagaimana mereka berhubungan dengan karakter lain dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Meskipun karya fiksi, seperti karya imajinasi lainnya, bisa menjelaskan peristiwa atau sejarah secara mendetail, apa yang terkandung dalam karya sastra tersebut sebenarnya bukan sejarah nyata karena tujuan utama karya tersebut adalah untuk menarik perhatian, membuat rangsangan dan instruksi, dan mengajak orang untuk melakukan sesuatu, bukan untuk menciptakan catatan sejarah yang sebenarnya.

Jika prosa bersifat ekspansif atau panjang lebar, puisi cenderung bersifat ringkas. Puisi memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulisnya untuk mengekspresikan emosi, gagasan, renungan, dan imajinasinya melalui apa yang disebut penyair Wodsworth “ruangan sempit.” Dalam hal ini, puisi mampu menyampaikan pengalaman-pengalaman yang paling berkesan dan luar biasa dari penulisnya sehingga bahkan bisa membangkitkan respons yang mendalam dari pembacanya atau orang lain yang menikmatinya.

Kekuatan puisi tidak hanya terletak pada lirik dan makna yang terkandung di dalamnya, tetapi juga dalam melodinya yang berupa rima dan beragam ritma untuk memperkuat dampak emosional liriknya. Meskipun panjang puisi beragam, baris-barisnya biasanya pendek karena berisi kekuatan imajinasi dan makna agung dari lirik yang diciptakan penyair melalui imajeri dan metafora. Meskipun puisi, terutama bentuk tradisional, sering mensyaratkan batasan-batasan tertentu seperti jumlah baris, kata, dan rima, namun ironis, pembatasan ini justru memberikan para penyair sebuah kebebasan untuk berekspresi. Di antara bentuk-bentuk puisi tradisional adalah sonet atau puisi empat belas baris, balada, koplet, elegi, epigram, himne, limerik, ode, kwatrin, lirik, terset atau triplet, vilanel, dan haiku. Bentuk puisi modern cenderung panjang dan tidak bersambung satu dengan yang lain seperti kebanyakan karya Walt Whitman, seorang penyair berkebangsaan Amerika. Puisi epik, seperti yang ditulis oleh Homer dan Milton bahkan terdiri dari ribuan baris. Walt Whitman adalah penyair yang memelopori penulisan puisi bebas yang tidak terikat pada rima dan ritma tertentu seperti yang dianut oleh penulis puisi tradisional.

Perubahan bentuk puisi modern juga mempengaruhi para sastrawan Indonesia. Jika dahulu puisi diidentikkan dengan tulisan yang terikat oleh aturan baris, ritma, dan nada, maka kini bentuk puisi yang dihasilkan oleh para pengarang Indonesia sangat beragam. Puisi yang berudul Tragedi Sihka dan Winka-nya Sutardji Calzoum Bachri adalah salah satu contoh dari puisi yang tidak lagi berpatokan pada konvensi tradisional.

Drama adalah bentuk karya sastra yang sengaja ditulis untuk ditampilkan di atas panggung untuk menghibur para penonton atau hadirin. Hakekat sebuah drama adalah perkembangan karakter dan situasi melalui ucapan lisan dan aksi.

Prosa nonfiksi bisa berupa berita, artikel, esai, editorial, buku teks, karya sejarah dan biografi, dan lain-lain yang menjelaskan fakta yang dilengkapi dengan penilaian dan opini. Tujuan prosa nonfiksi adalah untuk menyampaikan kebenaran faktual dan kesimpulan berdasarkan fakta. Belakangan ini, berkembang bentuk baru prosa nonfiksi yang dikenal dengan istilah nonfiksi kreatif. Jenis karya sastra ini memang nonfiksi seperti buku harian (diary) dan jurnal yang ditulis dengan imajinasi penulisnya sehingga, dengan demikian, layak untuk disebut karya nonfiksi kreatif.