Apa itu anak Tunalaras? Pernahkah kamu mendengarnya?

Tunalaras

Setiap anak yang lahir di dunia ini memiliki potensi dan bakat yang berbeda beda. Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Tunalaras adalah bagian dari jenis jenis anak berkebutuhan khusus (ABK). Apa itu anak Tunalaras?

1 Like

A. Pengertian Tunalaras
Definisi tunalaras kerap kali diperdebatakan. Istilah yang dikenakan pun beberapa kali diperbaharui. Pernah disebut sebagai emotionally distrubed, tetapi lalu dinilai kurang pas dan diubah jadi seriously behavior disabled , ini pun lalu dipersingkat menjadi behavioural disabled saja. Belakangan dilakukan penggambungan menjadi emotional or behavioral disorder. Bukan hanya definisinya saja yang berubah-ubah kesepakatan, batasan gangguan ini pun tidak mudah dicanangkan. Namun demikian, sejauh ini pagar yang membatasi apakah seseorang itu tunalaras atau tidak adalah mengacu kepada tingkah/tingkat laku sosial atau dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.

Anak dengan gangguan perilaku (Tunalaras) adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus. Di dalam dunia PLB dikenal dengan nama anak tunalaras (behavioral disorder).

B. Karakteristik Anak Tunalaras
Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:

  1. ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
  2. ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
  3. tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.
  4. mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.
  5. kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan-permasalahan pribadi atau sekolah.

C. Strategi Pendidikan Tunalaras
Maxwell dan Elizabeth. (2000), menjelaskan bahwa ada empat strategi motivasi yang sangat penting untuk membangun motivasi belajar siswa yaitu:perhatian (attention), relevansi (relevancy), kepuasan (satisfaction), dan keterlibatan (Engagement).

  1. Perhatian (attention)
    Siswa akan merasa senang apabila dirinya merasa diperhatikan oleh orang lain, baik oleh teman-temannya maupun gurunya. Perhatian akan dirasakan oleh siswa apabila adanya lingkungan belajar yang kondusif, yaitu aman, nyaman, dan menyenangkan atau adanya suatu iklim sosio-emosional yang kondusif. Penciptaan lingkungan social ini akan terjadi apabila guru mampu mengelola kelas dengan baik dan efektif. Hendaknya guru mampu menciptakan suasana anak merasa diterima, dianggap penting, dicintai, dan diperhatikan oleh lingkungannya. \
  2. Relevansi (relevancy)
    Strategi relevansi, yang melihat hubungan kebutuhan siswa, perhatian dan motivasinya. Dengan asumsi bahwa pengetahuan, pemahaman dan kebermaknaan secara bertahap diperoleh melalui penyediaan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Lingkungan belajar yang sesuai dalam menetapkan tempat dan waktu pembelajaran, Konsep relevansi yaitu adanyakesesuaian program dengan kebutuhan dan perkembangan anak tunalalaras. Program yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak dapat mengembangkan motivasi belajar, motivasi belajar yang tinggi menunjang ketercapaian hasil belajar.
  3. Kepuasan (satisfaction)
    Strategi kepuasan-yang membantu siswa mengembangkan kepuasan dalam belajar. Siswa akan merasakan kepuasan apabila dirinya selalu berhasil, sukses dalam proses dan berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Untuk hal itu upayakan seminimal mungkin untuk tidak mengalami kekecewaan dan kegagalan dalam proses belajar dan mencapai tujuan belajar. Kepuasan dapat diraih oleh siswa apabila siswa merasa bagian dari kelompok, dan adanya keterlibatan.
  4. Keterlibatan (Engagement)
    Dengan asumsi bahwa pengetahuan, pemahaman dan kebermaknaan secara bertahap diperoleh melalui interaksi dan saling didistribusikan oleh yang saling berinteraksi. Strategi keterhbatan, yang menjadikan siswa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar itu sendiri. Dalam strategi keterhbatan ini siswa diberi kesempatan untuk memberikan sumbangan penting dan berperannserta dalam menetapkan tujuan. Pengetahuan tidak hanya dibangun dari pengalaman pribadi saja namun juga dibangun dari pengalaman sosial, di mana pengetahuan dibangun secara bersama-sama dalam suatu interaksi sosial. Terdapat empat jenis interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi: interaksi kesejawatan, interaksi kelompok, interaksi individual, dan interaksi guru dan siswa.

Sumber:
Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khsusus dan Strategi Pembelajarannya. Jurnal Al Ta’dib. Volume 3, Nomor. 1, Juli 2013.

Ayang Setiawan, “Mengembankan Motivasi Belajar Pada Anak Tunalaras”, Jurnal Telaah, Volume8: Nomor 1 Tahun 2009 ,

Dewi Pandji dan Winda Wardhani. Sudahkah Kita Ramah Anak Special Needs! . (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013).

Berdasarkan materi yang pernah dijelaskan oleh dosen saya, tunalaras merupakan anak yang mengalami gangguan dalam penyesuaian emosi dan perilaku. Sedangkan dalam istilah internasional, anak tunalaras disebut sebagai Children with BESD (Behavioral, Emotional, and Social Disorder). Istilah ini menggambarkan tentang kondisi emosi dan perilaku yang bermasalah terlihat dalam hubungan interpersonal, hubungan sosial, dan menggambarkan masalah mereka dalam mengelola diri sendiri (Mahabbati, 2014). Anak dengan gangguan tunalaras memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Sensitif emosinya shg ia mudah ter¬ganggu secara emosional,
  • Mudah tersinggung dan mudah marah,
  • Menentang otoritas orangtua, guru dan aturan sekolah,
  • Sering melakukan tindakan agresif, merusak, meng¬ganggu,
  • Sering bertindak melanggar norma sosial, norma susila, hukum, dan agama,
  • Suka mengganggu teman, mengganggu lingkung¬an,
  • Tidak menyukai rutinitas,
  • Sering mencuri barang milik temannya atau barang milik keluarga.
Sumber

Mahabbati, A. (2014). Pola Perilaku Bermasalah dan Rancangan Intervensi pada Anak Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan Fungsctional Behavior Assesment. Dinamika Pendidikan, 21(01). Pola Perilaku Bermasalah dan Rancangan Intervensi pada Anak Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku (Conduct Disorder) Berdasarkan Fungsctional Behavior Assesment | Mahabbati | Dinamika Pendidikan

Anak tunalaras adalah mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan aspek emosi, sosial atau keduanya, sehingga dalam berprilakunya cenderung menyimpang, tidak sesuai dengan usia dan tuntutan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya.

Anak tunalaras memiliki karakteristik tersendiri dalam belajar, yang relatif berbeda dengan kelompok ABK (Anak Bekebutuhan Khusus) yang lainnya atau dengan anak normal. Perbedaan karakteristik tersebut muncul sebagai akibat dari ketunalarasan yang disandangnya. Diketahui bahwa ketidakmatangan emosi dan atau sosial selalu berdampak pada keseluruhan berprilaku dan kepribadiannya, termasuk dalam prilaku belajar.

Sumber:

  • Setiawan, Atang. 2009. Mengembangkan Motivasi Belajar pada Anak Tunalaras. Jurnal UPI. Bandung