Apa Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra?

sastra
Teori Sastra, Kritik Sastra dan Sejarah Sastra saling berkaitan. Ketiga disiplin ilmu sastra tersebut bukanlah disiplin ilmu yang terpisah-pisah melainkan disiplin ilmu yang saling terkait dalam proses pengkajian karya sastra.

Apa hubungan teori sastra dengan kritik sastra dan sejarah sastra?

TEORI SASTRA DAN KRITIK SASTRA

Teori sastra adalah teori yang mempelajari kaidah-kaidah, hukum, kategori, kriteria yang menyangkut aspek-aspek dasar dalam teks sastra dan bagaimana teks tersebut berfungsi dalam masyarakat. Aspek-aspek dasar yang terdapat di dalam teks berupa aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik yang menyatu dalam membangun karya sastra menjadi suatu yang utuh. Aspek intrinsik karya sastra meliputi konvensi bahasa sebagai sarana sastra, konvensi budaya, dan konvensi sastra itu sendiri. Sedang aspek ekstrinsik berkaitan dengan hal-hal yang melatar belakangi timbulnya karya sastra, seperti unsur budaya, aliran, psikologi, filsafat, agama, dan politik. Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan unsur luar lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Teori sastra memberikan gambaran keutuhan karya sastra dari berbagai segi yang membedakannya dengan karya nonsastra.

Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, memberi penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Kritikan diberikan untuk memberikan masukan kepada penulisnya tentang kondisi karya yang dihasilkannya dengan harapan akan menjadi bahan masukan baginya untuk perbaikan selanjutnya. Dengan kata lain, sasaran kritikus sastra adalah penulis atau penghasil karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra dari sudut keunggulan atau kelemahan karya sastra kritikus sastra tidak bersifat subjektif. Dia harus bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra. Dia bekerja berdasarkan atas teori sastra yang menjadi landasannya dalam memberikan penilaian terhadap karya yang ditelitinya. Dalam hal ini teori sastra merupakan sumber rujukan bagi kritikus sastra sehingga kritik sastranya bermakna bagi penulisnya.

TEORI SASTRA DAN SEJARAH SASTRA

Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Untuk mempelajari perkembangan sastra berbagai cara dilakukan peneliti sejarah sastra. Teeuw mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti sejarah sastra, antara lain:

  • Dengan melihat pengaruh timbal balik antargenre sastra. Misalnya, bentuk syair dalam sastra klasik sering ditulis kembali dalam bentuk prosa,
  • Dengan melihat pengaruh antarkarya sastra. Misalnya, dalam hasil penelitian sastra ditemukan terjadinya kesamaan tema cerita dengan pengembangan yang berbeda. Novel Belenggu, misalnya memperlihatkan transformasi ide tentang keinginan wanita untuk maju yang telah terungkap dalam novel Layar Terkembang pada waktu sebelumnya. Korrie Layun Rampan mengemukakan pula cara untuk melihat perkembangan sejarah sastra Indonesia yaitu dengan membandingkan wawasan estetik, ciri-ciri, karakter, muatan tematik, setiap angkatan sastra. Dengan mempelajari hal tersebut, akan dapat diketahui perkembangan angkatan karya sastra dari waktu ke waktu, dari periode ke periode

Dari uraian tersebut jelas diketahui bahwa diperlukan teori sastra untuk menentukan perkembangan sejarah sastra. Untuk menentukan pengaruh timbal balik antargenre sastra, perkembangan tematik, ciri-ciri, karakter karya sastra diperlukan teori sastra dalam pengkajiannya. Sebaliknya, secara empiris, perkembangan karya sastra memberikan sumbangan pula terhadap perkembangan teori sastra. Demikianlah, dalam perkembangan sejarah sastra akan terjadi interaksi antara teori sastra dengan sejarah sastra.

KRITIK SASTRA DAN SEJARAH SASTRA

Pada bagian sebelumnya sudah dikemukakan bahwa dalam kegiatan kritik sastra, seorang kritikus sastra memberikan pertimbangan kepada penulisnya dengan menggunakan kaidah-kaidah, hukum, kriteria sastra yang menjadi landasannya dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra. Walaupun kritik sastra bersifat subjektif, tetapi kesubjektifannya berada pada koridor sistem sastra.

Di sisi lain, perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada masa-masa tertentu. HB. Yasin, misalnya mengemukakan timbulnya Angkatan 66 karena tema-tema puisi atau prosa hasil karya penyair atau pengarang pada masa itu berbeda dengan tema-tema pada masa Angkatan 45. Korrie Layun Rampan mengemukan pergeseran wawasan estetik para pengarang menyebabkan timbulnya perubahan angkatan sastra. Untuk hal tersebut Korrie mengemukakan:

Pergeseran wawasan estetik ini ditandai oleh berubahnya struktur larik dan bait. Larik dalam puisi Chairil Anwar terikat dalam kesatuan sintaksis yang memolakan sebuah bait, walaupun baitnya hanya terdiri dari satu larik, tetapi lariknya mengandung satu kesatuan ide yang selesai. Larik pada puisi Chairil Anwar merupakan kumpulan penjambemen yang menghubungkan antarsintaksis, bahkan antarkata. Selesaian bait biasanya berakhir dengan kejutan yang memberi sugesti tertentu, baik sugesti magis maupun sugesti psikologis yang berujung pada pertanyaan, berita, harapan, ataupun kengerian. Lain halnya dengan puisi Afrizal Malna yang terbit jauh setelah Chairil Anwar. Larik pada puisi Afrizal Malna bersifat netral, bebas, bahkan nirbait. Puisi tidak pernah punya selesaian karena sajak dapat dibalik secara sungsang, baitnya dapat dibalik ke atas atau ke bawah sedangkan maknanya tidak akan berubah. Larik sama kedudukan dan fungsinya dengan bait karena larik itu sendiri merupakan bait. Dengan revolusi tipografi semacam ini, Afrizal Malna merubah pola dasar plot pikiran dan tema yang mengalir dari awal larik sampai akhir larik ke arah komunikasi kata per kata di dalam sajak. Inilah penanda sudah lahirnya satu generasi sastra yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Dalam kutipan tersebut diketahui bahwa antara teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra terpadu dalam menjelaskan perkembangan wawasan estetik antara masa kepenyairan Chairil Anwar Angkatan 45 dan kepenyairan Afrizal Malna Angkatan 2000.

Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya,struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, member pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra.

Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.