Apa hikmah dari surat al-Saffat ayat 27-33 ?

surat al-Saffat

Wa-aqbala ba’dhuhum ‘ala ba’dhin yatasaa-aluun(a);
Sebahagian dan mereka menghadap kepada sebahagian yang lain berbantah-bantahan.

Qaaluuu innakum kuntum ta’tuunanaa ‘anil yamiin(i);
Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin-pemimpin mereka): “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dan kanan.

Qaaluuu bal lam takuunuu mu’miniin(a);
Pemimpin-pemimpin mereka menjawab: “Sebenarnya kamulah yang tidak beriman”.

Wamaa kaana lanaa ‘alaikum min sulthaanin bal kuntum qauman thaaghiin(a);
Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas.

Fahaqqa ‘alainaa qaulu rabbinaa innaa ladzaa-iquun(a);
Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa atas kita, sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu).

Fa-aghwainaakum innaa kunnaa ghaawiin(a);
Maka kami telah menyesatkan kamu, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat.

Fa-innahum yauma-idzin fiil ‘adzaabi musytarikuun(a);
Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam azab.

Apa hikmah dari surat al-Saffat ayat 27-33 ?

Hikmah pelajaran yang dapat diambil dari surah ash-Shaffat ayat 27-33 yaitu Kebangkitan dari kubur adalah kehidupan baru dan hakiki serta disadari sepenuhnya. Buktinya adalah semua yang bangkit melihat dan menanti sesuatu, bukanlah dalam keadaan bingung dan tak sadarkan diri.

Kata shirat berarti “jalan lebar.” Jalan ke neraka adalah jalan lebar. Riwayat yang menyatakan bahwa jalan tersebut “bagaikan sehelai rambut dibelah menjadi tujuh” tidak sejalan dengan makna kata yang digunakan al-Quran. Riwayat ini tidaklah mempunyai dasar yang kuat.

Salah satu bentuk azab di hari kemudian adalah penantian pengadilan di padang Mahsyar. Dan para pengikut-pengikut kesesatan itu, kelak akan bertengkar dengan pemimpin-pemimpin mereka yang merlepaskan diri dari segala kesalahan walau mereka mengakui kesesatan mereka.