Apa filosofi dari Bau Nyale : Tradisi Melepas Kerinduan?

Sejak tengah malam hingga pagi hari, bibir pantai Seger, Lombok Tengah sudah dipadati oleh masyarakat setempat untuk berburu cacing laut legendaris dari salah satu pantai yang ada di Lombok tersebut. Masyarakat setempat menyebutnya dengan ‘nyale’, sebuah tradisi untuk berburu cacing laut yang tinggi akan protein hewani.

Nyale merupakan sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar laut atau lubang-lubang batu karang. Menurut penututuran dari masyarakat setempat, Nyale merupakan jelmaan dari rambut Putri Mandalika. Berawal dari kisah seorang puteri yang bernama Mandalika, seorang putri raja dari kerajaan Tonjang Beru yang ada di Pulau Lombok. Kecantikan yang dimiliki oleh Putri Mandalika memukau perhatian 3 pangeran dari 3 kerajaan berbeda yang hendak meminangnya.

Konon ceritanya, sang putri tidak bisa menentukan pilihannya dari ketiga pangeran tersebut, yang akhirnya sang putri memutuskan untuk menceburkan diri ke laut. Nyale yang keluar setahun sekali di Laut Selatan Lombok Tengah ini dipercaya merupakan jelmaan dari rambut milik Putri Mandalika. Hingga kini, kepercayaan ini masih menjadi cerita menarik pada saat pelaksanaan festival Bau Nyale.

Selain keindahan panorama pantai dan alamnya, Pantai Seger di Kuta Lombok juga menyimpan banyak daya tarik bagi wisatawan, salah satunya adalah Festival Bau Nyale. Festival Bau Nyale menjadi sisi lain tersendiri dari Pulau Lombok, dimana nyale, yang kemunculannya hanya setahun sekali tepatnya pada bulan Februari dan Maret membuat suatu keunikan tersendiri dari festival menangkap cacing ini.

Nyale-nyale tersebut muncul dua sampai tiga malam, tepatnya saat sebelum matahari terbit. Kemunculan nyale biasanya telah diprediksi oleh para tetua adat dari Suku Sasak Lombok, dan biasanya prediksi tersebut akurat. Namun terkadang juga pernah meleset 1-2 hari, bahkan pernah hingga sampai satu minggu.

Bagi Masyarakat Lombok, khusunya bagi masyarakat Suku Sasak, menangkap nyale secara bersama-sama merupakan salah satu bentuk pelestarian tradisi sekaligus pelepasan kerinduan akan Putri Mandalika yang sudah lama menghilang. Nyale yang telah ditangkap akan dibawa pulang ke rumah.

Upacara penangkapan nyale sangat meriah saat dimana masyarakat berkerumun mencari nyale di sepanjang pantai. Pada malam sebelum festival berlangsung, biasanya masyarakat melakukan ritual tersendiri di rumah mereka masing-masing. Beberapa ritual bau nyale adalah memotong ayam dan membuat ketupat.

Masyarakat setempat meyakini bahwa nyale berhubungan dengan kesejahteraan dan keselamatan. Nyale bisa menyuburkan tanah agar hasil panen berlimpah. Masyarakat Suku sasak percaya bahwa, jika banyak cacing yang keluar dari laut, berarti pertanian mereka berhasil. Nyale yang sudah ditangkap di pantai biasanya akan ditaburkan di sawah, bahkan ada yang mengolahnya menjadi santapan dan obat kuat.

Festival Bau Nyale yang merupakan agenda tahunan dari Pemerintah Daerah Lombok Tengah ini diharapkan dapat mendorong promosi destinasi wisata di Lombok khususnya Lombok Tengah. Adanya festival ini nantinya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok Tengah. Mengingat potensi pulau Lombok yang masih sangat natural bisa mendatangkan devisa yang akan memberi dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian bagi masyarakat setempat.