Apa esensi MVP dalam Pengembangan Produk?

MVP bertujuan untuk memperlihatkan fungsionalitas inti dari produk untuk dapat dipahami dan/atau dirasakan oleh konsumen.

Apa esensi MVP dalam Pengembangan Produk?

Inti dari MVP bukan pada alpha/beta product dari aplikasi, namun lebih kepada cara memberikan kesempatan konsumen untuk memvalidasi secara langsung versi awal produk yang dikembangkan. Karena ketika ide telah direalisasikan dalam sesuatu yang lebih riil dan terpublikasi, orang akan lebih mudah membayangkannya dan menentukan apakah produk tersebut yang ia butuhkan atau tidak.

Berikut esensi MVP dalam Pegembangan Produk, diantaranya yaitu :

1. Menjadi tahapan paling penting, menentukan lanjut atau memikirkan ide lain

Menurut Eric Ries, salah satu yang mempopulerkan konsep MVP, bahwa dengan adanya produk inisiasi seseorang dapat mengumpulkan sebanyak mungkin pembelajaran atau umpan balik dari konsumen. MVP menjadi penting karena MVP menentukan presisi yang tepat antara apa yang ingin disuguhkan dan apa yang benar-benar konsumen butuhkan. Karena itu aplikasi MVP juga dikatakan sebagai sebuah bentuk seni. Untuk itu sebelum meluncurkan MVP, perlu diketahui komponen apa saja yang perlu diperhatikan, sebagai karakteristik MVP.

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci dalam pengembangan MVP:

  1. menitikberatkan pada kegunaan produk secara esensial, sehingga ketika produk benar-benar diluncurkan maka konsumen bersedia menggunakan;
  2. memberikan gambaran umum kepada konsumen tentang fungsionalitas lengkap yang akan dihadirkan mendatang; dan
  3. memberikan umpan balik untuk membantu pengembangan secara berkelanjutan.

2. Mengantarkan pada penilaian yang terukur dan realistis, bukan pada asumsi

Setelah MVP sampai kepada konsumen ada banyak hal yang dilakukan. Yang paling sederhana adalah berbicara dengan konsumen, untuk mengetahui apa yang mereka rasakan. Dari situ akan ditemukan apa yang disebut Problem-Solution Fit.

Problem-Solution Fit sederhananya adalah ketika banyak pengguna merasa apa yang dilahirkan melalui layanan tersebut menjawab kebutuhannya. Namun ketika sudah mencapai ini pun bukan berarti cukup. Karena pada akhirnya semua akan dipertaruhkan untuk tujuan bisnis. Maka selanjutnya perlu memikirkan Product-Market Fit, yakni tentang bagaimana meraih revenue dari proses bisnis yang telah dikembangkan. Dari sini apa yang didapat adalah pengukuran. Tentang apa yang paling diminati dari inisiasi produk, apa yang paling ditunggu, masukan apa yang diberikan dan sebagainya. Semua harus terdokumentasikan secara jelas sebagai bekal untuk mematangkan produk. Bahkan untuk menentukan penghentian pengembangan jika solusi yang ditawarkan ternyata tidak tepat guna.

Hal lain yang perlu diperhatikan, MVP juga harus disodorkan kepada pangsa pasar yang tepat. Dipasarkan kepada orang-orang yang ditargetkan sebagai pengguna. Sehingga marketing effort tetap berperan kunci dalam tahap ini.

3. Membutuhkan pengujian ketat dan fokus dalam pengembangannya

Salah satu metodologi yang dapat digunakan adalah A/B Split Testing, yaitu dengan membandingkan apa yang dihasilkan aplikasi ketika diuji dengan mengubah-ubah variabel yang ada pada aplikasi. Hal demikian fokus terhadap tujuan utama juga perlu menjadi perhatian. Sering kali dalam proses pengembangan produk, terlebih saat telah meluncurkan MVP, akan ada ide-ide baru yang bermunculan. Bisa saja dengan mudah seseorang langsung mengambil ide tersebut dan mengimplementasikannya ke dalam produk. Padahal belum tentu reliable dan bisa jadi menambah kompleksitas produk. Padahal kesederhanaan proses sangat diutamakan dalam MVP untuk memusatkan perhatian pada esensi produk. Dampak dari ideas-overflow jika tidak terkelola dengan baik adalah gagalnya proses MVP dalam kaitannya dengan validasi konsumen dan pangsa pasar.

4. Tetap memfokuskan pada tujuan dari pengembangan produk inisial

Setelah memiliki ide spesifik sebuah produk, lalu lanjut ke MVP yang kaitannya dengan fungsionalitas dan fitur. Kedmudian lakukan proses pra-produksi. Proses perancangan terjadi di proses pra_produksi yang mana memungkinkan terjadinya hambatan, biasanya hambatan datang dari ruang lingkup yang ingin mengupdate fitur dsb. Tetap fokus pada tujuan awal.MVP tidak membutuhkan fitur yang sangat lengkap, namun yang pasti harus mencakup tujuan utama dari ide. Jadi lakukan pengembangan seramping mungkin untuk segera mungkin menghadirkan produk tersebut kepada konsumen.

main-qimg-5ddf0f07ae3ba4c5931b3ed5542014ac

Dalam mengembangkan produk, tentunya tidak mudah seperti yang dibayangkan. Untuk itu terdapat MVP yang dapat membantu dalam pengembangan produk. Tujuan dari MVP itu sendiri ialah menguji asumsi bisnis dan memastikan pengembangan produk sudah sesuai dengan tujuan bisnis. Dengan begitu, produk yang sudah dibuat dapat terus berkembang sesuai dengan harapan. Lalu esensi MVP dalam pengembangan produk yaitu :

  • Menjadi tahapan paling penting, menentukan lanjut atau memikirkan ide lain.
    Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci dalam pengembangan MVP, pertama menitikberatkan pada kegunaan produk secara esensial, sehingga ketika produk benar-benar diluncurkan maka konsumen bersedia menggunakan, kedua memberikan gambaran umum kepada konsumen tentang fungsionalitas lengkap yang akan dihadirkan mendatang dan yang ketiga menyediakan kanal umpan balik untuk membantu pengembangan secara berkelanjutan.

  • Mengantarkan pada penilaian yang terukur dan realistis, bukan pada asumsi.
    Setelah MVP sampai kepada konsumen ada banyak hal yang dilakukan. Yang paling sederhana adalah berbicara dengan konsumen, untuk mengetahui apa yang mereka rasakan.Hal lain yang perlu diperhatikan, MVP juga harus diluncurkan kepada pangsa pasar yang tepat. Dipasarkan kepada orang-orang yang ditargetkan sebagai pengguna.

  • Membutuhkan pengujian ketat dan fokus dalam pengembangannya.
    Selain melakukan pemantauan feedback dari pengguna secara aktif, pengujian juga diperlukan. Terdapat banyak metodologi yang bisa digunakan untuk pengujian produk di masa MVP (ini lebih cocok dilakukan ketika MVP berupa aplikasi atau produk yang bisa dicoba). Salah satu metodologi yang dapat digunakan adalah A/B Split Testing.

  • Cara untuk tetap memfokuskan pada tujuan dari pengembangan produk inisial.
    Dalam proses pengembangan lakukan secepat mungkin. MVP tidak membutuhkan fitur yang sangat lengkap, namun yang pasti harus mencakup tujuan utama dari ide. Jadi lakukan pengembangan seramping mungkin. Karena perlu untuk sesegera mungkin menghadirkan produk tersebut kepada konsumen. Karena pengembangan lanjutan atau penambahan fitur yang paling pas adalah ketika masukan tersebut berasal dari konsumen secara umum.

Referensi :

Dalam berbagai pembahasan tentang “Lean Startup”, MVP selalu ditempatkan pada teknik yang paling penting untuk dilakukan. Menurut Eric Ries, salah satu yang mempopulerkan konsep MVP, bahwa dengan adanya produk inisiasi seseorang dapat mengumpulkan sebanyak mungkin pembelajaran atau umpan balik dari konsumen.

Meluncurkan aplikasi MVP juga dikatakan sebagai sebuah bentuk seni. Karena di sini memerlukan presisi yang tepat antara apa yang ingin disuguhkan dan apa yang benar-benar konsumen butuhkan. Untuk itu sebelum meluncurkan MVP, perlu diketahui komponen apa saja yang perlu diperhatikan, sebagai karakteristik MVP.

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci dalam pengembangan MVP:

  1. menitikberatkan pada kegunaan produk secara esensial, sehingga ketika produk benar-benar diluncurkan maka konsumen bersedia menggunakan;

  2. memberikan gambaran umum kepada konsumen tentang fungsionalitas lengkap yang akan dihadirkan mendatang; dan

  3. menyediakan kanal umpan balik untuk membantu pengembangan secara berkelanjutan.

Menurut Randy Eka dalam daylisocial.id link, esensi dari mvp dalam pengembangan produk adalah untuk “mengembangkan fungsionalitas inti dari produk untuk dapat dipahami dan/ dirasakan oleh pengguna”. Berdasarkan hal tersebut esensi dari adanya mvp dalam mengembangkan produk adalah untuk memastikan bahwa hipotesis masalah yang ingin diselesaikan benar - benar sesuai dengan permasalahan calon pengguna. Calon pengguna dapat memvalidasi secara langsung produk yang akan dikembangkan. Validasi dalam hal ini lebih valid karena dengan adanya contoh produk yang lebih riil, pengguna dapat merasakan dan menentukan apakah produk tersebut benar - benar dibutuhkan oleh calon pengguna dari pada pengguna hanya membayangkan produk yang akan dibuat. Selain beberapa fungsi penting tersebut, sebuah mvp dapat digunakan untuk menentukan:

  1. Tahapan penting untuk menentukan lanjut atau memikirkan ide lain
  2. Penilaian lebih terukur dan realistis, bukan hanya asumsi
  3. Membutuhkan pengujian ketat dan fokus dalam pengembangannya
  4. Ada cara untuk tetap memfokuskan pada tujuan dari pengembangan produk inisial.

Dari penjelasan - penjelasan tersebut, sebuah mvp dalam pengembangan produk penting karena lebih membantu kita untuk memvalidasi ide yang akan kita realisasikan. Apabila ada kekurangan dapat kita ketahui lebih dini dan mengetahui tingkat kematangan produk sebelum produk itu benar benar di realisasikan.