Apa dampak dan bahaya dari rasa putus asa dilihat dari sisi ajaran Islam ?

ORANG MU’MIN TIDAK BOLEH BERPUTUS ASA

QS. Al-`Ankabut [29] : 23

Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.

QS. Al-Mumtahanah [60] : 13

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.

QS. Yusuf [12] : 87

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

MERUPAKAN SIFAT SEBAGIAN MANUSIA

QS. Hud [11] : 9

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.

QS. Al-Hijr [15] : 56

Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat”.

QS. Al-‘Isra’ [17] : 83

Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.

QS. Ar-Rum [30] : 36

Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.

QS. Fussilat [41] : 49

Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.

QS. Ash-Shuraa [42] : 28

Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.

QS. Ash-Sharh [94] : 5

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

QS. Ash-Sharh [94] : 6

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


Apa dampak dan bahaya dari rasa putus asa dilihat dari sisi ajaran Islam ?

Menurut al-Qur’an kata Taqnatu berasal dari kata qanata yang artinya putus asa. Termasuk
fi’il sulasi mujarot.

La taqnatu bisa dibaca la taqnitu, sebagian ahli qira’at ada juga yang membacanya dengan la taqnutu, artinya janganlah kalian putus asa. Sebagaimana pada surat al-Zumar ayat 53-54 melarang hamba-hamba-Nya supaya tidak putus asa.

Putus asa yang dimaksud adalah putus asa dari rahmat Allah.

Menurut Imam Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuti, dalam bukunya yang berjudul “Tafsir Jalalain”, putus asa dari rahmat Allah adalah berputus asa dari ampunan Allah, dengan cara kembali dan berserah diri kepada Allah. Ikhlas dalam beramal mendekatkan diri kepada Allah. Semua amal perbuatan yang dilakukan hanya atas nama Allah. Sedangkan yang dimaksud rahmat Allah adalah ampunan Allah.

Keputusasaan itu bukan sekadar melemahnya atau tidak adanya harapan hari esok yang lebih baik. Sebab, kalau berbicara harapan, semua orang pasti memiliki harapan. Dalam keputusaaan terdapat tiga cakupan mengenai putus asa yaitu:

  • Pertama, melemahnya imajinasi seseorang untuk membayangkan adanya hari esok yang lebih baik, dari mulai tidak adanya target, tidak adanya tujuan atau visi, sampai tidak adanya harapan yang ingin diraih atau solusi yang ingin diperjuangkan;

  • Kedua, merasa tidak berdaya (al-‘ajzu), karena tidak yakin bisa, terus dilanda keresahan (al-hazan), dan takut (al-jubnu);

  • Ketiga, tidak ada tindakan yang diambil untuk memperjuangkan solusi itu atau untuk merealisasikan visi/imajinasi itu.

Keputusasaan itu adalah gabungan dari pikiran, keyakinan, perasaan, dan tindakan

Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa “tertipu”. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini,mereka akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan lebih besar dari kesalahan sebelumnya.

Dalam kondisi demikian, orang beriman harus segera meminta ampunan Allah, berpikir seperti yang AlQur`an ajarkan dan segera membentuk pola pikir yang baru. Al-Qur’an menjelaskan apa yang harus dilakukan orang beriman dalam kondisi itu,

Jika seseorang ikhlas dalam keimanannya kepada Allah, Allah akan mengampuni dosanya jika mereka berbuat salah atau dosa. Bahkan jika mereka berpaling dalam waktu yang lama, mereka masih mendapatkan kesempatan untuk bertobat. Perbuatan setanlah yang menyebabkannya berputus asa. Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan ampunan dan keadilan yang abadi dan yang menjanjikan kemenangan dan surga-Nya kepada orang-orang beriman.

Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an bahwa manusia condong pada kesenangan dan kepuasan diri, tetapi bila semua itu lepas dari genggama maka bisa berakibat fatal. Dan dapat mengakibatkan dampakdampak baik secara psikis maupun fisik. Dampak-dampak putus asa tersebut antara lain :

1. Dampak Secara Fisik

Pada orang yang putus asa memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan fisik, sebab seseorang yang berputus asa sistem tubuh bagian dalam mengalami perubahan untuk mengatasi tekanan jiwa atau depresi. Secara fisik orang yang depresi akan berdampak pada hilangnya sistem kekebalan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penyakit, seperti darah tinggi, sakit kepala, pusing sebelah (migran), gangguan pencernaan dan lain sebagainya. Kondisi pikiran yang tegang dan pikiran kacau yang berlangsung lama juga dapat menimbulka stroke,pingsan bahkan bunuh diri.

2. Dampak Secara Psikis

Adapun secara psikis (kejiwaan) orang yang berputus asa akan menjadi gelisah dan kekhawatiran yang kronis, sehingga mereka sering menjadi mudah marah tanpa sebab, tidak bisa rileks, ragu-ragu dalam bertindak, tidak mampu melakukan kesalahan diluar kesadarannya.

Pada kondisi yang tidak stabil, seseorang akan kehilangan motifasi dan tujuan hidupnya, selalu dalam kecemasan dan kehampaan tiada makna dalam kehidupannya. Pada tahap selanjutnya kondisi ini dapat memunculkan putus asa yang menjurus pada tindakan bunuh diri dan putus asa yang melebihi batas dari rahmat Allah.

Dari sudut pandang islam, Hamdani Bakran Adz-Dzaki mengatakan akibat buruk yang akan ditimbulkan oleh sikap, sifat dan perilaku yang tidak sehat secara psikologi adalah padam dan lenyapnya Nur Ilahiya. Akan tetapi bila kekuatan optimis itu berada dalam diri seseorang maka hidup akan lebih bermakna. Sebagaimana nabi Ya’qub As yang tak kenal lelah dan putus asa dalam penantian dan pencarian beliau terhadap nabi Yusuf putra kesayangan beliau.