Apa benar Lendir Siput membuat Kulit Lebih Mulus?

Mulai dari lidah buaya dan rumput laut dalam berbagai produk kecantikan mainstream, hingga perawatan facial menggunakan plasenta manusia yang mengklaim memberikan tampilan kulit putih cerah sekaligus menstimulasi otak. Tidak mengherankan lagi jika produk perawatan wajah yang mengandung lendir siput sempat menjadi salah satu tren dunia kecantikan akibat popularitasnya yang melesat dalam beberapa tahun belakangan.

Lendir siput (Helix Aspersa Müller Glycoconjugates) bertindak sebagai pelindung kulit bagian bawah tubuh mereka yang terkena kontak langsung dengan tanah dari luka gores, bakteri, dan sinar UV terbukti mengandung kombinasi ampuh dari elastin, protein, anti-mikroba, copper peptide, hyaluronic acid, dan glycolic acid. Semua bahan ini akrab ditemui dalam berbagai produk kecantikan.

Pada awalnya, krim wajah yang mengandung lendir siput dipasarkan sebagai solusi jerawat, namun kemudian lendir hewan bercangkang ini juga dipercaya bisa mengurangi flek hitam dan jaringan parut bekas luka, serta menghilangkan keriput.

Racun yang ditemukan dalam siput laut (varietas berbeda dari siput taman yang sering Anda jumpai) melumpuhkan mangsanya dan dianggap bisa melemaskan serat otot, yang memainkan peran dalam mencegah kerutan di wajah.

Pro dan kontra efektivitas lendir siput untuk kecantikan
Ada beberapa penelitian kecil yang menunjukkan ekstrak siput bisa meningkatkan kondisi kulit dengan meningkatkan kemampuan alaminya untuk menyerap dan memelihara air di dalam lapisan dermis. Selain itu, ada studi lainnya yang menunjukkan bahwa lendir siput mungkin memiliki sifat penyembuh.

Dilansir dari ABC News, berdasarkan hasil temuan studi yang dipublikasikan dalam Journal of Drugs and Dermatology 2013, aplikasi rutin setiap hari dari krim wajah berlendir siput pada 25 orang partisipan menunjukkan pengurangan drastis terhadap garis dan keriput halus.

Ada bukti anekdotal lainnya bahwa protein dalam lendir siput mengandung agen anti-penuaan, dan percobaan klinis telah menyelidikinya, juga terhadap perbaikan kerusakan akibat sinar matahari. Dalam percobaan tersebut, peningkatan terbukti terlihat, dari perbaikan tekstur dan kualitas kulit, meski begitu, lendir ajaib ini tidak akan membantu kerutan dan lipatan yang terlalu dalam.

Belum adanya uji klinis terkontrol serius atau penelitian jangka panjang berkelanjutan membuat sains yang sebenarnya di balik manfaat dari produk berlendir siput masih agak tidak meyakinkan.

Mengutip dari New York Magazine, Dr. Howard Sobel, dermatologis asal New York, berpendapat bahwa tingkat konsentrasi bahan aktif yang terkandung dalam lendir tidak cukup tinggi atau bisa diserap cukup dalam oleh kulit untuk bisa memberikan efek positif.

Dokter bedah plastik, Joel Studin, mengatakan bahwa walaupun sejumlah terhadap lendir siput terhadap perbaikan kulit tidak bisa dibantah, namun sejumlah studi yang ada masih tergolong kecil untuk bisa dijamin legitimasinya dan harus dilakukan penelitian yang lebih baik. Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Elizabeth Tanzi, wakil direktur Washington Institute of Dermatologic Laser Surgery, yang mengatakan walaupun bukti-bukti terhadap lendir siput terhadap perbaikan kulit tidak bisa dibantah, namun sejumlah studi yang ada masih tergolong kecil untuk bisa dijamin legitimasinya, seperti yang dilansir dari Daily Mail.

Yang juga dipermasalahkan adalah konsistensi dari lendir siput itu sendiri. Rus Grandis, seorang ahli kimia dan kepala peneliti dari konsultan kosmetik Architectural Beauty, mengatakan sulit bagi para peneliti untuk mengontrol kadar potensi lendir karena setiap varietas siput yang berbeda akan memproduksi lendir yang berbeda pula. Menurutnya, meski begitu banyak klaim bahwa lendir siput mengandung allantoin (protein untuk meningkatkan kelembutan, asam, dan sifat enzimatik), tapi komponen aktif yang terkandung bisa berbeda tergantung dari sumbernya.

Lebih lanjut, banyak bukti studi yang mengungkapkan efek lendir siput pada kultur sel, termasuk penyembuhan luka, stimulasi produksi kolagen dan elastin baru, dan peningkatan produksi protein fibronectin. Tetapi, sejumlah efek tersebut sejauh ini hanya ditunjukkan pada kultur sel. Sampai saat ini, belum ada keterkaitan antara lendir siput dan efektivitasnya pada kulit manusia yang bisa dibuktikan oleh penelitian terkontrol yang terpercaya.

Sekonyol apapun memasukkan siput dalam produk kecantikan bagi Anda, lendir siput dapat menjadi bahan bioaktif yang kuat. Tetapi, menerjemahkan khasiatnya bisa menghasilkan beragam perspektif berseberangan. Dalam setiap produk, akan tidak mungkin untuk memprediksi keberhasilannya karena tergantung pada kualitas lendir yang digunakan, jumlah dalam produk tersebut, bagaimana lendir tersebut diolah dan diproses, serta interaksi lendir siput dengan bahan-bahan pendukung lainnya yang juga ikut memainkan peran. Hingga saat ini, efektivitas hanya dinilai berdasarkan efek langsung, bukan efek jangka panjang.

Sumber: