Apa benar jika menolak lamaran dari pria, perempuan makin jauh dari jodohnya?

menolak-lamaran_

Menikah menjadi puncaknya sebuah hubungan, dan menikah juga merupakan sebuah ibadah seumur hidup sampai Tuhan yang memisahkan. Karena untuk selamanya itulah, kita perlu mencari dan mendapatkan sosok terbaik yang dapat menemani kita dalam menjalani hari dalam suka maupun duka. Bagi sebagian perempuan, bisa jadi akan dihadapkan oleh pilihan tersulit dalam menentukan masa depannya yaitu memilih seorang pria yang telah siap untuk menjalani hidupnya denganmu, atau menunggu seorang pria yang kamu cintai tapi belum siap menjalani hidupnya denganmu. Pilihan tersulit untuk menentukan menjalani hidup dengan orang yang mencintai atau dicintai olehmu.

Terlebih, saat sedang dihadapkan dengan pilihan sulit itu ada rumor yang sampai saat ini masih menjadi kepercayaan bagi sebagian orang. Yaitu jika menolak lamaran dari seorang pria akan membuat kita semakin jauh dengan jodoh/ pernikahan. Dengan dalih, jika menolak niat baik seseorang justru akan membawa malapetaka untukmu.

Nah bagaimana tanggapan kalian, mengenai rumor ini?

1 Like

menurut saya ini hanyalah sebuah mitos. Psikolog Zoya Amirin mengakui di dunia patriarki ada anggapan bahwa laki-laki menang memilih, sedangkan perempuan menang menolak.

Adanya stereotip ini membuat perempuan seolah-olah nggak berdaya dan nggak punya pilihan lain, selain menerima lamaran dari laki-laki yang datang ke rumahnya. Kalau pun menolak, stereotip “menolak lamaran berarti susah dapat jodoh” ini takut jadi kenyataan. Rasa takut ternyata jauh lebih besar dibandingkan mental si perempuan yang sebenarnya belum siap untuk membina rumah tangga, dan mengemban tugas dan kewajiban sebagai seorang istri juga ibu.
Dalam hati masih banyak impian-impian yang belum tercapai, jiwa muda pun masih menggelora. Namun stereotip itu menghantui mereka, dan biasanya berujung dengan diterimanya lamaran si laki-laki. Apalagi kalau umur perempuan udah 25-an, orang tua udah mendesak nggak sabar pengin cepat punya menantu dan cucu, tambahlah si perempuan semakin tersudut. Pernikahan yang dilandasi rasa terpaksa pada akhirnya berujung pada penyesalan. Ingat, segala sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir bahagia.

Totally mitos. Sebagai perempuan kita berhak untuk memiliki pilihan. Kita berhak menentukan mana yang baik dan mana yang tidak untuk hidup kita. Dari pernyataan ini sebenarnya sudah bisa terjawab:

Menurut aku tidak akan ada untungnya mempertahankan hubungan dengan menerima lamaran orang yang menurut kita sebenarnya tidak cocok untuk menjadi pendamping hidup kita selamanya. Marriage life comes with big responsibility, seluruh hidup kita akan berubah setelah menikah. Ada pasangan yang akan hidup bersama dan kita harus berhadapan dengan orang tersebut setiap hari. Bagaimana jika kita menjalaninya dengan ketidak ikhlasan, hanya karena harus memenuhi tuntutan yang ada? Aku sendiri sebagai perempuan tentunya juga tidak akan mau berhadapan dengan situasi tersebut. Menurut aku rumor tersebut sangat merugikan kita sebagai perempuan. Kita memiliki hak untuk menentukan dan menjalankan pilihan hidup kita.