Antara Teknologi dan Kebijakan, case mana yang lebih berpengaruh masif untuk penanganan climate change?


Gambar 1. Brown Bare Tree on Brown Surface during Daytime (Sumber: Pexels.com/Pixabay)

Aisan Development Bank menyebutkan dalam tajuk berita Asia Tenggara dan Kalkulasi Penstabilan Iklim Global bahwa emisi karbon di Asia Tenggara mengalami peningkatan hampir 5% per tahun yang menjadikan Asia Tenggara sebagai pertumbuhan emisi karbon dioksida tercepat di dunia, dari rentang tahun 1990 sampai 2010 [1]. Emisi karbon inilah yang semakin memperburuk isu climate change atau perubahan iklim. Isu perubahan iklim tidak hanya menyerang pada dampak cuaca, seperti suhu meningkat dan destruktif badai, tetapi signifikansi terdampak pula pada sektor suatu negara, seperti naiknya kebutuhan energi, turunnya produktivitas pertanian, dan sebagainya. Dengan berbagai skenario buruk lainnya, diperlukan adanya langkah untuk meminimalisir hingga pada tahap pencegahan terjadinya climate change.

Progresivitas perkembangan segala upaya yang dilakukan untuk meredam dampak perubahan iklim membuat perkembangan dan keragaman mindset atau pola pikir setiap manusia di muka bumi. Segelintir orang berpendapat bahwa dengan mengembangkan teknologi secara masif, seperti menciptakan mobil yang ramah lingkungan. Bahkan, ADB dalam tajuk artikel yang sama didapatkan bahwa penerapan teknologi energi rendah karbon dapat menghemat biaya penurunan emisi lebih dari 50% dan menghemat sekitar 40-50% biaya kebijakan. Namun, segelintir lainnya berpendapat bahwa tanpa kebijakan, optimalisasi teknologi hanyalah semu karena kebijakan dibuat untuk adaptasi dan mitigasi yang berasal dari teknologi dan signal pasar. Maka, contohnya saat ini muncul carbon market sebagai kebijakan inovatif menghadapi climate change. Hingga saat ini masih terdapat kontroversi pemikiran, komponen manakah yang lebih signifikan dalam menangani dampak perubahan iklim.

Teknologi Vs Kebijakan.


Gambar 2. Protesting Climate Change (Sumber: Unsplash.com/Li-AnLim)

Referensi:
[1] Asia Development Bank. 2016. Asia Tenggara dan Kalkulasi Penstabilan Iklim Global. Dilihat pada adb.org

Topik diskutive yang di sampaikan oleh Kak Gi, menyoroti tentang teknologi bahwasannya teknologi merupakan salah satu produk dari globalisasi yang kita tidak bisa membendung hal itu. Dan juga sebagian besar teknologi diadakan untuk mempermudah segala aspek kehidupan manusia, dan kita harus bisa open minded akan teknologi yang baru dan bisa menerima dengan menggunakan dengan bijak. Nah, mengenai penggunaannya yang bijak sebenarnya untuk mengontrol teknologi yang semakin massif saat ini diperlukan regulasi yang mengatur agar tidak terjadi over using dalam penggunaan teknologi sehingga terjadi climate change bahkan sampai pemanasan global.
Seperti yang dikutip dalam web https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu-sosial/coca-cola-groundwater-depletion-in-india-1204204/ coca cola yang mendirikan 58 perusahaan produksi di india sehingga menyebabkan penipisan tanah disana sehingga perlu regulasi dari pemerintah agar menekan produksi dari investor yang tidak begitu memiliki peran yang krusial dalam pembangunan Negara. Mungkin cukup sekian terimakasih.

Saya sependapat dengan kakak.

Saya izin menyimpulkan dengan pemahaman yang sederhana.

Ketika kita berbelanja di gerai supermarket ataupun pasar, pasti saat setelah berbelanja kita menggunakan sebuah teknologi yang bernama plastik untuk wadah belanjaan kita.

Tapi sebenernya kita juga dibekali teknologi yang bernama kantung\keranjang belanja yang bisa kita bawa dari rumah.

Nah, apakah masyarakat mau tetap terus menggunakan kantong plastik sekali pakai atau keranjang belanja yang bisa dibawa dari rumah?

Tentu saja dan pastinya yang pertama diperlukan kebijakan yang melarang oenggunaan plastik sekali pakai terlebih dahulu, walaupun sebenarnya kesadaran juga bisa, namun nampaknya ini masih berada di urutan kedua setelah perlunya kebijakan.

Penanganan perubahan iklim melibatkan hubungan yang kompleks antara teknologi dan kebijakan. Kedua aspek ini memiliki peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, mengembangkan energi bersih, dan menciptakan solusi berkelanjutan. Namun, sulit untuk menentukan mana yang lebih berpengaruh secara masif, karena keduanya saling terkait dan diperlukan untuk mencapai tujuan penanganan perubahan iklim.

Peran Teknologi dalam Penanganan Perubahan Iklim

1. Energi Terbarukan

Teknologi energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin, menjadi pilar utama dalam mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi fosil yang berkontribusi besar pada emisi gas rumah kaca. Kemajuan dalam penyimpanan energi dan efisiensi teknologi terbarukan juga membantu menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan.

2. Transportasi Hijau

Inovasi dalam kendaraan listrik dan pengembangan infrastruktur untuk transportasi umum yang ramah lingkungan adalah langkah penting dalam mengurangi emisi dari sektor transportasi. Teknologi otonom dan berbagi mobil juga dapat mengoptimalkan penggunaan transportasi, mengurangi kebutuhan akan kendaraan pribadi dan bahan bakar fosil.

3. Pertanian Berkelanjutan

Teknologi presisi pertanian dan pengembangan tanaman yang tahan iklim dapat membantu sektor pertanian untuk menjadi lebih efisien dan berkelanjutan. Sistem monitoring yang canggih juga memungkinkan pengurangan limbah dan efisiensi penggunaan sumber daya.

4. Efisiensi Energi

Teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi dalam sektor industri, perumahan, dan komersial dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan. Sistem pintar untuk pengelolaan energi dan inovasi dalam konstruksi bangunan efisien energi menjadi faktor kunci.

Peran Kebijakan dalam Penanganan Perubahan Iklim

1. Regulasi Emisi

Kebijakan yang menetapkan batasan emisi gas rumah kaca menjadi alat utama dalam mengarahkan perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan mereka. Pajak karbon dan sistem perdagangan emisi adalah instrumen kebijakan yang efektif untuk mengenakan biaya pada emisi.

2. Subsidi dan Insentif

Pemerintah dapat memberikan dorongan melalui subsidi dan insentif untuk industri yang mengadopsi teknologi bersih. Ini dapat mencakup insentif pajak, kredit pajak, atau bantuan keuangan langsung untuk mendorong investasi dalam solusi berkelanjutan.

3. Penyuluhan dan Pendidikan Masyarakat

Kebijakan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang perubahan iklim dan cara mengurangi dampaknya sangat penting. Edukasi dapat membentuk perilaku konsumen dan mendukung penerimaan teknologi hijau.

4. Kerjasama Internasional

Kebijakan perubahan iklim tidak dapat berhasil tanpa kerjasama internasional. Perjanjian seperti Kesepakatan Paris menjadi fondasi untuk upaya global dalam menghadapi perubahan iklim. Kerjasama ini mencakup pendanaan untuk negara-negara berkembang dan transfer teknologi.

Sinergi Antara Teknologi dan Kebijakan

1. Inovasi Berbasis Kebijakan

Kebijakan yang mendukung penelitian dan pengembangan teknologi bersih dapat mempercepat inovasi. Pemerintah dapat memberikan dana dan insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam solusi berkelanjutan.

2. Standar Emisi dan Sertifikasi

Pengembangan standar emisi dan sertifikasi oleh pemerintah dapat menciptakan dasar untuk penggunaan teknologi bersih. Ini memastikan bahwa inovasi yang diadopsi juga mematuhi standar lingkungan.

3. Pengelolaan Data untuk Pengambilan Keputusan

Teknologi big data dan kebijakan yang mendukung pengelolaan data dapat membantu pemantauan dan evaluasi dampak perubahan iklim. Ini memungkinkan pengambilan keputusan berbasis bukti dan adaptasi yang efektif.

4. Partisipasi Publik dalam Pengambilan Keputusan

Pembentukan kebijakan yang melibatkan partisipasi masyarakat memastikan adopsi solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan meminimalkan resistensi terhadap perubahan.

Kesimpulan: Integrasi Holistik untuk Sukses

Dalam penanganan perubahan iklim, tidak dapat dipisahkan antara teknologi dan kebijakan. Keduanya saling melengkapi dan diperlukan untuk mencapai transformasi yang diperlukan dalam masyarakat dan industri. Teknologi menyediakan solusi teknis, sementara kebijakan menciptakan landasan hukum dan insentif yang diperlukan untuk mendorong adopsi teknologi bersih.

Integrasi holistik antara teknologi dan kebijakan menciptakan kesempatan untuk mempercepat perubahan yang dibutuhkan dalam waktu yang lebih singkat. Ini membutuhkan kerjasama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama dalam menanggapi krisis perubahan iklim.