Antara Komunikasi, Demokrasi, dan Gerakan Sosial Baru

2a032548acdb03b34a9895ca3355a845
Credit: Yes! Magazine on Pinterest

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang akan berinteraksi satu sama lain. Rasa ingin tahu dan kebutuhan hidup dapat dikatakan sebagai alasan manusia untuk melakukan komunikasi. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai sarana penyampaian pendapat, saling berbagi informasi, ide, dan kemampuan melalui kalimat verbal, virtual, dan lain-lain (Prof. Deddy Mulyana, 2000). Kemudian Harold D. Lasswell menyebutkan ada tiga elemen pokok alasan manusia berkomunikasi, yakni rasa peduli akan lingkungan sekitar, bagaimana ia survive dalam hidupnya, dan suatu keharusan untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas (Prof. Dr. H. Hafied Cangara, 2009).

Secara general, global social movement berpatokan dengan konsepsi psikologi sosial. Global social movements ialah stigma subjektif aksi kemasyarakatan ancient yang kemudian mengalami pengembangan menjadi bagian baru dari kegitan bermasyarakat (Rusmanto, 2013). Gerakan sosial baru ( new social movement ) – istilah ini dikembangkan oleh sosiolog asal Prancis, Alan Touraine pada 1975 dan sosiolog asal Italia, Alberto Melucci pada 1980. New social movement merambat dari tradisi teoritis sosial dan filsafat politik di Eropa. Falsafah ini hadir sebagai bentuk tanggapan terhadap konsepsi Marxisme klasik yang dianggap kurang signifikan dalam menganalisis bagaimana tindakan kolektif terbentuk. Sekitar dua puluh tahun, konsep mobilisasi sumber daya telah berhasil menjadi paradigma yang dominan. Akan tetapi dewasa ini beberapa dari orang-orang mempertanyakan kejelasan kegunaan dari perspektif tersebut untuk memahami beberapa jenis gerakan sosial dan konsistensinya lalu selebihnya orang-orang ini telah menghadirkan kritik penting dalam rangka memprotes pendekatan ini. Para penuntut perubahan (pelaku gerakan sosial) berasal dari seluruh kalangan masyarakat mulai dari kelompok kepentingan hingga yang memiliki kesamaan kepentingan.

Lalu mengapa gerakan sosial baru ini penting bagi Negara demokrasi?

Demokratisasi yang terjadi di dunia dewasa ini muncul sebagai hadirnya kelompok-kelompok manusia yang memiliki pemikiran yang sama hingga berusaha untuk mewujudkan tujuan dari terbentuknya gerakan sosial tersebut dengan memberikan perhatian dan kepedulian mengenai keadaan dalam rangka tercapainya masyarakat yang demokratis dan teratur. Cabang demokrasi ini sebenarnya juga sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Lalu apa yang membuatnya penting? Hal itu dikarenakan adanya perbedaan dalam suatu Negara sehingga hal ini pula berkaitan erat dengan pentingnya pemahaman akan perbandingan politik agar nantinya tidak keliru ketika melakukan penelitian. Proses penyuaraan ini pun bisa dikatakan lebih meluas bisa dilihat dari kemudahan penyebaran informasi.

K.J. Holsti dalam bukunya yang berjudul International Politics: A Framework for Analysis , menyatakan pengaruh penyebaran informasi dan kegunaan media massa dalam dunia perpolitikan. Hal tersebut dapat memicu masyarakat dalam lingkup nasional bahkan perpolitikan global dengan pegumpulan massa yang berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh setiap Negara (Holsti, 1983). Demokrasi juga bisa dilakukan melalui gerakan sosial menggunakan media massa. Saling bertukar informasi, mengetahui seluk beluk kehidupan di ujung dunia, berkomunikasi jarak jauh semuanya telah terangkum dalam media massa dan ini merupakan alasan akan pentingnya media massa walau terkadang banyak yang salah dalam menggunakannya.

Kemudian, apakah gerakan sosial hanya bisa ditemui dalam lingkup internasional bahkan global? Ternyata tidak. Pernah melihat suatu lukisan gambar yang ada di tembok di tepi jalan raya? Atau di sebuah gang komplek? Ya, ternyata sarana penyaluran unek-unek tidak hanya melalui protes di media massa ataupun mendatangi gedung sakral tetapi juga bisa dilakukan melalui pewarnaan di tembok-tembok luas di jalanan atau biasa disebut karya seni lukisan tembok. Dengan begitu orang yang lewat bisa sedikit menyegarkan mata dengan pemandangan yang mengandung nilai estetika tersebut sekaligus dapat memahami maksud dan tujuan dari lukisan tersebut sehingga nantinya orang-orang yang mempunyai pemikiran sama dapat berkumpul dan bercerita bagaimana mengatasi ketidakstabilan yang terjadi di negaranya. Hal itu bisa menjadi salah satu media penyampai aspirasi, khususnya yang berisikan kritik sosial. Kegelisahan, kekecewaan, dan amarah dituangkan oleh seniman melalui hal itu. Melalui lukisan, maka secara tidak langsung telah membuka komunikasi walaupun tidak melalui verbal.

Lalu bagaimana bisa demokrasi bisa berkaitan langsung dengan konsep dalam komunikasi? Bagi Sidney Hook, demokrasi adalah pola sistem pemerintahan yang mengutamakan pengambilan keputusan dalam tatanan Negara melalui masyarakat sebagai mayoritas dewasa (Nakamura & Samallowood, 1980). Artinya bersosialisasi melalui komunikasi tidak hanya terpaku pada komponen makro saja melainkan mikro. Sebagai contoh, masyarakat bisa mengemukakan pendapat tanpa harus berada di jajaran pemerintah terdahulu. Tidak hanya untuk mengkritik atau memberi saran pada sistem pemerintahan, komunikasi pula dapat direalisasikan ketika ditemukan perbedaan pendapat yang ada pada komunitas atau organisasi di bidang tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan motivasi, minat, bahkan efektivitas kinerja kerja yang ada dalam suatu komunitas. Didalam suatu komunitas bisa ada orang yang bergerak di content creator , graphic designer , ui/ux designer , public relations , dan lain-lain. Hanya karena mereka berada dalam satu ruang lingkup komunitas, bukan berarti mereka dapat mengemukakan pendapat dengan lurus, pasti akan ada inconvenience yang harus di retas melalui komunikasi.

Apa yang membuat keduanya berkaitan?

Pernah turun ke jalan untuk memberi suara sebagai upaya tuntutan? Apakah untuk turun ke jalan perlu kualifikasi dan kriteria khusus? Apakah turun ke jalan hanya diutamakan untuk anak komunikasi? Tentu tidak. Semua orang dapat berbicara, sebagaimana yang menjadi jargon kids jaman now kalau generasi muda ialah agent of change . Perilaku gerakan sosial baru tidak hanya diwujudkan melalui face to face melainkan media massa. Media baru dimaknai sebagai hasil penggabungan media dan jaringan sosial. Hingga mengeluarkan tiga karakteristik dalam sebuah media, yaitu: (1) integrasi, (2) interaksi, dan (3) digital (Van Dijk, 2006). Seiring perkembangan waktu, kebutuhan manusia menjadi begitu kompleks hingga membutuhkan suatu bahan bakar yang dapat menunjang kehidupan dengan mudah, salah satunya ialah kemudahan teknologi yang kian hari kian maju. Melalui teknologi yang mumpuni, masyarakat internasional dapat berinteraksi secara mudah dan cepat. Sebagai contoh, ketika menghadapi pandemi Covid-19 seperti sekarang, perlu adanya teknologi yang memudahkan suatu individu dengan individu lain untuk berinteraksi satu sama lain guna berbagi informasi, antisipasi dini krisis lingkungan akibat pandemi, kebutuhan pendidikan, kebutuhan pekerjaan dan lain-lain.

Adanya kemajuan dalam mengakses situs media sosial ternyata membawa dampak positif seperti setiap orang memiki persamaan hak untuk sekedar mengemukakan pendapat sebagai bentuk kontribusi terhadap suatu permasalahan, dengan begitu setiap orang yang memberi ide maka jalannya komunikasi akan berjalan dengan sendirinya seperti memberikan saran guna penyelesaian masalah. Media berperan sebagai wadah virtual yang relatif tidak terbatas tanpa melihat latar belakang tertentu (Satriani, 2011).

Jadi, melalui komunikasi, seluruh ide, gagasan, kritik, saran serta keluh kesah dapat tersalurkan asal dapat menempatkan ucapan dengan sebaik-baiknya tanpa menyinggung pihak manapun. Sarana komunikasi pun tidak terbatas, walaupun berada pada tempat yang berbeda bahkan sedang dalam masa self quarantine pun bisa direalisasikan melalui metode virtual. Tuntutan dan keinginan mengemukakan suara juga bisa dilakukan melalui gerakan sosial yang dapat membawa dampak yang berkesinambungan dan relevan.

References:

Holsti, K. (1983). International Politics: A Framework for Analysis . Englewood Cliff, New Jersey: Prentice-Hall.

Nakamura, & Samallowood. (1980). The Polities of Policy Implementation. New York: st. Martin’s Press.

Prof. Deddy Mulyana, M. P. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M. (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusmanto, J. (2013). Gerakan Sosial: Sejarah Perkembangan Teori Antara Kekuatan dan Kelemahannya. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Satriani, S. (2011, Mei 31). Diskusi Internal: Pengaruh Situs Jejaring Sosial Terhadap Perkembangan Gerakan Sosial dalam Politik Internasional. Retrieved from Pusat Penelitian Politik “The Center for Political Studies”: http://www.politik.lipi.go.id/kegiatan/465-diskusi-internal-pengaruh-situs-jejaring-sosial-terhadap-perkembangan-gerakan-sosial-dalam-politik-internasional-1

Van Dijk, J. (2006). The Network Society .Sage: Second Edition.

1 Like