Antara Kaki yang Lemah dan Mimpi yang Kuat

gatauuu

Berapa pun usia seseorang, masih berhak baginya untuk melukis mimpi. Entah itu tua atau muda, tak ada salahnya untuk menciptakan yang namanya mimpi. Usia bukanlah halangan bagi semua orang untuk terus bermimpi, dan mewjudkannya.

Bagi sebagian orang, hambatan terbesarnya dalam merealisasikan mimpi-mimpi mereka adalah caci makian dari pihak luar. Baik itu diremehkan, direndahkan, dianggap gagal & tak mungkin berhasil, dan sebagainya. Atau, hambatan terbesarnya adalah dirinya sendiri? Ya, bisa jadi.

“Mengapa kau masih saja berangan-angan?”

“Jangan bermimpi terlalu tinggi. Nanti kalau jatuh, sakit lho.”

“Untuk apa terlalu banyak bermimpi?”

“Hidup dibawa santai saja, tidak perlu terlalu serius.”

“Memangnya bisa, kau mewujudkan mimpimu yang terlalu tinggi itu?"

Pernah mendengar kalimat-kalimat di atas? Dan, sempat bingung bagaimana menanggapi ucapan-ucapan tersebut? Tenang, jangan khawatir. Ketika orang-orang di luar sana meremehkan dan menganggap sepele apa yang kau impikan, tersenyum dan tutup telinga adalah jalan terbaik. Ya, saat awal-awal mendengar ucapan mereka, sangat wajar jika kita sakit hati. Hati siapa yang tak tersayat mendengar kalimat seperti itu?

Atau, mungkin saja kalian mendapat hambatan dari diri kalian sendiri? Tak jarang kita sebagai manusia merasa tidak percaya diri dengan mimpi yang kita buat sendiri. Entah itu karena mimpi yang diciptakan dirasa terlalu tinggi dan terlalu berat untuk diwujudkan, atau karena diri sendiri memang sudah tak sanggup untuk mewujudkannya.

Jatuh bangun dalam melukis mimpi dan mewujudkan mimpi, pasti ada. Beberapa dari kita sudah cukup sering mendengar bahwa hal tersebut (jatuh dan bangun) adalah bagian dari proses menuju keberhasilan dan kesuksesan. Itu adalah hal yang normal. Dan memang benar begitu adanya. Tak jarang, di tengah perjuangan yang sedang berlangsung, ingin rasanya untuk berhenti dan kembali menuju garis start . Berharap untuk mengakhiri mimpi yang telah diciptakan itu sendiri. Ya, mengakhiri tetapi tidak mengakhirinya di garis finish . Mengakhiri dengan mundur, karena sudah tak sanggup dengan semua ucapan orang-orang yang mendesak untuk memutus tali impian kita.

Cobaan dan ujian itu terlalu berat kau letakkan di pundakmu. Seakan-akan kedua kakimu lumpuh. Tak sanggup lagi berjalan, terlebih untuk berlari. Lengah sudah, kedua kaki untuk menjemput mimpi di depan sana. Yang awalnya tulang begitu kuat karena dikukuhkan oleh mimpi-mimpi yang kau tanam dalam dirimu, tak lama tulang-tulangmu rapuh perlahan-lahan, hendak menyerah tak sanggup memikul beban.

Betapa rapuhnya jiwa ketika semangat itu hilang. Saat di mana semangat mewujudkan mimpi itu terombang-ambing, dan tak lama benar-benar menghilang. Entah, kapan kembalinya semangat itu. Tak heran, perlahan air mata pun berjatuhan. Tidak kuat, menahan perihnya realita dan beratnya perjuangan menggapai mimpi. Kedudukan mimpi itu sendiri berada di ambang kematian. Sedikit lagi, mimpi itu hanyut menghilang terbawa arus.

Di saat diri kita sedang berada di tahap jatuh dalam mewujudkan mimpi-mimpi yang telah dilukis, bukankah keyakinan adalah kunci kita untuk bangkit kembali? Yakin, bahwa cepat atau lambat, kita akan sampai di tahap akhir. Yakin, kita akan berhasil menjemput mimpi yang telah dilukis seindah mungkin, di depan sana. Yakin, diri kita kuat. Mental kita kuat. Yakin, kedua kaki kita dapat sembuh dari lara, hingga dapat berlari seperti semula, untuk mengejar mimpi kita yang indah.

Ketika jatuh ke dalam jurang kegagalan, jangan pernah mau untuk terus singgah di dalam jurang tersebut. Panjat jurang itu, jangan dengarkan sorak orang-orang yang berusaha menjatuhkanmu lagi. Dengarkan sorakan mimpimu di luar sana, yang menunggu kedatangan dirimu. Teruslah berusaha mencari jalan keluar, hingga kau bertemu dengan mimpimu. Berjuanglah, aku yakin kau sendiri tidak mau kalah hanya karena ucapan orang-orang di luar sana yang meremehkanmu hingga menyayat perasaanmu. Perjuanganmu, akan terbalaskan. Tak akan sia-sia. Kedua kakimu pasti lelah. Sesekali berjalan, sesekali berlari. Baru setengah perjalanan menuju mimpimu, wajar juga jika sudah merasa tak kuat. Tidak apa-apa. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, itu bagian dari proses menuju keberhasilanmu meraih mimpi.

Dan, jangan khawatir ketika sewaktu-waktu, tidak ada yang menyuguhkan kata-kata penyemangat kepadamu. Tidak perlu terlalu khawatir, ketika banyak orang di luar sana tidak mendukungmu untuk menggapai mimpi-mimpimu. Akan aku beri tahu satu hal. Terkadang, kita tidak perlu kata-kata penyemangat dari orang lain. Terkadang, kita tidak harus mencari-cari perhatian agar mendapatkan dukungan dari banyak orang di luar sana. Kau tahu? Bahwa sebenarnya, semangat dari mimpimu sendiri itu sudah cukup. Jadikanlah mimpi yang telah kau lukis seindah mungkin itu sebagai penyemangatmu, motivasimu. Sumber semangatmu, adalah mimpimu. Ingatlah selalu, bahwa mimpimu akan setia menyertai dan menyemangati jiwa ragamu. Kau tidak perlu malu untuk merangkul mimpimu seerat mungkin. Ketika mimpimu telah kau rangkul, maka buih-buih semangat akan hadir di dalam ragamu, dan akan terus singgah di sana. Maka dari itu, tidak perlu terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan, keterpurukan, dan kesengsaraan. Ya, sedetik dua detik saja boleh kau merasa sedih dan merasa dunia ini tidak adil. Namun, ingat bahwa jarum jam terus berdetak. Waktu terus berjalan. Masih yakinkah dirimu untuk membiarkan perjuanganmu berhenti sampai di sini saja? Apakah kau yakin, ragamu tak ingin memperbaiki keadaan dan bangkit untuk mengejar mimpimu kembali? Harusnya, jawabanmu adalah kau masih ingin terus berjuang.

Rawat mimpimu sebaik mungkin. Tanggung jawab terhadap mimpi yang telah kau ciptakan itu. Jangan biarkan mimpi-mimpi itu rusak begitu saja, tanpa ingin kau perbaiki. Apa hanya di awal saja kau semangat untuk merawat dan memperjuangkan mimpimu? Lantas, ke mana perginya semangatmu sekarang? Lanjutkan terus perjuanganmu. Rawat jiwa semangat juang yang telah kau tanam dalam ragamu. Seberat apa pun itu, paksa melangkah. Buat kedua kakimu kuat kembali. Kukuhkan tulang kakimu dengan keyakinan dan semangat yang kau miliki. Jangan berhenti di tengah jalan. Tidak, jangan pernah melakukannya. Itu akan menunjukkan bahwa kau tidak bertanggung jawab.

Terjatuh, itu wajar. Terjatuh, adalah bagian dari lika-liku menuju garis finish . Pada kutipan yang saya buat, saya menuliskan, saat kedua kaki tak lagi mampu melangkah, masih ada segudang mimpi, yang bersorak menyemangati. Makna yang ada dalam kutipan tersebut kurang lebih seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Yang ingin saya tegaskan adalah, masalah pasti ada. Beban, pasti ada. Keresahan akan hadir di tengah perjalanan menuju keberhasilan. Entah itu beban yang cukup ringan, atau beban yang begitu berat. Mungkin sempat, beban yang kau pikul di pundakmu itu melumpuhkan kedua kakimu. Namun apa poin pentingnya? Kau harus tahu bagaimana caranya agar laramu pulih, agar kakimu tak lumpuh lagi. Kau harus tahu, caranya untuk bangkit dan melanjutkan perjuangan. Dan yang tak kalah penting adalah, semangat dan motivasi yang tumbuh dari mimpi-mimpi tersebut. Mimpimu adalah motivasimu. Mimpimu adalah penyemangatmu. Terus lanjutkan perjuanganmu, hingga mimpimu berkata, “Selamat, kau berhasil."

#BerjuangMeraihMimpi
#LombaCiptaQuotes2.0
#dictiocommunity

https://drive.google.com/file/d/1Sw4m0Q6heBSxkDKrQoSWKxPRoBcAe_9J/view?usp=sharing

1 Like