Anak emas kesayangan guru yang dibenci teman, benarkah?

20210804_125730_0000

Istilah anak emas tentu sudah sangat familiar di telinga kita. Frasa tersebut termasuk metafora dengan menggunakan objek “emas” yang berarti benda paling mahal, berharga, dan bernilai tinggi. Sehingga frasa “anak emas” ini mempunyai makna anak kesayangan.

Beberapa dari kita mungkin pernah menjadi anak emas. Beberapa lainnya mungkin pernah merasa teracuhkan karena berada di lingkungan yang sama dengan si anak emas. Kebetulan aku sendiri pernah menjadi keduanya. Di satu sisi, anak yang memiliki kelebihan seperti pandai, menjadi juara, pekerja keras, seolah memang pantas dianggap anak emas oleh guru, dosen, bos, maupun orang tua. Di sisi lain, teman ataupun rekan dapat memperoleh kerugian karena selalu dibandingkan dengan anak emas, usaha-usaha yang dilakukan pun kerap dianggap tak berharga dan diperlakukan tidak adil. Sehingga, tak sedikit orang yang membenci dan kerap mencibir anak emas.

Kalau dari pandangan kalian keberadaan anak emas ini merugikan atau tidak? Lalu, bila hal ini dirasa tidak adil, bagaimana baiknya agar kita tidak terbiasa mengunggulkan satu orang dibandingkan yang lain?

Referensi :
Heriyanto, E. (2020). Javanese Swearing Words: an Analysis of Shifting and Changing Referring Connotative Meaning. Journal of Language and Health , 1 (1), 29-38.