Imam al-Syafi’i, tokoh besar dalam fiqh (hukum Islam), suatu hari dicaci-maki oleh mereka yang tak paham atau “safih” (pandir). Ia tak ingin membalasnya. Lalu menulis puisi :
يُخَاطِبُنِي السَّفِيْهُ بِكُلِّ قُبْحٍ
فَأَكْرَهُ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ مُجِيْبًا
يَزِيْدُ سَفَاهَةً فَأَزِيْدُ حُلْمًا
كَعُوْدٍ زَادَهُ الْإِحْرَاقُ طِيْبًا
Orang pandir menyerang aku dengan kata-kata kasar.
Maka aku tidak ingin menjawabnya.
Dia bertambah pandir dan aku bertambah sabar.
Aku bagai kayu gaharu saat dibakar ia menebarkan wangi.
(Diwan Asy-Syafi’i, hal. 156).