Akhlak Yang Utama

Akhlak Yang Utama

Allah SWT berfirman

وَاِ نَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.”
(QS. Al-Qalam 68: Ayat 4)

Tidak ada kecemerlangan tanpa akhlak dan budi pekerti. Akhlak yang tinggi menjadi kekuatan yang sangat penting dalam dakwah nabi. Nabi diutus dengan misi untuk menyempurnakan akhlak. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad Al Baihaqi nabi bersabda : aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Islam adalah agama yang mementingkan hubungan baik dengan Allah dan hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan baik dengan Allah tercapai melalui taqwa, hubungan baik dengan sesama manusia tercapai melalui akhlak.

Dalam riwayat yang disampaikan oleh Imam Tirmidzi nabi bersabda bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada. Ubahlah perbuatan yang keji dengan perbuatan yang baik niscaya yang baik itu akan menghapuskan yang buruk dan bergaul sesama manusia dengan akhlak yang baik. Akhlak Yang Mulia berkaitan erat dengan iman. Nabi pernah ditanya “ya Rasulullah mukmin manakah yang lebih utama imannya?” nabi menjawab yang baik akhlaknya.

Akhlak nabi Muhammad saw memang tidak ada bandingannya. Akhlak yang mulia ini berhasil memikat banyak hati manusia termasuk hati musuh musuhnya. Akhirnya sebagian besar musuh-musuh itu menjadi pengikut nabi yang setia tidak kah ini menunjukkan akhlak mulia adalah kekuatan penting yang menjamin kecemerlangan hidup.

Kebahagiaan hidup akan mengiringi mereka yang berakhlak mulia. Menurut Imam Al Baihaqi nabi bersabda: di antara jalan kebahagiaan bagi manusia ialah mempunyai akhlak yang mulia. Terdapat sebagian dari umat Islam saat ini yang rajin beribadah namun malangnya mereka mengecilkan akhlak dan meremehkannya. Sahabat nabi anas bin malik pernah berkata seseorang akan sampai ke tempat yang tinggi di dalam surga disebabkan oleh akhlaknya, walaupun ibadahnya tidak banyak dan ada orang yang akan berada di dalam neraka yang paling bawah disebabkan oleh keburukan akhlaknya walaupun ibadahnya banyak. Hal ini ditulis oleh Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin.

Berakhlak mulia adalah baik, inilah sifat kaum Solihin. Mereka memperoleh berbagai karunia dan anugerah besar dari Allah taala sehingga dapat berakhlak mulia dan berjiwa lapang. Tidak demikian halnya dengan para pecinta dunia, ketergantungan mereka pada berbagai urusan yang melelahkan, membuat mereka mudah bosan, jemu, dan sedih.

Barang siapa meninggalkan tuhannya, maka hati dan batin yang menjadi rusak. Ketika menengok kerusakan dan kegelapan batinnya Ia pun merasa sedih, berduka, bosan, sempit dan tak berdaya. Untuk melupakan kesedihan dan kondisinya ini ia segera mencari kesenangan seperti duduk duduk di tepi jalan bersama para pengangguran dan memperbincangkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Perbuatan ini tidak akan dilakukan oleh orang-orang yang soleh. Sebab, mereka memiliki hati yang bercahaya dan pikiran yang jernih. Mereka temukan kenikmatan batin dan kepuasan tersendiri ketika meneliti berbagai rahasia dirinya.

Habib Abdullah bin Alawi al-haddad r.a berkata, dalam zaman sekarang ini orang harus dengan lemah lembut mengajak orang lain kembali kepada kebenaran Allah. Agar dapat berbuat seperti itu dia harus membiasakan diri dengan perilaku yang baik, lebih baik daripada orang lain. Bila ada yang mau mengikutinya dia adalah bagian dari dirinya. Orang yang menentang atau melawannya serahkan sajalah persoalan orang itu kepada Allah. Zaman sekarang ini adalah zaman yang disebut dalam hadis sebagai zaman akhir (akhir zaman), di mana tiap orang harus menjaga dan memperhatikan diri sendiri tidak berkewajiban menyelamatkan orang lain (dari murka Allah) karena ikatan kemanusiaan di dalam zaman ini sudah melemah.

Ketahuilah akhlak mulia bukanlah sekedar keceriaan wajah seseorang yang penuh kasih sayang. Kadang manusia memiliki wajah yang ceria tetapi perbuatannya buruk. Akhlak mulia yang sebenarnya adalah keceriaan wajah yang dilandasi dengan hati suci dan perbuatan-perbuatan mulia.

Apakah hubungan antara hati dan akhlak? dari manakah pembinaan akhlak berawal?

Sebenarnya, pembinaan akhlak berawal di dalam hati. Dalam Surat As-syam ayat 9-10 Allah berfirman:

Sesungguhnya telah berhasillah mereka yang membersihkan jiwa dan merugilah mereka yang mengotorinya.

Berkaitan dengan ayat ini Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Al Qur’an Al Azhim berkata, hal ini dapat diartikan bahwa beruntunglah mereka yang membersihkan jiwa dengan mentaati Allah, seperti yang disebutkan oleh Imam Qotadah serta membersihkan dari akhlak yang keji dan hina.

Kebersihan hati atau jiwa tidak dapat dipisahkan dari akhlak. Berdasarkan dari ini Imam al ghazali dalam ihya ulumuddin bab pelatihan jiwa, pemurnian akhlak dan pengobatan penyakit hati mengatakan, budi pekerti yang baik adalah setengahnya agama. Hasil dari mujahadah yang dilakukan oleh orang-orang yang bertakwa dan latihan yang dilakukan oleh orang-orang yang kuat beribadah. Akhlak yang baik adalah pintu yang terbuka dari hati yang akan menghasilkan kenikmatan surga di sisi Allah. Budi pekerti yang jahat hasil penyakit hati dan jiwa dan ini merupakan penyakit yang menghilangkan kebahagiaan hidup yang abadi.

Banyak orang gagal memperbaiki akhlak mereka karena mereka tidak mengenali kelemahan diri sendiri. Mereka seringkali terpedaya merasa bahwa akhlak mereka sudah cukup baik. Dalam Ihya Ulumuddin pada pelatihan jiwa, pemurnian akhlak dan pengobatan penyakit hati Imam Ghazali mengutarakan beberapa kaidah yang dapat digunakan untuk mengubah akhlak seseorang

  1. Berguru kepada guru yang mampu mendidik anda. Guru itu mestilah seseorang yang bersih hatinya dan mantap agamanya yang mampu melihat kelemahan yang ada pada diri anda dan mampu memberikan petunjuk tentang cara memperbaiki kelemahan itu.

  2. Berkawan dengan seorang yang baik dan mantap agamanya. Sahabat Anda itu dapat membantu anda untuk memperbaiki akhlak dan anda harus menerima teguran ikhlas darinya. Inilah jalan yang pernah dilalui oleh tokoh-tokoh Islam sebelum ini.

  3. Memanfaatkan komentar-komentar negatif dari musuh. Sepatutnya manusia lebih banyak memanfaatkan komentar musuh yang mengomentari tentang kekurangan dirinya daripada mendengar puji-pujian dari kawan sendiri. Orang-orang biasa menganggap komentar-komentar musuh sebagai pandangan yang tidak bernilai sebaliknya orang-orang yang tajam mata hatinya sering mengambil manfaat dari komentar-komentar itu.

  4. Mengambil pelajaran dari kelemahan orang lain. Dalam pergaulan kadangkala anda akan melihat perbuatan dan sikap negatif orang lain ketika itu hendaklah anda menjadikan kelemahan orang itu sebagai kelemahan anda yang harus anda perbaiki. Jadikan orang lain sebagai cermin tentang diri anda karena sesungguhnya seorang mukmin itu cermin bagi mukmin yang lain.

REFERENSI:

[1] Abidin, danial zainal. 2007. Al-qur’an for life excellence. Penerbit hikmah. Jakarta.
[2] Al-aidarus, ustad naufal bin muhammad. 2008. Rahasia ilmu para wali. Taman ilmu. Surakarta.
[3] Asy-syajjar, syaikh ahmad bin abdul karim al-hasawi. 2006. Risalah hati. Pustaka hidayah. Bandung.