Akhlak itu Penting, Penting Banget, Banget

1


Berbicara tentang cara agar kita dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala , pasti pikiran kita akan tertuju pada kita harus banyak-banyak berzikir, rajin puasa Senin Kamis, rajin shalat malam, rajin shalat sunnah lainnya, hafal ayat-ayat Al Quran, suka ikut kajian, dan lain-lain, sehingga kita lupa bahwa ada satu hal yang kelihatannya sepele tapi banyak orang sering melewatkannya, yang bisa membuat kita juga akan dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlak.” (HR. Ahmad)

Sebelum melangkah jauh, sebenarnya apakah itu akhlak?


2


Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk , berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Menurut KBBI, secara terminology, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Dari penjelasan itu dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah segala sesuatu tingkah laku kita yang ditujukan untuk bersikap baik kepada sesama manusia.

Akhlak bukan hanya sekedar tentang menolong seseorang yang kesusahan, tapi lebih ke bagaimana tingkah laku kita sehari-hari saat berinteraksi dengan orang lain, mulai dari keluarga, suami/istri, anak, orang tua, saudara, atasan, rekan kerja, rekan bisnis, teman, bahkan seseorang yang tidak menyukai kita. Inti dari akhlak mulia adalah bagaimana cara kita untuk tetap bersikap baik kepada siapapun dalam situasi apapun agar tidak melukai perasaannya.

Jika kita hitung hari ini saja, sejak kita beranjak bangun hingga kita pergi tidur, sudah berapa kali kita menggunjingkan orang lain? Atau barangkali hari ini kita sudah meninggikan suara kita pada orang lain? Atau barangkali hari ini kita sudah tanpa sadar menyakiti perasaan orang lain? Atau barangkali hari ini kita sudah meninggalkan komentar tidak enak di media sosial orang lain?


3


Dari Aisyah radhiallahu anha , beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak yang baik, mereka bisa mencapai (menyamai) derajat mereka yang menghabiskan seluruh malamnya dalam shalat dan seluruh siangnya dengan berpuasa.” (HR. Ahmad)

Betapa pentingnya akhlak yang mulia ini, sehingga jika kita sanggup mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka derajat kita akan menyamai seseorang yang menghabiskan malamnya untuk shalat dan menghabiskan siangnya untuk puasa, di mana shalat dan puasa di sini bukan dilakukan sekali-dua kali saja, melainkan seseorang yang sudah ahli shalat dan ahli puasa.

“Sesungguhnya seorang mukmin akan mendapatkan kedudukan ahli puasa dan shalat dengan akhlak baiknya.” (HR. Abu Dawud)

Berbicara tentang perkara akhlak, ini bukan tentang hal sepele yang pahalanya kecil, yang dalam urusan agama adalah syariat-syariat yang ringan. Surga adalah balasan bagi orang yang sanggup menjaga akhlaknya, dan neraka adalah balasan bagi mereka yang tidak dapat menjaga akhlaknya, sebagaimana hadis berikut:

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu , “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliaupun menjawab, takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia. Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab, mulut dan kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi)

Mampukah kita untuk menahan diri kita untuk semisal tidak mencela orang lain dan tidak membicarakan aib orang lain? Mampukah kita untuk terus berbicara lemah lembut dengan orang lain? Mampukah kita untuk menjaga lisan kita? Bagaimana kita merasa diri kita ini umat Rasulullah, sedangkan kita tidak mengikuti akhlak mulia seperti yang beliau ajarkan?


4


Bahkan, jangankan untuk menjaga akhlak baik kepada sesama manusia, ketika kita memperlakukan binatang dengan baik pun kita dapat memperoleh ampunan Allah subhanahu wata’ala , seperti kisah seorang pelacur yang menolong seekor anjing yang kehausan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata, seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di pinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. (Melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya, lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya, lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu, dia mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari)

Jika kita pikir seorang wanita pelacur yang sudah berkali-kali melakukan zina saja diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala hanya karena dia memiliki hati yang penuh kasih sayang kepada makhluk Allah lainnya, yaitu seekor anjing bahkan liurnya saja najis bagi kita. Bukan berarti kita diperbolehkan untuk berzina hanya karena selalu berbuat baik anjing ya, tapi mari lebih kita dalami dari sisi akhlaknya, yaitu kita harus terus menebar kebaikan di mana saja, kepada siapa saja, dan kapan saja.


5


Lalu, dari mana kita harus bersikap baik sebaiknya?

Banyak sekali dalam Al-Quran ayat-ayat yang menyebutkan tentang akhlak mulia, mulai dari keluarga, suami/istri, anak, orang tua, saudara, atasan, rekan kerja, rekan bisnis, teman, bahkan seseorang yang tidak menyukai kita, sebagai berikut:

  • Amanah dan menepati janji (An-Nisaa: 58; Al-Israa: 34)
  • Adil dan tidak zalim kepada orang kafir (Al-Maaidah: 8)
  • Baik kepada tetangga (An-Nisaa: 36)
  • Bekerja sama dalam kebaikan (Al-Maaidah: 2)
  • Berbakti kepada orang tua dan berbaik kepada kerabat (Al-Israa: 23; An-Nahl: 90)
  • Bersikap baik pada istri (An-Nisaa: 4, 19, 20)
  • Jujur dan tidak berdusta (At-Taubah: 119; Ghaafir: 28)
  • Lemah lembut dan berkata baik (Al-Baqarah: 83; Ali-Imran: 159; Al-Hijr: 88)
  • Memaafkan dan memaklumi orang lain (Ali-Imran: 134; As-Syuuraa: 40)
  • Membantu fakir miskin (Al-Baqarah: 177; At-Taubah: 60)
  • Memperbaiki hubungan dengan sesama (An-Nisaa: 114; Al Hujuraat: 10)
  • Memuliakan, membantu, dan memberikan hak anak yatim (An-Nisaa: 10, 36)
  • Mencegah kelicikan pada jual beli (Al-Muthaffiifin: 1,3; Al-An’am: 152)
  • Menjauhi buruk sangka (Al-Hujuraat: 12)
  • Rendah hati (Al-Israa: 37)
  • Sabar akan musibah dan ridho pada takdir (Al-Baqarah: 155,156)
  • Santun dan tidak pemarah (Ali-Imran: 134; As-Syuuraa: 37)
  • Tidak berlebihan dan mubazir (Al-Israa: 26, 27)
  • Tidak ghibah (Al-Hujuraat: 12)
  • Tidak iri dan dengki (An-Nisaa: 32; Al-Hasyr: 9)
  • Tidak mencari-cari kesalahan orang lain (Al-Hujuraat: 12)
  • Tidak mencela orang lain (An-Hujuraat: 11)
  • Tidak pelit (Al-Israa: 29)
  • Dan masih banyak lainnya…

6


Di samping ayat-ayat tersebut, tentu kita bisa mempelajari akhlak yang mulia dari kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena seluruh sisi kehidupannya dipenuhi akhlak yang mulia, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran.

“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Salah satu kisah menarik yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA menceritakan betapa mulianya akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ketika beliau dan sahabat sedang berada di dalam sebuah masjid, dan tiba-tiba seorang suku Badui datang dan kencing di sana.

Para sahabat yang terkejut itu pun spontan menghardik orang Badui tersebut dan hendak mengusirnya. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Janganlah kalian menghentikannya (dari kencingnya). Biarkanlah dia.”

Para sahabat pun tak jadi mengusir orang Badui itu dan membiarkannya hingga selesai kencing. Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menasihati orang Badui tersebut agar jangan kencing sembarangan lagi di masjid, dan meminta para sahabat mengambil seember air, dan kemudian Rasulullah menyiram bekas air kencing itu. (HR Muslim)

Anas bin Malik RA pun juga berkata, “Selama aku berkhidmat kepada Rasulullah selama sepuluh tahun, aku tidak pernah mendengar beliau berkata ‘Ah’. Beliau juga tidak pernah mempertanyakan apa yang aku kerjakan, tidak pernah mengatakan kenapa kamu tidak begini, kenapa tidak begitu.” (HR Bukhari-Muslim)

Dalam bercanda pun Rasulullah tidak pernah mengucapkan perkataan kasar atau tak baik untuk menjadi bahan tertawaan. Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berkata dan berbuat keji atau berpura-pura berbuat keji untuk membuat orang lain tertawa.” (HR Bukhari-Muslim)

Sungguh berbeda sekali dengan kita, yang terkadang secara tak sengaja membuat bahan tertawaan yang menyakiti perasaan teman kita, misalkan membahas fisiknya, ataupun kekurangannya lainnya.


7


Di samping itu, Rasulullah juga bukanlah seseorang yang mudah spontan marah ketika menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan. Dari Aisyah RA mengatakan bahwa, “Rasulullah tidak pernah tidak pernah membalas perlakuan orang lain demi memuaskan dirinya, kecuali perlakuan itu merusak peraturan Allah, beliau akan membalasnya (menegakkan hukum baginya) demi agama Allah semata."

Suatu hari ketika Rasulullah dan Anas bin Malik RA berjalan bersama, Rasulullah tengah mengenakan selendang besar dari Najran, tiba-tiba saja seorang Badui muncul dan menarik selendang beliau itu dengan keras, hingga meninggalkan bekas tarikan pada pundak beliau. Badui itu pun berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah harta Allah yang tengah ada padamu ini!”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menoleh dan justru tersenyum kepadanya. Beliau pun kemudian memerintahkan Anas untuk memberikan selendang tersebut kepada orang Badui tersebut. (HR Bukhari-Muslim)

Sungguh banyak sekali kemuliaan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bisa kita teladani. Jangan sampai kita yang disebut sebagai umat Rasulullah, tetapi tidak menanamkan akhlak mulia dalam diri kita seperti yang sudah dicontohkan oleh panutan kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi karena mengabaikan pentingnya akhlak yang mulia. Akhlak yang baik, selain akan mendatangkan pahala dan juga surga, tentu akan membawa kedamaian di antara kita umat manusia. Oleh karena itu Rasulullah sangat menyukainya. Akhlak itu penting, penting banget, banget. :blush:

Dari Jabir radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicara (berkata-kata yang tidak bermanfaat dan memeperolok manusia).” (HR. Tirmidzi)


8


Ditulis oleh: Bethari Berlianti
Berdasarkan: Al Quran & Hadist
Sumber Gambar: Shutterstock yang diedit dengan Canva

3 Likes

Selamat yaaa Juara Utama : )
tetaplah berkarya untuk bangsa dan negara…
semoga tulisannya juga bermanfaat bagi orang banyak.

1 Like