Apa yang dimaksud dengan berpegang teguh pada pendirian (istiqomah) dalam Islam ?

Menurut arti katanya, kajian ilmu sorof, istiqomah merupakan bentuk isim masdar dari fiil madi istaqoma yang kata dasarnya adalah qama. Jadi istiqoma yang merupakan fiil madi dari term istiqomah yang berjenis fiil tsulasi mazid dan mendapat tambahan tiga huruf (hamzah wasol, sin dan ta). Term qama merupakan kata dasar dan memiliki arti berdiri tegak lurus. Adapun masdar dari qama adalah iqamah yaitu tanda dimulainya (penegakan shalat berjamaah).

Berikut arti istiqomah menurut beberapa ahli :

  • Secara epismetologi istiqomah adalah tegak dihadapan Allah SWT atau tetap pada jalan yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan sikap dan niat atau pendek kata yang dimaksud dengan istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus (siratal mustaqin) dengan tidak menyimpang dari ajaran Tuhan (Waryono, 2005)

  • Istiqomah juga bisa diartikan dengan tidak goncang dalam menghadapi macam-macam problema yang dihadapi dalam kehidupan dengan tetap bersandar dan tetap berpegang pada tali Allah SWT dan sunnah Rasul (Jamaluddin, 2002).

  • Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan masih tetap berdiri. Konsisten berarti tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang (Tasmara, 2002). Perilaku istiqomah berarti ia melaksanakan kebaikan secara konsisten, dimana saja dan kapan saja ia berbuat baik (Maimun, 2010).

Bagaimana menurut anda terkait dengan istiqomah dalam Islam ?

Menurut Abdul Baqi, dalam kitabnya Mu’jam Mufahras li Alfaz al- Quranulkarim , dalam Islam, istiqomah sangatlah dianjurkan, hal itu sebagaimana tertuang dalam Al-quran yang menjadi pedoman utama dalam islam, yakni terdapat sembilan ayat yang memuat bentuk kata jadian dari istiqomah, antara lain :

Q.S. at-Taubah : 7, Q.S. Yunus : 89, Q.S. Hud : 112, Q.S. Fussilat : 6 dan 30, Q.S. al Ahqaf : 13, Q.S. asy Syura : 15, Q.S. al Jin : 16 dan Q.S. at Takwir : 28.

Salah satu ayat Al-Quran yang membahas istiqomah adalah sebagai berikut,

“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepada kamu dan (juga) orang-orang yang bertaubat bersama kamu dan janganlah kamu melampaui batas,sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S. Hud : 112)

Pada ayat di atas istiqomah diungkapkan dalam bentuk perintah, menurut Sayyid Qutub (1971), istaqim adalah perintah untuk istiqomah, yakni: “Keseimbangan serta menelusuri jalan yang telah ditetapkan tanpa penyimpangan.” Sedangkan menurut Al-Maraghi, istiqomah adalah: keseimbangan dalam bertaat baik yang berhubungan dengan i’tikad, ucapan, maupun perbuatan dengan melanggengkan sikap seperti itu. Ayat tersebut ditunjukkan dan ditekankan kepada Nabi SAW, karena Nabi merupakan suri tauladan bagi umatnya.

Menurut Quraisy Shihab (2002) dalam ayat ini Nabi diperintahkan untuk konsisten didalam menegakkan tuntunan wahyu Illahi sebaik mungkin sehingga terlaksana secara sempurna sebagaimana mestinya, adapun tuntunan wahyu itu mencakup seluruh persoalan agama dan kehidupan, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan demikian perintah tersebut mencakup perbaikan kehidupan duniawi dan ukhrowi, pribadi, masyarakat dan lingkungan. Serupa dengan ayat tersebut yaitu Q.S. asy Syura:

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)”. (QS. Asy-Syura :15)

Pada hakekatnya perintah istiqomah bukan hanya untuk Nabi, Nabi hanya diperintahkan untuk memberikan contoh saja, hal itu sebagaimana firman Allah SWT di bawah ini:

“Katakanlah bahwasanya aku hanyalah manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya, dan kecelakan yang besarlah bagi orang- orang yang musyrik.(Q.S. Fussilat: 6)

Menurut Al-Maraghi yang dimaksud istiqomah dalam ayat diatas adalah memurnikan penghambaan kepada Allah SWT. Dalam surat yang sama juga diterangkan tentang istiqomah yaitu:

" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian beristiqomah maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih, dan Bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan (Q.S. Fussilat : 30).

Menurut Wahbah Az Zuhaili, dalam kitab tafsir Al- Munir, yang dimaksud dengan istiqomah dalam ayat tersebut adalah kekal dalam pengakuan bahwa Allah SWT adalah satu- satunya Tuhan dan tidak pernah berpaling dengan mengakui Tuhan selain Allah SWT, kemudian konsisten dan menetapi perintah-Nya, beramal karena Dia, menjauhi maksiat hingga akhir hayatnya.

Senada dengan hal itu, Al-Maraghi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan istiqomah dalam ayat tadi adalah teguh dalam beriman sehingga tidak tergelincir, dalam hal ini adalah ibadah dan i’tikad-i’tikadnya tidak dilanggarnya. Dari ayat-ayat dan keterangan-keterangan tadi maka dapat disimpulkan bahwa istiqomah itu berkaitan dengan keyakinan, perbuatan dan tujuan hidup.

Hal itu sebagaimana pendapat para sahabat Nabi tentang istiqomah yakni, Abu Bakar memberi pengertian tentang tidak menyekutukan Allah SWT, dengan pendirian baik lahir maupun batin, Umar bin Khattab mengartikan dengan tetap atau teguh dengan cara mengerjakan perintah dan menjauhi larangan tanpa menyeleweng seperti kancil, sedangkan Ustman bin Affan mengartikannya dengan keikhlasan, sedangkan menurut Ali bin Abi Thalib, istiqomah adalah melaksanakan kefarduan-kefarduan.

Sebuah hadits menyebutkan :

“Diriwayatkan oleh Sufyan bin Abdillah Assaqafi R.A. dia berkata : aku pernah bertanya (kepada Rasullullah) wahai Ya Rasulullah, wasiatilah aku tentang Islam yang tidak kutanyakan lagi kepada orang sesudah engkau, maka beliau menjawab : Katakanlah ! Aku beriman kepada Allah SWT kemudian beristiqomahlah.” (H.R. Muslim)

Sabda nabi di atas tergolong singkat tetapi padat. Dalam kitab Sahih Muslim Syarhan Nawawi menjelaskan bahwa hadist tersebut ekuivalen dengan perintah Allah SWT dalam Q.S. Fussilat: 30 tadi, yang mengajarkan agar orang yang telah beriman untuk istiqomah dalam beragama, yakni senantiasa beriman kepada Allah SWT dan senantiasa menjalani semua perintah-Nya. Menurut Abu Al-Qasim Al-Qusyair, istiqomah hanya dimiliki oleh orang-orang yang benar benar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mengenai keutamaannya dia berkata,

“barang siapa memiliki sifat istiqomah maka ia akan meraih segala kesempurnaan dan segala kebajikan, sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat istiqomah maka semua usahanya akan sia-sia dan semua perjuangan akan kandas."

Sementara itu Assayyid Al-Allamah Abdullah Haddad (1989) berpendapat bahwa istiqomah adalah tetap bertahan dalam perilaku–perilaku bersih dengan bersandarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadist. Sedangkan menurut Said bin Wahif Al-Qahtani (1994), istiqomah adalah pelaksanaan addin secara total, yakni berbuat lurus dalam segala hal, yang dimulai dari niat, ucapan kemudian perbuatan.

Istiqomah merupakan sikap dalam memegang teguh suatu keyakinan secara terus-menerus serta mampu bertahan dalam setiap godaan agar dapat tercapainya suatu tujuan. Said bin Ali bin Wahif Al-Qahtani (1994) mwnjelaskan bahwa istiqomah itu meliputi tiga hal, yaitu:

  1. Istiqomah dalam niat atau dalam hati
    Istiqomah dalam dalam niat atau hati ini merupakan bagaimana individu tersebut dapat menjaga niat yang sudah tertanam sejak awal, sehingga ketika individu tersebut mengalami suatu goncangan dalam proses ber-istiqomah, maka individu tersebut akan kuat dalam berpegang teguh pada niat yang sudah tertanam dalam hatinya.

  2. Istiqomah dengan lisan atau dengan ucapan
    Istiqomah dengan lisan merupakan salah satu bentuk bagaimana individu tersebut mampu ber-istiqomah secara lisan, sebagaimana contoh yaitu selalu menjaga lisannya dari perkataan yang buruk atau kotor dan lain sebagainya.

  3. Istiqomah dengan perbuatan anggota badan.
    Istiqomah ini merupakan bentuk istiqomah secara perilaku, yakni bagaimana individu tersebut dapat melakukan suatu kebaikan untuk mengembangkan dirinya secara istiqomah, seperti contoh ; melakukan sholat wajib berjamaah, membaca Al-qur’an setiap selesai sholat wajib dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan istiqomah dalam niat atau dalam hati adalah senantiasa memiliki kemauan yang benar dan baik, istiqomah dangan lisan atau ucapan berarti senantiasa mengucapkan kalimat yang baik, sedangkan istiqomah dengan perbuatan anggota badan maksudnya adalah senantiasa melakukan ibadah dan ketaatan-ketaatan yang dapat menjadikan dirinya menjadi lebih baik.

Menurut Imam Abi Husain Muslim, dalam Shahih Muslim, setiap muslim hendaknya bersikap istiqomah dalam segala hal walaupun hal tersebut tidaklah mudah untuk diperoleh, karena setiap manusia yang hidup di dunia ini akan selalu mendapat cobaan. Apabila seseorang tidak ber-istiqomah secara utuh hendaklah melakukan semampunya. Dalam sebuah hadits Nabi bersabda:

“Diriwayatkan dari Aisyah, bahwasanya dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda : berlakulah lurus dan saling mendekatkan diri. Katahuilah, Tidak seorangpun diantara kamu bisa masuk ke dalam surga kerena amalnya, “Mereka (para sahabat) bertanya : “termasuk aku, dan ketahuilah sesungguhnya amal yang disukai oleh Allah SWT adalah amal yang dilakukan dengan konsisten walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Hadist di atas menghimpun hal-hal penting tentang agama. Nabi memerintahkan umatnya agar ber-istiqomah, yakni berbuat lurus dan benar. Nabi menyadari bahwa istiqomah secara utuh merupakan suatu hal yang sulit untuk dilaksanakan dan dicapai, oleh karena itu beliau memberikan keringanan yakni minimal berusaha untuk mendekatinya sesuai dengan kesanggupannya.

Menurut Waryono (2005), dalam mewujudkan istiqomah pembinaannya harus dilakukan secara terus-menerus (rutin) dan tidak bisa dilakukan sebagai pekerjaan sambilan saja, artinya diperlukan kesungguhan lahir (ijtihad dan jihad) maupun usaha batin (mujahadah) dengan tetap waspada terhadap berbagai macam bentuk rayuan dan godaan.

Menurut Wahbah Az- Zuhaili dalam tafsir Al-Munir disebutkan tentang hal-hal yang harus diperhatikan jika seorang ingin mewujudkan istiqomah, yaitu:

  1. Taat secara terus-menerus
    Taat secara terus menerus yaitu selalu mentaati dan disiplin dalam aturan- aturan yang sudah dibuat, baik itu yang dibuat diri sendiri maupun orang lain, dengan tujuan agar dapat mengembangkan diri yang lebih baik.

  2. Pengendalian hawa nafsu
    Pengendalian hawa nafsu sangat dibutuhkan agar dapat menjalankan istiqomah dengan baik, dengan memiliki kemampuan dalam mengendalikan hawa nafsu, maka individu tersebut tidak mudah goncang dalam menghadapi berbagai godaan dan halangan yang meghampirinya.

  3. Kewaspadaan terhadap pelanggaran
    Perlunya kewaspadaan dalam berbagai pelanggaran agar hal tersebut tidak dapat menghambat dalam menjalankan istiqomah-nya dengan baik sehingga tujuan awal dapat tercapai.

Istiqomah adalah keteguhan sikap pada seseorang dalam menjalankan syari’at agama Islam yang berdasarkan keyakinan yang benar dari Allah SWT dari rasul-Nya (Al-Qur’an dan As- Sunnah) atau mempertahankan iman dari berbagai cobaan dengan sekuat tenaga, sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab selama hidup di dunia.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam ber-istiqomah, menurut Munawwaroh (2012), antara lain :

1. Mampu dalam Mengelola resiko

Selalu ada resiko dalam menjalankan sesuatu, begitupula dengan beristiqomah, akan ada rintangan atau hambatan yang akan menghadangnya sehingga dapat menghambat dalam menjalankan istiqomah dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman akan resiko yang akan dialaminya sehingga dapat mengola resiko tersebut dengan baik agar dapat menjalankan istiqomah dengan baik.

Ketika seseorang telah memahami betul resiko pekerjaan yang ditekuninya, ia akan selalu dapat bekerja secara mantap dan ikhlas. Ketika keikhlasan mulai tumbuh, segalanya akan terasa ringan dan bermakna. Apapun resiko yang akan menghalanginya akan selalu dihadapinya dengan kemantapan hati.

2. Cinta pekerjaan

Cinta adalah sikap batin yang akan melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan, kreativitas, serta tawakkal, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Semakin serius seseorang di mata Allah, maka akan semakin besar pertolongan yang akan diberikan kepadanya.

3. Sabar

Sabar ialah tabah dan sanggup menderita dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Orang tabah tidak pernah mengeluh dan tanpa ada rasa putus asa, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah.

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Al- baqarah: 153.

Sabar merupakan kemampuan seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenangi atau dibenci. Al- Ghozali dalam menyebutkan sabar sebagai kondisi jiwa dalam mengendalikan nafsu yang terjadi karena dorongan agama. Ia membagi sabar menjadi tiga tingkatan yaitu sebagai berikut:

  • Sabar tertinggi, yaitu sifat yang mampu menghadapi semua dorongan nafsu, sehingga nafsu benar-benar dapat ditundukkan. Untuk mencapai sabar, diperlukan perjuangan yang terus menerus sebagaimana yang disebutkan dalam

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. QS. Muhammad ayat 31.

  • Sabar orang-orang yang yang sedang dalam perjuangan. Pada tahap ini terkadang mereka dapat mengusai hawa nafsu, tetapi terkadang mereka dikuasai hawa nafsu, sehingga bercampur aduk antara yang baik dengan yang buruk.

  • Sabar terendah, yaitu sabar karena kuatnya hawa nafsu dan kalahnya dorongan agama.

Sedangkan indikasi ke-istiqomah-an seseorang atau orang yang dapat disebut istiqomah apabila dia konsisten dalam empat hal, yakni:

  • Konsisten dalam memegang teguh akidah tauhid
  • Konsisten dalam menjalankan perintah (Al-Awamir) maupun berupa menjauhi larangan (Al-Nawahi).
  • Konsisten dalam bekerja dan berkarya dengan tulus dan ikhlas karena Allah SWT.
  • Konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan baik dalam waktu lapang maupun dalam waktu susah.

Dari indikasi-indikasi ke-istiqomah-an seseorang maka jelas bahwa dengan sikap istiqomah berarti istiqomah itu berkaitan dengan masalah aqidah, ibadah dan amaliah yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap muslim, karena dengan istiqomah tersebut akan terjadi hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain serta manusia dengan alam sekitarnya sehingga akan tercipta ketentraman, kemakmuran dan kebahagiaan.

Istiqomah merupakan salah satu bentuk akhlak mulia, suatu istilah bahasa arab yang sering diucapkan oleh masyarakat muslim, sifat ini selayaknya dimilki oleh setiap muslim agar tidak mudah digoyahkan tantangan maupun halangan dalam memegang tali Islam dan menjalankan ajaran Islam.

Istiqomah menurut bahasa berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf qof, wa, dan mim yang menunjukkan dua makna.

  • Pertama, adalah kumpulan manusia (kaum)
  • Kedua, adalah berdiri atau tekad yang kuat.

Dari makna yang kedua, istiqomah diartikan dengan I’tidal (tegak atau lurus). Adapun dalam “Ensiklopedi Islam ” yang disusun oleh tim redaksi Ensiklopedi Islam, istiqomah adalah keadaan atau upaya seseorang yang teguh mengikuti jalan lurus(agama Islam) yang telah ditunjuk Allah SWT.

Adapun secara terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan beberapa pengertian, diataranya:

  • Pertama, Abu Bakar as-Shiddiq ketika ditanya tentang istiqomah menjawab, istiqomah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa atau siapa pun).

  • Kedua, Umar bin al-Khattab berkata, istiqomah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu.

  • Ketiga, Utsman bin Affan berkata, istiqomah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah.

  • Keempat, Ali bin Abi Thalib berkata, istiqomah adalah melaksanakan kewajiban- kewajiban.

  • Kelima, Mujahid berkata, istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah (meninggal).

  • Keenam, Ibnu Taimiyyah berkata, istiqomah adalah mencintai dan beribadah kepada Allah tanpa menoleh kiri kanan.

Bentuk-Bentuk Istiqomah

Menurut sebagian ulama berpendapat bahwa istiqomahitu terjadi secara lahir maupun batin.Yang dimaksud istiqomah secara lahir adalah patuh terhadap semua perintah Allah SWT.

Istiqomah Hati

Asal istiqomah adalah istiqomah hati diatas tauhid sebagaimana yang dijelaskan tentang arti istiqomah, apabila hati telah istiqomah dalam makrifah kepada Allah, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, menjadikan-Nya tujuan, tumpuan harapan, berdoa, tawakkal kepada-Nya dan berpaling dari yang selain-Nya.

"Ketahuilah, bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik, maka semua aggota badan akan baik. Jika ia rusak, maka semua anggota badan akan rusak. Segumpal darah tersebut adalah hati.” (HR. Ibnu Majah).

Istiqomah lisan

Lisan merupakan salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia, karena dengan lisan itulah mereka dapat mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai pernyataan keislaman.Yang jugapaling harus diperhatikan setelah istiqomah hati karena ia merupakan penerjemah hati dan juru bicaranya.

Hal ini ditegaskan oleh hadits imam Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya dari sufyan bin Abdullah r.a. ia berkata: saya berkata,

”Wahai Rasulullah, beritahukanlah aku satu perkara yang dapat aku jadikan pegangan.” Beliau bersabda: “ Ucapkanlah (Allah Rabb-Ku), kemudian istiqomah-lah.” Saya bertanya,” wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau khawatirkan terhadap saya?“ Beliau lalu menunjuk kepada lisan beliau dan bersabda: “ini”.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim[14]: 27).

Kemudian dalam sebuah riwayat lain pun disebutkan, dari Abu Sa’id al-Khudri Rasulullah Saw. Bersabda:

“Apabila anak Adam berada pada waktu pagi, anggota-anggota tubuhnya tunduk kepada lisan dan berkata,”bertakwalah kepada Allah dalam memimpin kami karena sesungguhnya kami adalah pengikutmu, jika kamu menempuh jalan yang lurus (beristiqamah), kami juga menempuh jalan yang lurus, dan jika kamu menempuh jalan yang bengkok, kami juga menempuh jalan yang bengkok.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad; Hadits shahih).

Istiqomah perbuatan (Anggota Badan)

Amalan aggota badan meliputi ucapan lisan serta segala sesuatu yang dilakukan oleh tangan dan kaki. Termasuk yang dilakukan oleh pancaindra: pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba. Semua amalan ini disebut amalan lahir, sebagaimana kebalikan dari amalan batin atau amalan hati.

Referensi :

  • Mahmud al-Mishri Abu Ammar, Mausu’ah min Akhlaqir-Rasul, (Cairo: Darut-Taqwa), Penerjemah Abdul Amin, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009)
  • Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru Van Houve, 2001)
  • Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia al-Qur’an dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2011)
  • Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyiddin Mistu, Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah saw. (Jakarta: Al-I’tishom, 2003)
  • Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah Metode Membentuk pribadi Muslim : Penerjemah, As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. 1.

Dalam literatur Ahlusunnah, berdasarkan riwayat dari Aisyah, disebutkan, “Rasulullah Saw ditanya tentang amalan apakah yang paling dicintai di sisi Allah Swt?” Nabi Muhammad Saw menjawab,

“Amal (ibadah) yang dilakukan secara tetap meskipun sedikit.”

Terdapat riwayat lainnya dengan kandungan yang sama dari Aisyah dari Rasulullah Swa,

“Sebaik-baik amalan adalah amalan yang dilakukan secara berterusan.”

Adapun yang dimaksud dengan tetap dan berterusan dalam amalan adalah bahwa apabila seseorang mengerjakan sebuah amal kebaikan seperti memulai salat awal waktu, kemudian ia berusaha secara perlahan dan berterusan menunaikan salat di awal waktu sehingga terbiasa dan lama kelamaan disebabkan oleh karena pengulangan dan latihan terus menerus maka ia akan beralih dari kondisi terbiasa menjadi tabiatnya secara inheren (malakah) dan menjadi karakter yang mendasar pada dirinya. Dan sebagai hasilnya ia tidak pernah merasa lelah melakukan hal ini, bahkan ia akan membiasakan dirinya seperti ini hingga akhir hayatnya.

Sumber : http://islamiyyah.mywibes.com/Pengertian%20istiqomah