Bagaimana Mempunyai Standard yang Baik dalam Melakukan Pekerjaan?

kerja

Memenuhi Standar (Meeting Standards) - kemampuan untuk melihat dan memahami persyaratan yang dinyatakan dalam pekerjaan, dan komitmen seseorang untuk mencapainya.

10 Cara Untuk Memenuhi Standard dalam Pekerjaan
       Dalam dunia pekerjaan ketika seseorang mampu melakukan sesuai dengan standard yang diharapkan maka orang tersebut akan mendapatkan reward berupa penilaian yang baik dan membantu langkah karir berikutnya. Seorang wakil perisden keuangan Sara Nichols memberikan 10 cara untuk memenuhi standart tersebut :

  1. Mengelola harapan
           Meskipun penting untuk fokus pada cara-cara untuk memenuhi dan melampaui ekspektasi atasan. Pertama dan terutama adalah untuk secara efektif mengelola harapan yang diberikan.

  2. Berkomunikasi
           Apakah itu lisan atau tertulis mengkomunikasikan ide-ide, tenggang waktu dan pesan lainnya adalah suatu keharusan

  3. Ajukan Pertanyaan
           Selain komunikasi yang efektif, juga penting untuk mengetahui kapan untuk mengajukan pertanyaan. Nichols menyarankan meminta rincian tambahan mengenai persyaratan proyek atau strategi yang mungkin untuk menerapkan pada tugas baru.

  4. Menampilkan sikap positif
           Nichols mengatakan sikap positif adalah ‘wajib’ untuk membangun tim sukses dan penting untuk tetap optimis dan mendorong bahkan dalam situasi yang paling sulit.

  5. Bekerja secara tim
           Menghargai orang dan menjadi pendengar yang baik dan bekerja dengan baik serta memberikan kontribusi pada tim.

  6. Memotifasi diri sendiri
           Nichols mengatakan ini self-starter dapat membantu menghemat waktu dan memungkinkan untuk fokus pada daerah lain.

  7. Update kemampuan
           Teknologi terus berkembang sehingga harus profesional. Selalu update terhadap versi terbaru dari perangkat lunak atau perubahan peraturan, Nichols mengatakan kebanyakan bos akan mengharapkan karyawan mereka untuk menjaga keterampilan profesional mereka up-to-date.

  8. Felksibel
          Selain perubahan teknologi, perubahan tim, tujuan dan persyaratan proyek yang tak terelakkan. Meskipun mungkin menjadi tantangan bagi Nichols mengatakan sikap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan ini bisa menjadi keterampilan penting. Yang paling penting ialah sikap positif ketika perubahan terjadi di tempat kerja.

  9. Teliti terhadap pekerjaan
           Nichols mengaku semua bos mungkin tidak memiliki waktu untuk mengelola semua secara spesifik. Karyawan yang dapat memperhatikan detail dan mengurangi kekhawatiran mungkin memiliki kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan lebih.

  10. Membedakan diri
           Mengidentifikasi apa yang membedakan diri sendiri secara profesional dari yang orang lain dan membuatnya menjadi karakteristik akan membuat kita lebih menonjol dari orang lain

Kinerja atau pekerjaan yang baik adalah kinerja yang mengikuti tata cara atau prosedur sesuai standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi didalam kinerja tersebut harus memiliki beberapa kriteria agar meningkatkan produktifitas sehingga apa yang diharapkan bisa berjalan sesuai apa yang di inginkan. Untuk meningkatkan kinerja yang baik harus introspeksi diri demi tercapainya kinerja yang lebih baik kedepannya, bekerja sesuai posisi, porsi, dan jobnya masing-masing. Namun demikian hal tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan tetapi mesti ada peran langsung ke ikut sertaan manajemen untuk bisa mengontrol dan memberikan teknik cara agar bagaimana bisa terjaminnya mutu dan kualitas sehingga karyawan bisa dengan mudah bekerja tanpa ada rasa terbebenani dan hubungan antara pihak manajemen dengan bawahan semakin kuat. Tanpa disadari mungkin di setiap kantor/tempat kerja ada pihak yang mau menang dan benar sendiri, akan tetapi pihak manajemen juga tidak bisa menyalahi bawahannya. Untuk itulah pihak manajemen terkait mesti turun langsung kelapangan agar bisa melihat bagaimana menciptakan teknik yang baik serta meningkatkan loyalitas karyawan terhadap kantor dan pekerjaannya.

Menurut Gilmer ada beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan kinerja :

  1. Kesempatan untuk maju
  2. Keamanan kerja
  3. Gaji
  4. Perusahaan dan manajemen
  5. Faktor intrinsik dan pekerjaan
  6. Kondisi kerja
  7. Aspek social dalam pekerjaan
  8. Komunikasi dan
  9. Fasilitas

Sedangkan Heidjrachman dan Husnan juga mengemukakan hal yang hampir sama, bahwa beberapa faktor di bawah ini adalah kebutuhan dan keinginan pegawai :

  1. gaji yang baik
  2. pekerjaan yang aman
  3. rekan sekerja yang kompak
  4. penghargaan terhadap pekerjaan
  5. pekerjaan yang berarti
  6. kesempatan untuk maju
  7. pimpinan yang adil dan bijaksana
  8. pengarahan dan perintah yang wajar
  9. organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat

Menurut Loeke (dalam Sule, 2002: 211), kepuasan atau ketidakpuasan karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan tidak puas. Begitu juga sebaliknya, apabila yang didapat karyawan lebih tinggi dari pada yang diharapkan, secara otomatis akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Disamping itu ada beberapa hal yang mesti dijadikan pondasi bagi setiap manajemen untuk bisa menciptakan kinerja yang maksimal diantaranya :

  1. Pimpinan harus mengetahui betul bagaimana teknik pengerjaan
  2. Pimpinan harus mengetahui betul bagaimana kendala-kendala yang dihadapi
  3. Pimpinan harus turun langsung kelapangan,tujuannya agar menciptakan hubungan baik antar manajemen dengan karyawan
  4. Pimpinan harus bisa memahami bagaimana tingkat kesulitan dari setiap proses
  5. Pimpinan harus bisa menemukan teknik agar produktivitas bisa berjalan dengan baik

Ada pun juga sikap yang harus diambil dalam setiap manajemen Johan, R. (2002) :

  1. Siap
  2. Siaga
  3. Cepat
  4. Tanggap
  5. Laksanakan

Itulah yang bisa meningkatkan bagaimana efektifitas waktu yang akan ditempuh dalam satu hari bekerja sehingga meningkatkan mutu efisiensi waktu dalam bekerja dan manajemen harus bisa menciptakan metode bekerja dengan baik dan bawahan merasa nyaman dalam metode yang ditemukan tersebut.Tidak dapat dipungkiri jika salah saja metode pada pihak manajemen maka akan berdampak pada kinerja bawahan sehingga bawahan akan trus selalu mengikuti metode yang telah diberikan oleh atasan. Suryabrata, S. (2002)

Jika suatu atasan menginginkan produktivitas meningkat maka pikah manajemen terkait mesti melakukan adanya perombakan sistem metode kerja,karyawan akan puas dalam bekerja tanpa adanya tekanan yang berdampak pada pisikologis bagi karyawan. Hal demikian akan terjalin hubungan antara manajemen dengan karyawan. Ada beberapa point penting yang perlu kita ingat dalam upaya menciptakan suasana kerja yang kondusif.

Dibawah ini ada 5 kunci dasar dalam mendongkrak kinerja :
1. Kekhususan
Karyawan membutuhkan spesifikasi. Informasi spesifik secara lengkap dengan tata cara pelaksanaan yang baik dan terarah sangat membantu stabilitas kinerja, sekaligus memperbaiki kekurangan. Manajer tak perlu sibuk memandori dan karyawan tahu keinginan kantor/tempat kerja, ini menunjang kreativitas. Hal ini bisa dicapai dengan manajemen Job Description (pembagian bidang kerja, tugas pokok dan fungsi, kewenangan, dll) yang baik. Point ini dapat pula diwujudkan dengan penempatan orang yang tepat pada posisi/jabatan yang sesuai bidang keahliannya (right man in the right job) .

2. Konsistensi
Informasi sebaiknya tidak saling bertentangan. Misalnya penilaian berkala baik, tapi penilaian tahunan buruk. Inkonsistensi yang seperti ini dapat meresahkan dan menganggu kinerja. Pada point ini sistem monitoring dan evaluasi kantor/tempat kerja harus mempunyai arah capaian/standart kinerja dan target yang jelas. Hal ini akan mempermudah kantor/tempat kerja dalam melihat perkembangan kemajuan yang telah dicapai dan data laporan yang akurat. Sehingga dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang baik.

3. Waktu yang tepat
Umpan balik sebaiknya segera diberikan, agar karyawan termotivasi memperbaiki. Kalau kelamaan ada keengganan mengevaluasi. Mereka terlanjur merasa benar dan akan sangat terpukul jika dapat nilai rapor jelek.

4. Komunikasi yang efektif
Pimpinan dalam level manapun harus mampu menciptakan komunikasi efektif untuk menumbuhkan persamaan persepsi dengan karyawan. Jika pernyataan/instruksi manajer tidak dimengerti atau diterima sepotong-sepotong, sasaran tak akan tercapai. Komunikasi efektif sangat berperan vital dalam penciptaan suasana kerja yang sehat. Instruksi atasan yang jelas dan benar harus dapat dipahami oleh karyawan. Pada saat terdapat masalah, harus secepatnya diselesaikan. Bila terdapat unsur-unsur konflik baik vertikal (manajer–karyawan) maupun horizontal (sesama karyawan) dalam suatu kantor/tempat kerja dibiarkan berlarut, sangat berpotensi mengganggu stabilitas iklim kerja.

5. Niat baik dan kerjasama
Pimpinan perlu menunjukkan niat baik dan kerjasama. Umpan balik yang hanya bertujuan menjatuhkan atau mempermalukan karyawan tak akan mampu menciptakan kondisi kerja yang sehat. Karyawan yang ikut memberikan ide dalam menetapkan sasaran atau standar kinerja, berarti telah mengemukakan kehendak dan kebutuhannya. Karyawan tersebut akan berusaha mencapainya, karena dia tahu apa yang dia mau.

Demikianlah cara-cara agar kita selalu mempunyai standard yang baik dalam melakukan pekerjaan. Intinya adalah niat yang kuat serta memberikan yang terbaik dalam pekerjaan. :slight_smile:

Referensi:
Dessler, Gary, “Human Resources Management”, Prentice-Hall, Inc, 2005
Lembaga Manajemen PPM, “Modul Pelatihan Performance Management”, PPM Institute of Management, 2004
Martoyo, Susilo, “Manajemen Sumberdaya Manusis”, BPFE, Yogyakarta, 1998
Nawawi, Hadari, “Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif”, Gajah Mada University Press, 2000.
Nitisemito, Alex, “Manajemen Personalia”, Ghalia Indonesia, 1996
Suit, Yusuf dan Almasli, “Aspek sikap mental dalam Manajemen Sumberdaya Manusia”, Ghalia Indonesia, 1997

Standar kinerja merupakan tingkat kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi, dan merupakan pembanding (benchmark) atau tujuan atau target tergantung pada pendekatan yang diambil. Standar kerja yang baik harus realistis, dapat diukur dan mudah dipahami dengan jelas sehingga bermanfaat baik bagi organisasi maupun para karyawan (Abdullah, 2014).

Standar kinerja menurut Wilson (dalam Da Silva, 2012) adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu untuk dapat diselesaikan, dan merupakan pembanding (benchmark) atas tujuan atau target yang ingin dicapai, sedangkan hasil pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh seorang karyawan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai persyaratan pekerjaan atau standar kinerja.

Setelah memahami standar kinerja dengan baik, pegawai juga bisa memahami mengapa standar kerja perlu ditentukan dan apa manfaat yang didapatkan. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu memahami fungsi dari standar kinerja yang ditetapkan. Berikut uraiannya :

Fungsi Standar Kinerja


Standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan Abdullah ( 2014) memiliki fungsi antara lain:

  1. Sebagai tolok ukur (benchmark) untuk menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan kinerja ternilai.

  2. Memotivasi karyawan agar bekerja lebih keras untuk mencapai standar. Untuk menjadikan standar kinerja yang benar-benar dapat memotivasi karyawan perlu dikaitkan dengan reward atau imbalan dalam sistem kompensasi.

  3. Memberikan arah pelaksanaan pekerjaan yang harus dicapai, baik kuantitas maupun kualitas.

  4. Memberikan pedoman kepada karyawan berkenaan dengan proses pelaksanaan pekerjaan guna mencapai standar kinerja yang ditetapkan.

Untuk mempunyai standar kerja yang baik, maka perlu memperhatikan persyaratan dalam standar kinerja. Berikut penjelasannya :

Persyaratan Standar Kinerja


Agar dapat digunakan sebagai tolok ukur (benchmark), maka standar kinerja harus memiliki persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan-persyaratan standar kinerja sebagaimana yang dijelaskan Abdullah ( 2014) antara lain:

  1. Terdapat hubungan yang relevan dengan strategi organisasi.

  2. Mencerminkan keseluruhan tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.

  3. Memperhatikan pengaruh faktor-faktor di luar kontrol karyawan.

  4. Memperhatikan teknologi dan proses produksi.

  5. Sensitif, dapat membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.

  6. Memberikan tantangan kepada karyawan.