Apakah yang dimaksud dengan Penyesuaian Diri?

Apakah yang dimaksud dengan penyesuaian diri dalam ilmu sosial, beserta aspek-aspek dan kriterianya ?

Menurut Schneiders bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.

Schneiders juga mendefinisikan penyesuaian diri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu

  • Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi (adaptation),
  • Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity),
  • Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).

Menurut Hurlock menyataan bahwa penyesuaian diri adalah subjek yang mampu menyesuaikan diri kepada umum atau kelompoknya dan orang tersebut memperlihatkan sikap dan perilaku yang menyenangkan, berarti orang tersebut diterima oleh kelompok dan lingkungannya.

Menurut Ali dan Asrori menyatakan bahwa penyesuaian adalah suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

Aspek – Aspek Penyesuaian Diri


Menurut Atwater dalam penyesuaian diri harus dilihat dari tiga aspek yaitu diri kita sendiri, orang lain dan perubahan yang terjadi. Namun pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.

Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.

Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian Sosial

Penyesuaian Sosial adalah Proses dimana setiap individu saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti dimana proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.

Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.

Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.

Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Schneiders mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut :

  1. Kontrol terhadap emosi yang berlebihan.

    Aspek ini menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan.

    Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.

  2. Mekanisme pertahanan diri yang minimal.

    Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi.

    Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

    Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.

  3. Frustrasi personal yang minimal.

    Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

  4. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri.

    Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal.

    Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

  5. Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu.

    Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres.

    Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.

  6. Sikap realistik dan objektif.

    Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

Kriteria Penyesuaian Diri


Scheneiders mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjustment) ditandai dengan:

  1. Pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
  2. Obyektivitas diri dan penerimaan diri,
  3. Pengendalian diri dan perkembangan diri,
  4. Keutuhan pribadi,
  5. Tujuan dan arah yang jelas,
  6. Perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai,
  7. Rasa humor,
  8. Rasa tanggung jawab,
  9. Kematangan respon,
  10. Perkembangan kebiasaan yang baik,
  11. Adaptabilitas,
  12. Bebas dari respon-respon yang simptomatis (gejala gangguan mental),
  13. Kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain,
  14. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
  15. Kepuasan dalam bekerja dan bermain, dan
  16. Orientasi yang menandai terhadap realitas.

Schneiders juga mengungkapkan bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment person) adalah mereka dengan segala keterbatasannya, kemampuannya serta kepribadiannya telah belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan cara efisien, matang, bermanfaat, dan memuaskan.

Maksud dari dapat bereaksi secara efisien, matang, bermanfaat, dan memuaskan adalah sebagai berikut :

  • Efisien artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak mengeluarkan energi, tidak membuang waktu banyak, dan sedikit melakukan kesalahan.

  • Matang artinya bahwa individu tersebut dapat memulai dengan melihat dan menilai situasi dengan kritis sebelum bereaksi.

  • Bermanfaat artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut bertujuan untuk kemanusiaan, berguna dalam lingkungan sosial, dan yang berhubungan dengan Tuhan.

  • Memuaskan artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada dirinya dan membawa dampak yang baik pada dirinya dalam bereaksi selanjutnya. Mereka juga dapat menyelesaikan konflik-konflik mental, frustasi dan kesulitan-kesulitan dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta tidak menunjukkan perilaku yang memperlihatkan gejala menyimpang.

Selain itu, penyesuaian diri bersifat relatif, hal tersebut dikarenakan beberapa hal
berikut :

  1. Penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengubah atau memenuhi banyaknya tuntutan yang ada pada dirinya. Kemampuan ini dapat berbeda-beda pada masing-masing individu sesuai dengan kepribadian dan tahap perkembangannya.

  2. Kualitas penyesuaian diri yang dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi masyarakat dan kebudayaan tempat penyesuaian diri dilakukan.

  3. Adanya perbedaan dari masing-masing individu karena pada dasarnya setiap individu memiliki saat-saat yang baik dan buruk dalam melakukan penyesuaian diri, tidak terkecuali bagi individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment) karena terkadang ia pun dapat mengalami situasi yang tidak dapat dihadapi atau diselesaikannya

Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai proses respon mental dan perilaku yang merupakan usaha individu untuk mengatasi dan menguasai kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, frustasi, dan konflik-konflik agar terdapat keselarasan antara tuntutan dari dalam dirinya dengan tuntutan atau harapan dari lingkungan di tempat ia tinggal.

Menurut Runyon dan Haber (1984) penyesuaian diri merupakan suatu proses yang ditandai dengan seberapa baik Individu mampu menghadapi situasi serta kondisi yang selalu berubah sehingga individu merasa sesuai dengan lingkungan dan mendapatkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah perilaku agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dengan lingkungan (Fahmy, 1982). Penyesuaian diri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyamakan diri dengan harapan kelompok (Siswono, 2007).

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika psikologis yang terus menerus mencakup respon mental dan tingkah laku dalam mengatasi kebutuhan dan hambatan dalam diri, agar tercapainya suatu keselarasan atau keharmonian antara kondisi didalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan individu tersebut.

Karakteristik Penyesuaian Diri


Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima karakteristik sebagai berikut :

  • Persepsi terhadap realita

    Pemahaman individu terhadap realita berbeda-beda, mekipun realita yang dihadapi adalah sama. Meskipun memiliki persepsi yang berbeda dalam menghadapi realita, tetapi individu dengan penyesuain diri yang baik memiliki persepsi yang objektif, yaitu bagaimana orang mengenali konsekuensi dan tingkah lakunya dan mampu bertindak sesuai dengan konseuensi tersebut.

  • Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres

    Pada dasarnya setiap individu tidak senang bila mengalami tekanan, umumnya mereka menghindari hal-hal yang menimbulkan tekanan, mereka menyenangi kepenuhan kepuasan pemenuhan kepuasan yang dilakukan segera. Namun individu yang mampu menyesuaikan diri, tidak selalu menghindari tekanan mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan yang dialami dan dapat menunda kepuasan selama diperlukan demi tujuan yang lebih penting.

  • Mempunyai gambaran diri yang positif

    Pandangan individu terhadap dirinya dapat menjadi indikator dari kualitas penyesuain diri yang dimiliki. Hal tersebut mengarah pada apakah individu dapat melihat dirinya secara harmonis atau sebaliknya, dia melihat adanya berbagai konflik yang berkaitan dengan dirinya. Individu yang banyak melihat pertentangan dalam dirinya bisa menjadi indikasi adanya kekurangmampuan dalam penyesuain diri.

  • Kemampuan untuk mengekspresikan emosi dengan baik

    Kemampuan individu untuk mengekspresikan emosi dengan baik merupakan salah satu ciri penyesuaian diri dengan baik. Penyesuaian diri dengan baik ditandai dengan kemampuan individu untuk menyadari dan merasakan emosi yang saat itu serta mampu memberikan reaksi-reaksi emosi sesuai dengan realistis dan tetap dibawah kontrol sesuai situasi. Sebaliknya, penyesuain diri yang buruk ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mengekspresikan emosi secara berlebihan.

  • Memiliki hubungan interpersonal yang baik

    Individu dikatakan memiliki hubungan interpersonal yang baik apabila individu mampu menjalin hubungan dengan lingkungan sosial. Kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan tersebut membuat individu merasa senang karena disukai dan dihormati oleh lingkungan individu tersebut. Individu dengan penyesuaian diri yang baik mampu mencapai tingkat keintiman dalam suatu hubungan sosial.

Seseorang yang mampu menyesuaikan diri, apabila ia memiliki persepsi yang objektif tentang kenyataan hidup, memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan, memiliki gambaran yang positif melalui penilaian pribadi maupun orang lain dan memiliki hubungan sosial yang baik pada semua orang dilingkunganya.

Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami atau menghadapi yang namanya masalah dalam usaha untuk mencapai tujuan hidup yang dikehendaki serta secara terus menerus melakukan penyesuaian diri sebagai proses yang seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi terus menerus terjadi di dalam kehidupannya.

Menurut Runyon dan Harber (1984), penyesuaian diri adalah proses yang berlangsung dalam kehidupan individu, yang merupakan akibat dari situasi dalam kehidupan yang terus berubah, sehingga individu akan mengubah tujuan dalam hidupnya, seiring dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungannya.

Pendapat serupa tentang penyesuaian diri dikemukakan oleh Gunarsa dan Singgih (2012) yang menyebutkan penyesuaian diri merupakan pola aktivitas dan sikap lain yang sesuai dengan keadaan baru yang dibentuk manusia sejak kecil, dimana pola-pola yang dibentuk disebut dengan mekanisme penyesuaian, yaitu individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan agar dapat disetujui oleh umum.

Lubis (2009) menyebutkan bahwa penyesuaian diri sebagai kemampuan individu untuk individu bereaksi terhadap adanya tuntutan yang dibebankan kepadanya, mampu mempelajari sikap atau tindakan baru yang memerlukan adanya respon-respon mental, mampu menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta menghasilkan kualitas keselarasan dari dalam diri individu dengan tuntutan lingkungan sehingga individu mendapatkan ketentraman secara internal dengan hubungannya dengan dunia sekitarnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuian diri menurut Chauhan (1978) adalah sebagai berikut:

  • Keadaan fisik
    Keadaan fisik individu merupakan faktor yang dapat memengaruhi penyesuaian diri, karena keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi penyesuaian diri yang baik.

  • Jenis kelamin
    Lingkungan memberikan perbedaan perlakuan terhadap pria dan wanita. Pria mendapatkan kebebasan yang lebih aktif, cenderung lebih bebas menentang peraturan, ataupun norma dalam masyarakat, sedangkan wanita lebih banyak mengikuti kebiasaan yang berlaku.

  • Lingkungan
    Keadaan lingkungan sosial dan lingkungan keluarga yang baik, damai, tenteram, penuh penerimaan, dan mampu memberikan perlindungan ke anggota-anggotanya akan melancarkan proses-proses penyesuaian diri.

  • Pendidikan
    Tingkat pendidikan dan intelegensi individu memengaruhi penyesuaian diri. individu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan memiliki intelegensi yang tinggi cenderung dapat melaksanakan proses penyesuaian diri dengan lancar dibandingkan dengan individu dengan tingkat pendidikan dan intelegensi yang lebih rendah.

  • Kebudayaan
    Kebudayaan merupakan faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu agar dapat menyesuaikan diri dengan baik, atau justru akan membentuk individu yang lebih sulit untuk menyesuaikan diri.

  • Agama
    Faktor agama akan mempengaruhi kelancaran proses penyesuaian diri, sebab agama akan memberikan suasana yang tentram secara psikologis bagi individu, sehingga dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan psikis lainnya.

  • Psikologis
    Psikologis merupakan faktor paling yang memengaruhi dalam penyesuaian diri, sebab keadaan mental yang sehat merupakan syarat untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik. Kelancaran dalam proses perkembangan individu akan menyebabkan adanya kematangan dalam diri individu yang bersangkutan, karena dengan adanya kematangan tersebut menunjukan bahwa individu yang bersangkutan sudah mampu menyelaraskan dorongan-dorongan internalnya dengan tuntutan lingkungan.

Sunarto dan Hartono (2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempngaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:

  • Kondisi-kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf, kelenjar, sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya.

  • Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional.

  • Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik.

  • Kondisi lingkungan khususnya keluarga dan sekolah.

  • Penentu kultural, termasuk agama.

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri


Menurut Schneiders (1999) dimensi penyesuaian diri dapat dijelaskan sebagai berikut:

Karakteristik penyesuaian diri positif

  • Absence of Excessive Emotionality
    Terhindar dari ekspresi emosi yang berlebihan, merugikan, atau kurang mampu mengontrol diri.

  • Absence of Psychological Mechanism
    Terhindar dari mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi, agresi, kompensasi, dan sebagainya.

  • Absence of The Sense of Personal Frustration
    Terhindar dari perasaan frustasi atau perasaan kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan.

  • Rational Deliberation and Self-Direction
    Memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional, yaitu mampu memecahkan masalah berdasarkan alternatif-alternatif yang telah dipertimbangkan secara matang dan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang di ambil.

  • Ability to Learn
    Mampu belajar, mampu mengembangkan kualitas dirinya, khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah sehari-hari.

  • Utilization of Past Experience
    Mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu, baik yang terkait dengan keberhasilan, maupun kegagalan untuk mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik.

  • Realistic-Objective Attitude
    Bersikap objektif dan realistik, mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon situasi, atau masalah secara rasional, tanpa didasari oleh prasangka buruk atau negatif.

Karakteristik penyesuaian diri negatif

  • Defense Reaction
    Dalam reaksi ini individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Individu akan selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan.

  • Escape Reaction
    Dalam reaksi ini individu mempunyai penyesuaian diri yang salah, yaitu menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya, dimana dalam hal ini individu tidak mau mengakui kegagalannya.

  • Aggressive Reaction
    Individu memiliki penyesuaian diri yang salah. Dalam hal ini individu akan menunjukan hal-hal seperti melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya akan nampak dalam hal tingkah laku, yaitu berfantasi seolah-olah tercapai, seperti menjadi banyak tidur, minum-minuman keras, dan regresi (kembali kepada tingkah laku pada tingkat perkembangan yang lebih awal).

Aspek penyesuaian diri menurut Darlega (1978) dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

  • Kemampuan untuk menerima kenyataan yang ada

  • Kemampuan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama

  • Kemampuan untuk dapat memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya dan sesuai dengan kemampuan dan minat yang dimilikinya

  • Kemampuan untuk bekerja sama dan hidup bersama dengan individu lain dalam suasana menyenangkan

  • Kemampuan untuk mengendalikan luapan emosi, sehingga tidak mudah marah, iri, mengalami ketakutan berlebih, cemas, dan memiliki toleransi yang tinggi

  • Kemampuan untuk menerima diri apa adanya

  • Kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain

Dari segi pandangan psikologi, penyesuaian diri memiliki banyak arti seperti pemuasan kebutuhan, ketrampilan dalam menangani frustasi atau konflik, ketenangan pikiran atau jiwa, atau bahkan pembentukan simton- simton. (Yustinus Semiun, 2006).

Penyesuaian diri adalah cara individu atau khusus organisasi dalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam atau situasi-situasi dari luar (Yustinus Semiun, 2006).

Menurut Musthafa Fahmy, (1982), penyesuaian diri dalam lingkungan kerja adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah perilaku hidup agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungan kerja. Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah kita memberikan batasan kepada fakta tersebut dengan kemampuan untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dan lingkungannya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dalam lingkungan kerja adalah suatu cara individu dalam bereaksi terhadap tuntutan atau situasi dari dalam maupun dari luar agar lebih sesuai dengan dirinya dan lingkungan kerja.

Penyesuaian diri adalah relatif karena tidak ada orang yang dapat menyesuaikan diri secara sempurna. Penyesuaian diri itu harus dinilai berdasarkan kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi tuntutan yang dihadapi dan kapasitas ini berbeda-beda menurut kepribadian dan tingkat perkembangan.

Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotik adalah orang yang sangat tidak efisien- efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap (Yustinus Semiun, 2006).

Singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik- konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik.

Kriteria penyesuaian diri yang baik adalah pengendalian diri sendiri yang berarti orang mengatur implus-implus, pikiran-pikiran, kebiasaan- kebiasaan, emosi-emosi dan tingkah laku berkaitan dengan prinsip-prinsip yang dikenakan pada diri sendiri atau tuntutan-tuntutan yang dikenakan oleh masyarakat (Yustinus Semiun, 2006).

Penyesuaian diri yang baik juga mengandung suatu tingkat pengusaan, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengatur respon-respon pribadi sedemikian rupa sehingga konflik-konflik, kesulitan-kesulitan, dan frustasi-frustasi akan hilang dengan munculnya tingkah laku yang efisien atau yang menguasai. Istilah tersebut meliputi menguasai diri sendiri sehingga dorongan-dorongan, emosi–emosi, dan kebiasaan–kebiasaan dapat dikendalikan, juga berarti menguasai lingkungan yaitu kemampuan untuk menangani kenyataan secara sehat dan adekuat dan menggunakan lingkungan orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam cara yang menyebabkan individu dapat menyesuaiakan diri.

Seperti dikatakan oleh seorang penulis, apabila kebutuhan untuk menguasai adalah sama sekali atau untuk sebagian terbesar gagal dalam jangka waktu yang lama, maka individu pasti tidak dapat menyesuaikan diri. (Yustinus Semiun, 2006).

Lingkungan mencangkup semua pengaruh, kemungkinan dan kekuatan yang melindungi individu, yang dapat mempengaruhi usahanya dalam mencapai kestabilan kejiwaan dan jasmani dalam kehidupannya. Lingkungan ini mempunyai tiga segi, yaitu lingkungan alami dan materi, lingkungan sosial, kemudian individu dengan segala komponennya, bakat, pembawaan dan pikirannya tentang dirinya.

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri


Musthafa Fahmy, 1982, membagi penyesuaian diri menjadi dua aspek, yaitu:

  • Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah, penerimaan individu terhadap dirinya, tidak memiliki rasa benci dan tidak percaya diri. Respon penyesuaian diri baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjahui ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal faktor utama kegagalan proses penyesuaian diri pada seseorang adalah kegoncangan emosi yang dialami, biasanya kegoncangan itu terjadi akibat adanya berbagai dorongan perubahan pandangan kepada individu terhadap diri sendiri.

Penyesuaian pribadi merupakan penyesuaian pada diri sendiri yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

  1. Penyesuaian diri fisik dan emosi, yaitu penyesuaian yang melibatkan respon fisik dan emosional yang meliputi kematangan emosi dan kontrol emosi. Kematangan emosi yang dimaksud merupakan kemampuan individu dalam memahami dan menerima segala yang ada pada dirinya, sehingga individu mampu untuk mengadakan penyesuaian antara fisik dan emosinya kontrol emosi merupakan tolak ukur bagi individu dalam menerima kondisi diri sehingga tidak berdampak pada kondisi fisik dan psikologis.

  2. Penyesuaian diri seksual, yaitu penyesuaian yang berhubungan dengan realitas seksual berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin secara biologis dan psikologis yang berupa dorongan (impuls/nafsu) atau hasrat untuk bisa menerima kondisi dirinya, karena jika kondisi ini tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi konflik yaitu berupa pertentangan antara dua atau lebih harapan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya. Jika dalam proses penyesuaian seksual tersebut individu mengalami hambatan dalam pencapaian tujuan yang diharapkan maka individu akan mengalami suatu keadaan yang disebut dengan frustasi. Frustasi timbul sebagai akibat dari kekecewaan karena adanya kegagalan dalam pencapaian tujuan.

  3. Penyesuaian diri moral dan agama, penyesuaian moral yaitu penyesuaian berupa kemampuan individu untuk memenuhi norma atau nilai dan etika moralitas yang ada dilingkungan secara efektif sehingga individu merasa tidak dikesampingkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan penyesuaian agama adalah penyesuaian terhadap nilai-nilai religius yang berlaku dalam kehidupan keberagamaan yang dianut oleh individu bersangkutan. Antara moral dan agama saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.

  • Penyesuaian Sosial

Setiap orang hidup dalam masyarakat, di dalamnya terjadi proses pengaruh mempengaruhi yang silih berganti antara anggota-anggota masyarakat itu. Dan timbul diantara orang-orang itu suatu pola kebudayaan, dan mereka bertingkah laku menurut sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup mereka, agar mereka dapat tetap bertahan dalam jalan yang sehat dari segi kejiwaan dan sosial.

Dalam lapangan psikologi sosial, proses ini dikenal dengan nama “proses penyesuaian sosial”. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya. Hubungan-hubungan tersebut baik dalam masyarakat, keluarga ataupun ditempat kerja. Penyesuaian sosial yang terjadi ini bersifat membentuk eksistensi diri dalam masyarakat bagi individu tersebut. Dalam penyesuaian ini individu mulai mengambil bentuk sosial yang berpangaruh dalam masyarakat dengan menyerap berbagai adat dan kebiasaan yang ada di masyarakat.

Akan tetapi, semua aspek yang diserap oleh individu tersebut belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial sehingga individu itu mampu mencapai penyesuaian sosial yang sempurna yang harus sesuai dengan kebiasaan masyarakat dan mematuhi kaidah-kaidah pengontrol sosial yang ada.

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan kelompok yang melibatkan aspek khusus dari kelompok sosial yang meliputi keluarga, pekerjaan dan masyarakat.

  1. Penyesuaian diri terhadap keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana ia belajar dan berinteraksi sebagai makhluk sosial.

Faktor yang akan mendukung terbentuknya penyesuaian diri yang baik dalam keluarga antara lain: keutuhan keluarga yang dimaknai dengan terjalinnya hubungan yang baik antar anggota keluarga, sikap dan kebiasaan orang tua, seperti rasa tanggung jawab, saling menghormati, dan mampu untuk saling memahami.

  1. Penyesuaian diri terhadap pekerjaan / sekolah. Penyesuaian diri terhadap pekerjaannya dapat dilakukan dengan menyesuaiakan atau dengan beradaptasi dengan lingkungan kegiatannya.

  2. Penyesuaian diri terhadap masyarakat. Penyesuaian diri terhadap masyarakat harus mempunyai syarat, yaitu mengenal dan menghormati orang lain, serta mengembangkan sikap bersahabat dengan lingkungan. (Mustafa Fahmi, 1982).
    Penyesuaian diri yang baik yang selalu ingin diraih oleh setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar- benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupanya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.

Menurut Fahmi (dalam Sobur, 2003) penyesuaian adalah suatu proses dinamik terus menerus yang bertujuan untuk mengubah prilaku guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dengan lingkungan.Yustinus (2006) menyatakan penyesuaian diri ( adjustment ) merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan karena penyesuaian diri banyak mengandung arti,kriteria untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara jelas, penyesuaian diri dan lawannya ketidakmampuan menyesuaikan diri memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan di antara keduanya. Penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan dan menangani frustasi dan konflik, ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom- simtom.

Karakteristik Penyesuaian Diri

Haber dan Runyon (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan seseorang memiliki lima karakteristik sebagai berikut:

  1. Persepsi terhadap realitas. Seseorang mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan menginterpretasikannya, sehingga mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai.

  2. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti seseorang mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami.

  3. Gambaran diri yang positif. Gambaran diri yang positif berkaitan dengan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri. Gambaran diri yang positif baik melalui penilaian pribadi maupun melalui penilaian oranglain, sehingga seseorang dapat merasakan kenyamanan psikologis.

  4. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik. Kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik berarti seseorang memiliki ekspresi emosi dan kontro lemosi yang baik.

  5. Hubungan interpersonal yang baik. Memiliki hubungan interpersonal yang baik berkaitan dengan hakekat seseorang sebagai makhluk sosial, yang sejak lahir tergantung pada orang lain. seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu membentuk hubungan dengan cara yang berkualitas dan bermanfaat.

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation) , padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.

Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma . Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.

Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas , menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.

Penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam memenuhi salah satu kebutuhan psikologis dan mampu menerima dirinya serta mampu menikmati hidupnya tanpa jenis konflik dan mampu menerima kegiatan sosial serta mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di dalam lingkungan sekitarnya (Khatib, 2012).

Aspek-Aspek Penyesuaian Diri


Menurut Alberlt & Emmons (2002) penyesuaian diri memiliki 4 (empat) aspek, yang terdiri dari:

  1. Aspek self-knowledge dan self-insight
    Aspek self-knowledge dan self-insight yaitu kemampuan dalam memahami dirinya sendiri bahwa dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat diketahui dengan pemahaman emosional pada dirinya, yang berarti adanya kesadaran akan kekurangan dan disertai dengan sikap yang positif terhadap kekurangan tersebut maka akan mampu menutupinya.

  2. Aspek self-objectifity dan self-acceptance
    Bersikap realistik setelah mengenal dirinya sehingga mampu menerima keadaan dirinya.

  3. Aspek self-development dan self-control
    Mampu mengarahkan diri, menyaring rangsangan-rangsangan dari luar, ide-ide, perilaku, emosi, sikap, dan tingkahlaku yang sesuai. Kendali diri dapat mencerminkan individu tersebut matang dalam menyelesaikan masalah kehidupannya.

  4. Aspek Satisfaction
    Menganggap bahwa segala sesuatu yang dikerjakan merupakan pengalaman yang apabila tercapai keinginannya maka menimbulkan rasa puas dalam dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri


Faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dikelompokkan menjadi dua kelompok menurut Soeparwoto (2004) yang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

  1. Motif, merupakan dorongan-dorongan sosial seperti dorongan untuk berprestasi, dorongan untuk menjadi lebih unggul didalam lingkungan, dorongan untuk bersosialisasi.

  2. Self-concept atau konsep diri, bagaimana individu memandang dirinya sendiri serta sikap yang dimilikinya, baik terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual dan motivasi diri. Selain itu, meliputi kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh dirinya, dan juga kekurangan atau kegagalan dirinya. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan mampu menyesuaiakan diri dan menyenangkan dibandingkan dengan individu yang memiliki konsep diri yang buruk.

  3. Persepsi, adalah proses pengamatan dan penilaian melalui kognitif maupun afeksi individu terhadap objek, peristiwa dalam pembentukan konsep baru.

  4. Sikap, merupakan kesiapan atau kesediaan individu untuk bertindak. Individu dengan sikap yang baik cenderung lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dibandingkan dengan individu yang memiliki sikap tidak baik.

  5. Intelegensi dan minat, intelegensi sebagai langkah awal dalam berinteraksi atau proses penyesuaian diri, dengan intelegensi individu dapat menganalisis dan menalar, selain itu dengan adanya minat terhadap sesuatu akan membatu mempercepat proses penyesuaian diri individu.

  6. Kepribadian, prinsipnya individu yang memiliki kepribadian ekstrovert cenderung mudah menyesuaiakan diri dibandingkan dengan individu yang memiliki kepribadian introvert.

Faktor eksternal

  1. Keluarga
    Keluarga merupakan pintu awal individu dalam belajar berinteraksi dengan individu lainnya. Pada dasarnya pola asuh akan menentukan kemampuan penyesuaian diri individu, keluarga yang menganut pola asuh demokrasi akan memberikan kesempatan lebih kepada individu untuk berproses dalam penyesuaian diri secara lebih baik.

  2. Kondisi Sekolah
    Sekolah dengan lingkungan kondusif akan sangat mendukung individu agar dapat bertindak dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya secara selaras.

  3. Kelompok Sebaya
    Kelompok sebaya akan mempengaruhi proses penyesuaian diri individu, kelompok sebaya dapat menjadi sarana yang baik dalam proses penyesuana diri. Namun, ada juga yang sebaliknya sebagai penghambat proses penyesuaian diri individu.

  4. Prasangka Sosial
    Prasangka sosial akan menghambat proses penyesuaian diri individu apabila masyarakat memberikan label yang negatif kepada individu seperti nakal, suka melanggar peraturan, menentang orang tua dan sebagainya.

  5. Hukum dan Norma
    Hukum dan norma akan membentuk penyesuaian diri yang baik, apabila masyarakat konsekuen dalam menegakkan hokum dan norma yang berlakku di dalam masyarakat.

Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur, 2003).

Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009).

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002).

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009).

Aspek-aspek Penyesuaian Diri


Menurut Fromm dan Gilmore, ada empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain :

  • Kematangan emosional, yang mencakup aspek-aspek :

    1. Kemantapan suasana kehidupan emosional
    2. Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
    3. Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
    4. Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri
  • Kematangan intelektual, yang mencakup aspek-aspek :

    1. Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri
    2. Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya
    3. Kemampuan mengambil keputusan
    4. Keterbukaan dalam mengenal lingkungan
  • Kematangan sosial, yang mencakup aspek-aspek :

    1. Keterlibatan dalam partisipasi sosial
    2. Kesediaan kerjasama
    3. Kemampuan kepemimpinan
    4. Sikap toleransi
  • Tanggung jawab, yang mencakup aspek-aspek :

    1. Sikap produktif dalam mengembangkan diri
    2. Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
    3. Sikap empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
    4. Kesadaran akan etika dan hidup jujur

Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri


Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2003:529) bentuk-bentuk penyesuaian diri ada dua antara lain:

  • Adaptive
    Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini bersifat badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau dirasakan terlalu panas.

  • Adjustive
    Bentuk penyesuaian diri yang lain bersifat psikis, artinya penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa, sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain (Enung dalam Nofiana, 2010):

  1. Faktor Fisiologis . Struktur jasmani merupakan kondisi yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri

  2. Faktor Psikologis . Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.

Karakteristik Penyesuaian Diri


Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010) karakteristik penyesuaian diri antara lain:

  1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan. Mampu mengontrol emosi dan memiliki kesabaran dalam menghadapi berbagai kejadian dalam hidup

  2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan diri yang salah. Mempunyai mekanisme pertahanan diri yang positif sehingga masalah yang dihadapi terasa ringan.

  3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. Tidak mengalami frustasi dan gejala-gejala kelainan jiwa.

  4. Memiliki pertimbangan yang rasional. Langkah apapun yang ingin ditempuh, selalu berdasarkan pemikiran yang rasional

  5. Mampu belajar dari pengalaman. Pengalaman hidup dapat menempa mentalnya menjadi lebih kuat dan tahan banting.

  6. Bersikap realistik dan objektif. Melihat berbagai kejadian atau masalah didasarkan pada realita dan pemikiran objektif

Aspek-aspek Penyesuaian Diri


Menurut Enung (dalam Nofiana, 2010) aspek-aspek penyesuaian diri antara lain:

  1. Penyesuaian Pribadi . Kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya.

  2. Penyesuaian Sosial . Mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman, atau masyarakat luas secara umum.

Penyesuaian diri menurut Schneiders (1955) adalah kemampuan seseorang untuk merespon secara tepat terhadap realita sosial, dan situasi yang dalam diri sendiri. Calhoun (Ahyani & Kumalasari, 2012) menyebutkan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan diri sendiri, yakni apapun yang ada pada diri sendiri, tubuh, perilaku, pemikiran, serta perasaan dengan orang lain dan lingkungan.

Sedangkan Semiun (Bashori & Handono, 2013) mengartikan penyesuaian diri adalah kemampuan yang melibatkan proses respon mental dan tingkah laku dimana respon tersebut membuat individu berusaha mengatasi kebutuhan-kebutuhannya, ketegangan, frustasi, dan konflik batin serta menyesuaikan tuntutan-tuntutan batin dengan tuntutan-tuntutan dari lingkungan dimana ia hidup.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Aspek-aspek penyesuaian diri menurut Schneiders (Bashori & Handono, 2013) diantaranya adalah :

  1. Adaptation
    Penyesuaian diri merupakan keterampilan seseorang dalam mengaitkan dirinya dengan lingkungan sekitar sehingga didapatkan hubungan yang selaras. Penyesuaian diri dianggap sebagai kemampuan individu dalam beradaptasi. Jika individu memiliki penyesuaian diri yang baik, maka individu tersebut memiliki interaksi yang baik dengan lingkungannya.

  2. Comformity
    Penyesuaian diri seseorang yang baik adalah dimana dirinya mampu memenuhi apa yang diharapkan dari orang lain dan dirinya sendiri.

  3. Mastery
    Seorang individu dengan penyesuaian diri yang baik mampu membuat suatu rencara dan mengorganisasikan respon-respon dari dirinya untuk menanggapi suatu masalah dengan efisien.

  4. Individual variation
    Variasi individu yang ada dapat menimbulkan perbedaan perilaku dan respon dalam menanggapi suatu masalah.

Aspek-aspek penyesuaian diri oleh Albert & Emmons (Ahyani & Kumalasari, 2012) adalah sebagai berikut :

  1. Self-knowledge dan self-insight
    Merupakan kemampuan individu dalam mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri sendiri serta adanya dukungan sikap yang sehat terhadap kekurangan tersebut.

  2. Self-objectivity dan self-acceptance
    Adalah kondisi dimana individu telah mampu mengenali dirinya sehingga ia mampu menerima dirinya sendiri dengan bersikap realistik.

  3. Self-development dan self-control
    Merupakan suatu pengendalian diri yang bersifat mengarahkan impuls-impuls, pemikiran, kebiasaan, emosi, sikap, dan tingkah laku yang sesuai dengan keadaan. Hal ini dapat mengembangkan individu ke arah kematangan sehingga individu mampu menghadapi kegagalan dengan sikap yang positif.

  4. Satisfaction
    Adanya rasa puas terhadap segala hal yang telah dilakukan, menganggap semuanya merupakan pengalaman sehingga ketika keinginannya terpenuhi, hal tersebut akan memunculkan kepuasan tersendiri bagi dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang menurut Soeparwoto (Ahyani & Kumalasari, 2012), adalah :

Faktor Internal

  1. Motif
    Merupakan motif-motif sosial seperti motif berprestasi, atau motif mendominasi dalam suatu kelompok.

  2. Konsep diri remaja
    Merupakan bagaimana seseorang memandang dirinya baik dari aspek fisik, psikologis, sosial, ataupun akademik. Konsep diri yang tinggi pada remaja akan menyebabkan seseorang memilii penyesuaian diri yang lebih baik daripada remaja yang memiliki konsep diri yang rendah.

  3. Persepsi remaja
    Persepsi yang merupakan pengamatan dan evaluasi terhadap objek, atau peristiwa melalui proses mental dan afeksi dalam membentuk suatu konsep terhadap objek atau peristiwa tersebut.

  4. Sikap remaja
    Yakni suatu kecenderungan remaja dalam berperilaku positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif memiliki penyesuaian diri yang lebih baik daripada remaja yang memiliki penyesuaian diri yang rendah.

  5. Intelegensi dan minat
    Merupakan proses mental yang digunakan dalam menganalisis dan menalar sesuatu dimana jika hal ini didukung dengan adanya minat, maka seseorang akan memiliki penyesuaian diri yang cepat.

  6. Kepribadian
    Pada tipe kepribadian ekstrovert dimana seseorang bersifat lebih dinamis, remaja akan memiliki penyesuaian diri yang lebih mudah dibandingkan pada tipe kepribadian introvert.

Faktor eksternal

  1. Keluarga terutama pola asuh orang tua
    Pola asuh orang tua dengan pola demokratis akan memberikan kemungkinan bagi remaja untuk melakukan proses penyesuaian diri dengan mudah.

  2. Kondisi sekolah
    Kondisi sekolah yang mendukung dan menyediakan suasana yang sehat akan memberikan sebuah acuan pada remaja untuk bertindak secara harmonis dengan orang lain.

  3. Kelompok sebaya
    Kelompok teman sebaya menentukan bagaimana remaja melakukan penyesuaian diri. Ada kelompok teman sebaya yang mempercepat penyesuaian diri remaja namun ada juga yang menghambat penyesuaian diri tersebut.

  4. Prasangka sosial
    Adanya prasangka sosial terhadap diri seorang remaja akan mempengaruhi penyesuaian dirinya misalnya label negatif akan menghambat proses penyesuaian diri remaja tersebut.

  5. Hukum dan norma sosial
    Jika masyarakat konsisten dalam menegakkan hukum dan norma yang berlaku maka hal ini akan mengembangkan penyesuaian diri remaja yang baik