Kata “peran” dalam teori peran diambil dari dunia teater. Dalam dunia teater atau dunia panggung, setiap pemain diharapkan dapat membawakan atau memainkan perannya sesuai dengan posisi yang diberikan kepada setiap pemain.
Seorang aktor yang diberi peran dokter, misalnya, diharapkan bermain (memainkan peran) seperti dokter di ruang praktik yang memeriksa pasiennya. Ia meminta pasiennya membuka kemeja, memegang dadanya, menulis resep, menasihati dengan nada suara yang menyejukkan pasiennya.
Demikian pula bila ada artis yang memainkan peran sebagai dosen, polisi atau pengemis, maka peran-peran ini harus ditampilkan sesuai dengan posisi dalam lakon tersebut.
Teori peran menganggap dunia kehidupan nyata ini sama dengan “panggung sandiwara”. Posisi para aktor yang bermain peran dalam dunia teater ini dianalogikan dengan berbagai posisi yang ada dalam kehidupan nyata di masyarakat. Dalam kenyataan, seseorang bisa mempunyai berbagai posisi secara bersamaan, misalnya, di samping dosen, ia juga ayah, pengacara, ketua perkumpulan tenis, dan seterusnya.
Setiap posisi ini mempunyai pasangannya masing-masing yang dalam menjalankan perannya tidak boleh dipertukarkan.
Posisi |
Pasangan |
Ayah |
Anak |
Suami |
Istri |
Dosen |
Mahasiswa |
Dokter |
Pasien |
Seorang ayah, dituntut untuk berperan tertentu dalam kaitan dengan pasangan posisinya, yakni anak dan bukan dengan pasien. Demikian pula sebaliknya, pasangan posisi dokter adalah pasien, bukan anak, istri atau mahasiswa.
Mengapa, menurut teori peran, satu posisi tidak boleh dipertukarkan dengan posisi lain yang bukan pasangan posisinya?
Sebab, bila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan kehidupan suatu kelompok menjadi tidak harmonis. Seorang dosen hanya memberikan kuliah terhadap mahasiswanya di ruang kuliah. Tatkala ia kembali ke rumah, dirinya tidak boleh lagi berperan seperti layaknya seorang dosen, “menggurui” istri, anak, dan bahkan pembantu rumah tangga atau pengemudinya dengan cara berusaha mempertanggungjawabkan setiap kalimat yang diucapkannya, seperti menyampaikan, misalnya batasan, manfaat, dan dampak ekonomis penggunaan air hangat yang dimintanya untuk mandi malam.
Untuk lebih menegaskan satu posisi tidak boleh disilangkan dengan posisi lain yang bukan posisi pasangannya, teori peran mengemukakan bahwa hubungan setiap pasangan posisi itu sifatnya kontekstual.
Bila dalam kehidupan nyata setiap anggota masyarakat bisa berperan sesuai dengan posisinya masing-masing dan menyadari dalam konteks apa dirinya berperan maka di samping anggota masyarakat yang bersangkutan dikatakan mampu menyesuaikan diri dengan baik, juga kehidupan masyarakat secara keseluruhan juga akan tertib dan teratur.
Sebab, pada setiap posisi melekat hak dan kewajiban setiap pemilik posisi tersebut. Dalam kaitannya dengan mahasiswa, seorang dosen berhak untuk memberi tugas atau pekerjaan rumah (PR), memberikan kuis, dan menguji mahasiswa. Namun, ia juga mempunyai kewajiban untuk memberi kuliah, memeriksa hasil kuis mahasiswa, dan menilai hasil ujian mahasiswa. Sebaliknya, di pihak mahasiswa sebagai pasangan posisi dosen, ia juga mempunyai hak dan kewajiban.
1. Harapan Peran (Role Expectation)
Suatu rumah tangga, organisasi, bahkan masyarakat menjadi tidak harmonis atau kacau, menurut teori peran karena masing-masing pemilik suatu posisi tidak berperan sesuai dengan peran yang diharapkan (role expectation).
Selain harapan peran yang bersifat umum dari masyarakat atas, suatu posisi, bisa juga harapan datang dari sekelompok orang atau individu.
Selanjutnya, meskipun pada suatu posisi tertentu melekat harapan peran yang berlaku umum dan telah berlaku sejak lama, namun perwujudannya dalam perilaku nyata bisa berbeda bahkan bertentangan di antara para pemegang peran. Misalnya, adalah kewajiban setiap ayah untuk mendidik atau membesarkan anak dengan baik, bisa jadi ayah tertentu mendidiknya dengan disiplin keras, ayah yang lain menerapkan cara yang lemah lembut, sedangkan ayah yang lain lagi memerankan posisinya dengan cara tidak memberi makan atau memukuli anaknya yang tidak disiplin.
2. Peran Ganda
Telah dikemukakan bahwa pada seseorang bisa melekat berbagai posisi misalnya ; peran ayah, suami, dosen, dokter. Masing-masing posisi ini menuntut peran yang berbeda-beda yang harus dipenuhi.
Berbagai peran yang melekat pada masing-masing posisi ini merupakan peran ganda (multiple roles) yang mengandung berbagai konsekuensi. Keuntungan individu dengan berbagai peran, terutama bila ia dengan mudah berganti peran, adalah mudah menyesuaikan diri di masyarakat.
Namun, apabila ia tidak mampu memenuhi tuntutan berbagai peran maka dua kemungkinan yang bisa terjadi, yakni ketegangan peran (role strain) atau konflik peran (role conflict).
Mengatasi ketegangan peran dapat dilakukan dengan cara menanggalkan satu atau dua posisi yang dianggap oleh individu yang bersangkutan tidak penting atau tidak mendatangkan manfaat, misalnya, melepaskan jabatan sekretaris perkumpulan olah raga tertentu.
Konflik peran terjadi manakala satu posisi menuntut dua peran pada waktu yang bersamaan (intrarole conflict). Misalnya, seorang mandor yang harus menyuarakan kebijakan manajemen di satu pihak dan membela kepentingan buruh yang bertentangan dengan kebijakan manajemen.
Selain konflik intraperan, bentuk konflik peran yang lain adalah konflik antarperan (interrole conflict). Seorang dosen yang mempunyai keponakan yang berstatus mahasiswa dan nilai ujiannya buruk pada mata kuliah yang diasuhnya, kemungkinan besar akan mengalami konflik antarperan.
Sebagai dosen, dirinya dituntut objektif dalam menilai ujian mahasiswa; namun sebagai paman yang sangat menyayangi keponakannya, ia tidak sampai hati untuk memberikan nilai rendah atas hasil ujian keponakannya.
Tokoh teori peran, Ralph Linton, mengemukakan pembagian peran atas dua jenis, yakni peran perolehan (ascribed roles) dan peran raihan (achieved roles).
-
Peran perolehan adalah peran bawaan yang melekat pada status individu tanpa suatu usaha tertentu, misalnya, laki-laki, wanita, pangeran atau putra mahkota dalam sistem kerajaan, dan suku bangsa tertentu.
-
Peran raihan adalah peran yang terkait dengan status yang diperoleh melalui usaha, misalnya, mahasiswa diperoleh seseorang melalui kelulusan ujian SMA dan ujian masuk ke perguruan tinggi. Demikian pula status dosen, manajer, menteri, dan presiden suatu negara.
Mengenai peran, perolehan dan raihan, yang bertentangan dalam cara mendapatkannya ini dalam kehidupan nyata kadang-kadang bisa kabur. Misalnya, apakah peran seorang anak miliarder kaya itu merupakan peran perolehan atau raihan.