Apa yang dimaksud dengan Sombong Menurut Islam?

sombong

Berikut ayat-ayat AlQuran yang membahas terkait dengan kesombongan,

QS. Al-Isra’ : 37

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

QS. As-Saffat [37] : 35

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,

QS. Ghafir [40] : 60

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.


Apakah makna dari sombong dan bagaimana Islam melihat kesombongan ?

Menurut Imam Al-Ghazali (1998) dalam bukunya yang berjudul Pandangan Imam Al Ghazali tentang Takabbur dan Ujub , mengemukakan pengertian sombong ialah prilaku yang menolak kebenaran dan meremehkan manusia dengan anggapan kepandaiannya lebih hebat dan lebih tinggi derajat maupun pangkatnya daripada yang lain.

Orang yang takabbur (sombong) ialah orang yang manakala diberi nasehat ditolaklah nasehat itu, sebaliknya jika ia memberi nasehat, maka siapun harus menerimanya. Oleh karena itu siapa pun yang memandang bahwa dirinya lebih baik dari pada orang lain, maka orang terebut termasuk golongan orang takabbur (sombong).

Seharusnya orang menyadari bahwa sesungguhnya orang yang baik ialah orang yang dipandang baik menurut Allah di akhirat kelak. Dan hal ini tidak seorang pun dari makhluk Allah dapat mengetahuinya, karena penilaian baik dan buruknya seseorang masih di tangguhkan sampai akhir hayatnya. Dengan demikian pandangan seseorang bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain adalah suatu kebodohan belaka. Oleh sebab itu hendaklah engkau memandang bahwa orang lain lebih baik dan lebih istimewa daripada dirimu sendiri, Sa’id Hawwa (2006) menyebutkan bahwa sombong berarti melecehkan orang lain dan menolak kebenaran.

Kesombongan itu bermuara dari keinginan untuk mendapatkan kepuasan diri dan cenderung untuk memperlihatkan kepada orang lain yang disombongkan. Seseorang yang telah merasa dirinya lebih mulia ( takabbur ) dari pada orang lain, akan merendahkan dan melecehkan orang lain dan ingin lebih dimuliakan ketika berkumpul dengan orang lain, misalnya dengan posisi duduk di tempat makan berbeda. Semakin tinggi kesombongannya, maka ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin selalu berada di atas yang lain. Semakin tinggi kesombongannya, maka ia menganggap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain karena ia menganggap setiap orang tidak mampu melakukannya

Omar Abdul Mannan (2005) dalam bukunya Dictionary of The Holy Qur’an, mengartikan sombong sebagai berikut:

“ Arrogantly behaving in a proud and superior manner; showing too much pride in oneself and too little consideration for others . .

Artinya : Sombong berperilaku dengan cara yang bangga dan superior, menunjukkan kebanggaan terlalu banyak dalam diri sendiri dan pertimbangan terlalu sedikit bagi orang lain.

Sombong Sebagai Penyakit


Sifat sombong masuk dalam nafsio ataksia, Ataksia adalah istilah dari bahasa latin ‘A’ artinya tidak, dan ‘taksis’ artinya keteraturan, nafsio ataksia yaitu ketidakberdayaan mengatur prilaku, disebabkan oleh kelainan penyakit di syaraf sentral, tidak adanya koordinasi antara emosi dan fikiran-fikiran.

Nafsio ataksia ditandai oleh ketidakmampuan orang mengatur tingkah lakunya, karena kelemahan mengkoordinasikan energi otak dan energi hatinya.

Sombong mudah menimbulkan penyakit sampingan yang berupa berbagai ragam nafsu manusia, antara lain:

  • Kibir atau Takabbur, yakni sifat menyombongkan diri dihadapan orang lain, merasa lebih tinggi (kedudukannya), lebih pandai, lebih kaya, lebih berharga atau lebih mulia dari pada orang lain. Orang yang biasa kibir tidak bisa merasakan nikmat yang Allah berikan kepadanya, karena menganggap segala sesuatu adalah disebabkan oleh keringat dan jerih payahnya sendiri.

  • Ujub, yakni sifat takabbur yang tersimpan dalam hati. Bahwa dialah yang paling sempurna dalam ilmu dan amal. Orang yang ujub merasa puas dan sombong atas kelebihan dirinya. Peranan ini membawa lupa akan kekurangan dirinya, dan selalu mencela kekurangan orang lain. Dia lebih senang mentajubi kelebihan dirinya daripada menghargai kelebihan orang lain. Ada tiga perkara yang bisa membinasakan seseorang, yaitu: kikir yang dita’ati, hawa nafsu yang diturut, dan ta’jub akan dirinya sendiri.

  • Mukhtal dan Tafakhur, yaitu sifat sombong dan berbangga termasuk kebanggaan pertalian darah keturunan, misalnya keturunan darah nigrat atau bangsawan yang dianggap lebih mulia dari pada keturunan darah kaum jembel. Peranan ini dimiliki orang yang kalau disentuh oleh derita, dia cepat berduka cita, menyesal dan putus asa, tetapi kalau memperoleh nikmat dia sombong, berbangga-bangga lupa daratan dan tidak mau mensyukurinya. Seperti yang ter maktub dalam Al-Qur’an:

    Artinya: Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (Q.S. Al Hadid: 23).

  • Riak, yakni sifat angkuh dan pamer, selalu minta dipuji dan disanjung orang, meskipun sikap dan tingkah lakunya tidak patut untuk dihargai. Orang golongan ini adalah orang yang gila hormat, dan selalu haus akan pujian “wah”. Dan merupakan cirri hipokrisi.

Macam-macam Sifat Sombong


Seseorang tidak akan sombong kecuali yang suka memuliakan diri. Dan seseorang tidak akan memuliakan dirinya sendiri kecuali meyakini bahwa ia memiliki sifat-sifat yang sempurna. Kesemuanya itu berkaitan dengan urusan agama dan dunia yang berkaitan dengan dunia, yaitu keturunan ( nasab ), kecantikan, kekuatan, harta, dan banyak teman. Inilah uraian terkait dengan sebab-sebab timbulnya sifat sombong:

  • Sifat sombong karena ilmu

    Sifat sombong merupakan penyakit yang sangat cepat menjangkit para ulama. Mereka merasa kemuliaan ilmu, keindahan ilmu, dan kesempurnaan ilmu, sehingga ia merasa dirinya mulia, sempurna dan menganggap rendah diri. Ia menganggap orang lain bodoh. Ia ingin agar orang lain yang memulai mengucapkan salam kepadanya dan apabila ada salah seorang yang mengucapkan salam, berdiri untuk memberikan hormat, menjawab panggilannya, maka ia merasa ini merupakan bakti dan rasa terima kasih kepadanya atas pengajaran yang telah diberikan. Jadi, pada intinya seorang yang bertambah ilmu dan lebih merasa dirinya mulia dan patut dihormati, sesungguhnya ia tidak bertambah ilmu melainkan kesombongan. Sebaliknya, apabila seseorang bertambah ilmu dan bertambah rasa takutnya kepada Allah sehingga memandang dirinya bodoh, hina, dan ia selalu rendah hati, sesungguhnya ia telah bertambah ilmunya (Hawwa, 2006).

  • Sifat sombong karena amal dan ibadah

    Setiap orang, walaupun ia seorang ahli ibadah dan zuhud, ia tidak akan terlepas dari sifat sombong, baik berkaitan dengan dunia maupun agama. Dalam urusan dunia, ia menganggap bahwa orang- orang berziarah kepadanya lebih baik dari pada berziarah kepada yang lain atau ahli ibadah yang lain. Ia mengharap orang-orang memenuhi segala kebutuhannya serta menghormatinya, memberikan tempat yang khusus dalam setiap pertemuan, dan menyebutkan dalam setiap pertemuan bahwa ia seorang ahli ibadah, takwa, dan wara . Orang seperti ini berbeda dengan mereka yang beribadah semata-mata karena Allah, mereka yang tidak mengganggap dirinya mulia, ibadah merupakan cara baginya yang hina untuk mendekatkan diri kepada Allah yang maha mulia. Sebaliknya, orang yang beribadah dan menimbulkan rasa mulia atas dirinya dan merendahkan orang lain, seseungguhnya ia tidak mendekatkan dirinya kepada Allah dan pantas bagi Allah untuk menyepelekan ibadah yang dilakukannya (Hawwa, 2006).

  • Sifat sombong karena garis keturunan ( nasab ).

    Seorang yang memiliki nasb bagus (darah biru) akan menganggap rendah orang yang memiliki nasab dibawahnya, walaupun orang itu lebih tinggi ilmunya dan lebih baik amal perbuatannya. Terkadang sebagian orang menganggap orang tidak memiliki garis keturunan seperti dia adalah budak atau orang-orang rendahan dan menghalangi dirinya untuk bergaul dengan mereka. Dari segi pemmbicaraan, orang seperti ini akan selalu membanggakan diri dan menyebut- nyebut kemuliaan nenek moyangnya. Ini merupakan tabiat yang selalu dimiliki orang yang memiliki garis keturunan mulia, walaupun dia orang saleh dan pintar, kecuali apabila ia menyadari bahwa amal perbuatannya yang menjadikan ia mulia dan terhindar dari siksa neraka (Hawwa, 2006: 254-255).

  • Sifat sombong karena kecantikan

    Hal ini lebih banyak dialami oleh kaum wanita dan orang yang sombong atas kecantikkannya. Mereka akan senang meremehkan, menjelekkan, dan menyebarkan kebuerukan orang lain. Sebagaimana diriwayatkan ketika dating seorang wanita menemui Nabi, dan Siti Aisyah berkata kepada beliau “ wanita itu pendek ” dengan mengisyaratkan dengan tangannya. Lalu beliau berkata “ kamu telah menggunjingnya (ghibah)”(Hawwa, 2006).

  • Sifat sombong karena harta

    Hal ini dialami oleh orang kaya yang sombong dengan kekayaannya, seperti pedagang yang sombong dengan perniagaannya, tuan yang sombong dengan tananhnya, atau seseorang sombong atas pakaian, kendaraan, dan binatang peliharaannya. Orang seperti ini akan menyombongkan diri di hadapan orang yang dianggap miskin baginya (Hawwa, 2006: 256).

  • Sifat sombong karena kekuatan

    Hal ini meliputi kekuatan, kedigdayaan, dan kesombongan terhadap orang-orang lemah (Hawwa, 2006). Orang yang memiliki tubuh kuat, tangkas dan tidak mudah dikalahkan lawannya jikalau sedang bergulat dan mengadu ketrampilan senjata dan sebagainya, kadang- kadang menunjukkan kesombongannya kepada orang yang lemah atau yang dianggapnya tidak dapat berbuat seperti apa yang ia lakukannya. Oleh karena itu dengan sebab kekuatan dan ketangkasan seseorang dapat kejangkitan penyakit takabbur /sombong (Al-Ghazali. 1998).

  • Sifat sombong karena pengikut, pendukung, anak, serta keluarga

    Kesombongan ini dimiliki oleh para penguasa yang memiliki banyak pasukan dan pendukung, begitu juga para ulama yang memiliki banyak pengikut. Secara umum kesombongan atas segala kenikmatan yang ia yakini telah mencapai kesempurnaan walaupun sebenarnya masih jauh dari tingkat kesempurnaan. Misalnya perbuatan yang dilakukan oleh orang fasik atas perbuatannya yang fasik, seperti suka minum minuman keras, melakukan perbuatan zina atau sodomi. Ia akan bangga apabila perbuatannya telah mencapai kesempurnaan, walaupun diakui hal itu merupakan perbuatan yang diharamkan.

    Kesombongan ini dilakukan sesama mereka, antara orang yang memiliki pengikut, pendukung atau pengikut dan pendukung yang mendukung minumarak, berzina dan lain-lain (Hawwa, 2006).

Bentuk-bentuk Sombong


Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia cenderung melakukan kedzaliman dan kebodohan, terkadang ia sombong terhadap manusia. Dan terkadang sombong terhadap Allah. Dengan demikian, sombong dari segi pihak yang disombongi ( mutakkabir ‘alaih ) dibagi menjadi tiga bagian:

  • Sombong kepada Allah

    Kesombongan ini merupakan kesombongan yang paling buruk dan hal ini dilakukan oleh orang-orang yang membangkang. Seperti kisahnya Raja Namrud atau orang yang mengaku dirinya tuhan atau Raja Fir’aun yang mengaku tidak ada tuhan selain dirinya. Fir’aun dan kesombongannya berkata: “aku adalah tuhan kalian yang paling tinggi.” Dengan penolakan bahwa dirinya adalah hamba Allah (manusia biasa). Allah berfirman:

    Artinya: Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. An-Nisaa 4:170). (Hawwa, 2006).

  • Sombong kepada Rasul

    Kesombongan ini merasa dirinya mulia, sehingga tidak pantas untuk mengikuti para Rasul yang mereka anggap seperti manusia biasa. Kesombongan seperti ini terkadang memalingkan pikirannya yang jernih sehingga terpuruk. Hingga mereka menolak seruan para Rasul dengan mengira bahwa mereka lebih berhak menjadi Nabi dan Rasul daripada mereka yang telah diangkat oleh Allah sebagai Rasul. Selain itu terkadang mengakui kenabian para Rasul yang telah diangkat oleh Allah, akan tetapi enggan untuk mengikutinya atau bersikap rendah hati ( tawadhu’ ) dihadapan mereka. Sebagaimana Allah sebutkan atas perkataan mereka (Hawwa, 2006).

  • Sombong terhadap manusia

    Seseorang yang memuliakan dirinya sendiri menganggap orang lain hina, tidak mau mematuhi orang lain, ingin selalu berada diatas orang lain, meremehkan dan merendahkan orang lain. Kesombongan seperti ini meskipun berada dibawah poin pertama dan kedua, tetapi juga dikategorikan dosa besar dilihat dari pertama kesombongan, memuliakan, dan mengagungkan diri sendiri tidak mungkin dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki kemampuan dan kekuasaan (Hawwa. 2006).

Sombong (takabur) adalah sifat buruk yang dapat menggelincirkan manusia ke dalam azab yang pedih. Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Ibn Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.”

Untuk menghindarinya, kita tidak bisa lakukan begitu saja tetapi kita mesti mengetahui peluang yang mendorong dan menyebabkan timbulnya kesombongan itu. Berikut ini hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya sifat sombong :

  • Pertama, ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Orang bisa sombong karena merasa mempunyai ilmu dan menganggap orang lain lebih bodoh.

  • Kedua, ibadah dan amal saleh yang dikerjakannya. Niatnya bercampur dengan riya dan sum’ah atau ingin mendapatkan pujian dari makhluk. Gemar sekali kalau dinyatakan oleh orang bahwa dirinya orang saleh, ahli ibadah, lebih pintar hukum, dan segudang pujian lain nya. Bahkan, ia sangat suka jika orang lain mengatakan kalau dirinya jarang melakukan perbuatan maksiat atau dosa.

  • Ketiga, keturunan atau nasabnya. Seseorang yang berasal dari keturunan terhormat, bangsawan, dan sebagainya lebih ber pe luang sombong dibandingkan orang dari keturunan biasa-biasa saja. Ia cenderung memandang remeh terhadap orang lain.

  • Keempat, harta kekayaan yang dimilikinya. Orang yang ber gelimangan harta mudah terseret pada semacam rasa haus ingin dipuji. Ia merindukan suatu kehormatan dari orang lain karena kekayaannya. Dengan kekayaan yang dimilikinya, sering kali ia meremehkan orang lain yang hartanya tak sebanding dengannya. Hal yang lebih berbahaya lagi, si kaya ini tak segan-segan memperlakukan orang lain (orang miskin) dengan sikap kesewenang-wenangan. Anggapannya ialah segalanya dapat dibeli dengan uang. Orang lain dengan mudahnya dapat dipermainkan dengan harta.

  • Kelima, keelokan wajah yang dimilikinya. Merasa kalau dirinya yang paling cantik atau tampan sehingga lagak dan gayanya berlebih-lebihan. Bahkan, karena keelokan wajahnya, orang itu tidak meniti jalan yang baik, tetapi digunakan di jalan maksiat karena merasa memudahkan ia berbuat zina.

  • Keenam, kekuasaan. Sombong karena kekuasaan berakibat sangat berbahaya dan membahayakan orang lain. Kesombongan ini berakibat munculnya tindak kezaliman (kesewenang-wenangan). Karena kekuasaan yang dimilikinya, lalu ia berbuat sekehendak hatinya.

  • Ketujuh, kaum atau golongannya lebih banyak. Dengan golongan yang besar, ia menganggap dirinya mempunyai kharisma yang agung. Padahal, golongan dan pengikut yang banyak hanya bisa dirasakan di dunia. Di akhirat yang menjadi pengikut setia hanyalah amal kebaikan yang diterima Allah.

Kesombongan merusak jiwa dan menutup kalbu sehingga lupa jika hanya Allah yang Agung.

1 Like

Diantara sifat-sifat tercela yang telah dicela oleh Allah dan RasulNya ialah sifat sombong. Dan yang dimaksud sombong disini ialah sebagaimana dikatakan oleh al-Ghazali: “Yang dimaksud sombong adalah menganggungkan dirinya sendiri dan memandang dirinya lebih baik dari pada orang lain”.

Adapun para ulama, ada yang menjelaskan pengertian sombong dengan mengatakan: “Sombong ialah seseorang mengagungkan dirinya sendiri serta menganggap bahwa dirinya lebih baik dari pada orang lain, dan merendahkan serta meremehkan orang lain ditambah sikap membanggakan diri pada kondisi yang seharusnya dia merasa tawadhu (rendah diri)”.

Dan kalau kita cermati dari dua pengertian diatas maka kesimpulannya hampir sama dalam hakikat maknanya.Dalam sebuah ayat dijelaskan

image

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS Luqman: 18).

Firman Allah ta’ala:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu”.

Maksudnya membuang muka dan memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, sedangkan makna al-Marahuialah berjalan dengan angkuh.

Dan Allah ta’ala pernah berfirman tentang Musa 'alaihi sallam

image

Dan Musa berkata: “Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabbmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari penghitungan”. (QS Ghaafir: 27).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita, bahwa sombong itu terjadi pada dua hal:

  • Pertama: Menganggap dirinya lebih besar dari Allah, atau agama atau Rasulnya. Seperti anggapan Fir’aun serta orang-orang yang semisal dengannya, yangcongkak enggan untukmenjadi hamba Allah azza wa jalla

  • Kedua: Sombong terhadap makhluk, adapun pengertiannya telah kita jelaskan diatas, yaitu meremehkan, merendahkan dan memandang hina orang lain. Dan biasanya hal ini hanya muncul dari kalangan orang-orang yang rendah martabat dan memiliki kekurangan, karena mereka ingin mengganti kekurangannya dengan menampakkan yang memang bukan menjadi bagiannya, sehingga timbul sikap sombong dari mereka.

image

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu padaku: 'Hendaknya kalian bersikap tawadhu jangan sampai salah seorang (diantara kalian) sombong dihadapan yang lain, karena itu tidak pantas dilakukan”. HR Abu Dawud.

Al-Ghazali pernah mengatakan: 'Kesombongan adalah penyakit akut yang sangat ganas, yang bisa membinasakan orang-orang yang terkemuka dari kalangan para makhluk. Dan sedikit sekali yang bisa selamat darinya, baik kalangan ahli ibadah, zuhad maupun para ulama, terlebih orang-orang awamnya.

Bagaimana tidak bahaya sedangkan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: ‘Tidak akan masuk surga orang yang masih ada didalam hatinya sifat sombong walau hanya seberat biji sawi’. Sehingga sifat sombong yang dimilikinya sebagai penghalang untuk masuk surga, karena kesombongan akan membelokkan antara seorang hamba dan akhlak kaum muslimin secara umum.

Sedangkan akhlak mulia adalah pintu dari pintu-pintu surga, adapun kesombongan maka dia akan menutup pintu-pintu tersebut. Disamping itu, orang yang sombong biasanya tidak mungkin sanggup untuk mencintai saudaranya sesama mukmin seperti halnya dia mencintai untuk dirinya sendiri.

2 Likes

Didalam Surat Al-A’raf: 13 menyatakan bahwa Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina”.

As-Suyuthi menjelaskan didalam bukunya Terjemahan Tafsir Jalalain bahwa Allah menyuruh iblis untuk bersujud, namun iblis membangkangnya dengan berkata kepada Allah “Aku lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah’’ , dengan begitu Allah menyuruh iblis keluar dari surga dikarenakan tidak layak bagi kamu yang menyombongkan diri didalamnya (As-Suyuthi,1990)

Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas dalam sabda beliau, “ sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”. Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain. ( Syarh Riyadus Shaalihin , II/301, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam)