Apa yang dimaksud dengan Hedonisme?

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Gaya hidup hedonisme adalah gemar bersenang-senang.

Arti dari kata Hedon adalah kesenangan (pleasure). Sehingga aliran hedonisme menganggap bahwa sesuatu dianggap baik jika sesuai dengan kesenangan yang didapatkannya, sebaliknya sesuatu yang mendatangkan kesusahan, penderitaan atau tidak menyenangkan dinilai tidak baik.

Individu yang menganut aliran hedonis menganggap atau menjadikan kesenangan sebagai tujuan hidupnya (Salam 2008).

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang
menyakitkan.

Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Aristipus (435-366SM), salah satu pengikut Socrates, mengajarkan bahwa kesenangan merupakan satu-satunya yang ingin dicari manusia. Kesenangan dapat diperoleh langsung dari panca indra. Orang yang bijaksana selalu mengusahakan pleasure sebanyak – banyaknya, sebab kesakitan (pain) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Tokoh lain yakni Epicurus (341-270 SM) tokoh masa hellenisme, memiliki argument yang lebih rinci mengenai hedonism baginya kesenangan tetap menjadi sumber norma, tetapi tidak hanya meliputi pleasure jasmaniah saja sebab pleasure seperti ini akan menimbulkan pain juga.

Engel, dkk. (dalam Masmuadi, 2007) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup disini merupakan fungsi motivasi dalam mencerminkan nilai konsumen. Dengan kata lain masalah gaya hidup erat kaitannya dengan pola konsumtif.

Jenis orang yang senang memuja kesenangan materi adalah sangat berkaitan dengan konsumerisme, yang berhubungan bagaimana kita mendapatkan kesenangan dunia itu, dengan membeli materi-materi yang berlimpah, yang mungkin kita menganggap materi itu bukan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak, seperti penulis pernah lihat disebuah acara program televisi bagaimana seorang artis ibukota mampu menghabiskan uang ratusan juta demi harga sebuah tas.

Tanda-tanda orang hedonis adalah menganggap bahwa materi adalah tujuan akhir untuk mendapat kesenangan, entah dengan cara bagaimana mendapatkan materi baik halal maupun haram yang dilarang agama (Sholihah dan Kuswardani, 2009).

Menurut Levan’s & Linda (Rianton, 2012) gaya hidup hedonis adalah pola perilaku yang dapat diketahui dari aktifitas, minat maupun pendapat yang selalu menekankan pada kesenangan hidup.

Menurut Susianto (Rianton, 2012) menjelaskan bawa gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang mengarahkan aktifitasnya untuk mencari kesenangan hidup dan aktifitas tersebut berupa menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang yang kurang diperlukan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Menurut Susanto (Martha, 2008), menyatakan bahwa atribut kecenderungan gaya hidup hedonis meliputi lebih senang mengisi waktu luang di mall, kafe, dan restoran-restoran makanan siap saji (fast food), serta memiliki sejumlah barang-barang dengan merek prestisius.

Gaya hidup hedonis mempengaruhi gejala aspek perilaku konsumsi seseorang konsumen. Gaya hidup seseorang merupakan fungsi karakteristik atau sifat individu yang sudah dibentuk melalui interaksi lingkungan, orang yang semula tidak boros (Hemat) menjadi pemboros setelah bergaul dengan orang-orang yang pemboros.

Menurut Well dan Tigert, aspek-aspek gaya hidup hedonis adalah:

  1. Minat
    Minat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topic yang menekankan pada unsur kesenangan hidup. Antara lain adalah fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

  2. Aktivitas
    Aktifitas yang dimaksud adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat. Misalnya lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat perbelanjaan dan kafe.

  3. Opini
    Opini adalah pendapat seseorang yang diberikan dalam merespon situasi ketika muncul perrtanyaan-pertanyaan atau tentang isu-isu sosial dan produk-produk yang berkaitan dengan hidup.

Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus (341-270SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM). Mereka berdualah yang dikenal sebagai perintis paham Hedonisme. Kata hedonis sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu hedon yang berarti nikmat, kegembiraan, kesenangan, kepuasan (pleasure).

Hedonis sendiri menggambarkan berbagai macam pemikiran yang menjadikan kesenangan sebagai pusat kendali. Hedonisme menyimpulkan bahwa kesenangan adalah kebaikan tertinggi, serta sesuatu yang membawa kesenangan atau kenikmatan adalah benar.

Dalam bahasa Arab “Hedonisme” disebut dengan istilah “Mazhab Al Mut’ah” atau “Madhzab Al Ladzzdzah”. Kemudian dalam kamus besar Ilmu pengetahuan hedonisme adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kenikmatan atau pemenuhan hasrat, entah secara sensual atau rohani, menentukan nilai moral.

Hedonisme

Hedonisme adalah pola hidup individu yang menganggap bahwa kenikmatan materi sebagai tujuan utama untuk mencari kesenangan. Karakteristik hedonisme adalah kebendaan yang di ukur dengan hartayang dinilai dengan uang, dengan uang tersebut individu dapat mencari kesenangan. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak.

Individu yang menganut budaya hedonisme, menganggap uang adalah segala-segalanya dan kesenangan yang dicari berlandaskan materi. Individu yang hedonisme cenderung konsumtif.

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Pengertian hedonisme hampir serupa dengan materialisme tetapi hedonisme lebih menuju kepada penghamburan materi, berpesta pora, menjalani hidup sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas.

Merujuk ke dalam pengertian hedonis yang hanya menjadikan kesenangan sebagai kenikmatan semata, maka hal ini juga selaras dengan orang-orang yang diperdaya oleh dunia yang tidak lain ialah orang-orang yang cinta pada dunia. Dengan demikian, hedonism dapat diartikan sebagai sebuah doktrin yang berpegang bahwa tingkah laku itu digerakkan oleh keinginan atau hasrat terhadap kesenangan dan menghindar dari segala penderitaan.

Dalam filsafat Yunani, istilah Hedonisme sudah ditemukan oleh Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-355 s.M.), seorang murid dari Sokrates.

Sokrates bertanya tentang tujuan terakhir bagi kehidupan manusia atau apa yang sesungguhnya baik bagi manusia, tapi Sokrates sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan itu dan hanya mengkritik jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh orang lain. Aristippos menjawab yang sesungguhnya baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal itu terbukti karena sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik akan kesenangan dan apabila sudah tercapai ia tidak mencari yang lainnya lagi.

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “ Hedone ” yang berarti kesenangan atau kenikmatan. Dalam kamus Collins Gem (1993) dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Atau hedonisme adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata-mata (Echols,2003).

Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini adalah untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia.

Ciri aliran hedonisme adalah kebahagiaan diperoleh dengan mencari perasaan-perasaan menyenangkan dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak. Contohnya adalah makan akan menimbulkan kenikmatan jika membawa efek kesehatan, tetapi makan yang berlebihan akan menimbulkan badan sakit. Hedonisme memiliki dampak negatif, yang paling banyak terjadi adalah manusia sibuk mencari kesenangan yang lebih dan lebih sehingga muncul rasa „tidak akan pernah puas‟ dalam dirinya. Dengan tidak pernah puasnya tersebut, manusia yang termasuk dalam golongan hedonis akan cenderung egois atau mementingkan kepentingan pribadi demi kebahagiaan pribadi pula.

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epicurus yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati”.

Paradigma hedonistis memfokuskan pandangannya pada pencarian kesenangan dan penghindaran terhadap segala penderitaan. Namun dewasa ini substansi secara harfiah sudah tidak lagi menemukan relevansinya. Nampaknya tidak ada persamaan persepsi mengenai apa-apa saja yang sebenarnya bisa mendatangkan kesenangan dan apa-apa saja aktivitas yang bisa mendatangkan penderitaan. Esensi filosofis hedonistik terkadang punya konotasi seksual atau pemikiran liberal.

Berbicara mengenai hedonisme, maka kita tidak bisa mengesampingkan seorang filosof Yunani yang dinilai punya peranan signifikan dalam membangun epistemologi hedonisme, yaitu Epicurus of Sámos (341-270 SM). Yang kelak prinsip-prinsip ajarannya tersebut dikenal dengan Epicureanisme. Epicureanisme adalah sebuah sistem filsafat yang bersumber dai ajaran-ajaran Epicurus yang dicetuskan sekitar tahun 307 SM. Inti epistemologi Epicureanisme dibangun diatas tiga kriteria kebenaran: Sensasi atau gambaran (aesthêsis), pra-konsepsi atau prasangka (prolêpsis) dan terakhir feelings atau perasaan (pathê). Prolepsis diartikan sebagai “kekuatan dasar” dan juga bisa didefinisikan sebagai “gagasan universal”, yaitu sebuah konsep dan cita-cita yang bisa dimengerti oleh semua orang.

Menurut Epicurus, kesenangan bukanlah sesuatu yang pada dasarnya menyenangkan, justru kesenangan adalah kondisi sejahtera. Karena menurut dia kesenangan itu relatif. Dengan demikian, Epicureanisme melepaskan diri dari proposisi yang sebelumnya: kesenangan dan „manfaat yang utama‟ (the highest good) itu sejajar, Epicurus mengklaim bahwa kesenangan yang paling tinggi tercapai dari sesuatu yang sederhana, semisal kehidupan sederhana yang dijalani bersama teman-teman dan dari diskusi-diskusi filosofis. Dia menekankan bahwa, bukanlah hal baik jika seseorang melakukan sesuatu yang membuat seseorang yang lain (teman) merasa baik, yang apabila dengan pengalaman perbuatan tersebut seseorang justru meremehkan pengalaman-pengalaman yang akan datang dan membuat seseorang yang lain merasa tidak lagi nyaman. Sayangnya, Epicurus tidak menjelaskan sistem sosial etikanya secara panjang lebar. Dengan arti lain, sistem sosial etikanya Epicurus mengalami kebuntuan pada tataran fungsionalisasi.

Ada tiga sudut pandang dari faham ini yaitu:

  • Hedonisme individualistik/egostik, hedonisme yang menilai bahwa jika suatu keputusan baik bagi pribadinya maka disebut baik, sedangkan jika keputusan tersebut tidak baik maka itulah yang buruk.

  • Hedonisme rasional/rationalistic, hedonisme yang berpendapat bahwa kebahagian atau kelezatan individu itu haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat.

  • Universalistic, hedonisme yang menyatakan bahwa yang menjadi tolok ukur apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah mengacu kepada akibat perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada seluruh makhluk.

Referensi :

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta, Kanisius 2000).

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme merupakan suatu paham tentang kesenangan yang kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani bernama Epikuros (341- 270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikuros lebih luas karena tidak hanya mencangkup kesenangan badani saja seperti kaum Aristippus, melainkan kesenangan rohani juga, seperti kebebasan jiwa dari keresahan (Praja dan Damayantie, 2013: 184).

Demikian sejarah singkat awal mula munculnya istilah hedonisme yang kini makin marak di masyarakat dunia termasuk Indonesia. Hedonisme dalam pemahaman umum yang menggejala dalam masyarakat sudah menyimpang jauh dari ajaran hedonisme Epikuros. Epikuros membatasi bahwa kenikmatan adalah tiadanya rasa sakit pada jiwa dan raga. Kenikmatan yang sesungguhnya bagi Epikuros diperoleh dengan cara bijak dalam menyikapi keinginan- keinginan. Keinginan- keinginan yang menimbulkan efek ketidak nikmatan, mesti dibiarkan berlalu saja. Kenikmatan dalam pengertian yang terbatas. Kenikmatan dalam pemahaman umum bukan lagi kenikmatan yang terbatas tetapi kenikmatan yang sudah tidak ada lagi batasnya. Contohnya ialah, individualisme menggejala semakin radikal, juga ambisi merebut peluang untuk memperoleh keuntungan materi yang sebesar- besarnya. Dalam skala besar, hedonisme melahirkan suasana kompetitif yang keras dan persaingan tidak sehat. Kenyataan tersebut telah menyimpang jauh dari pemahaman kenikmatan menurut Epikuros (Sudarsih, 2007: 2).

Hedonisme menurut anggapan umum identik dengan hidup enak dan foya- foya tanpa memperdulikan lagi akibat- akibatnya, termasuk bencana pada masa depan. Hedonisme dalam pengertian ini akan mengancam masa depan umat manusia dan lingkungannya. Hedonisme menggejala sebagai sikap hidup yang memuja kenikmatan dan kebahagiaan dari sisi materi saja. Kenikmatan selalu dipandang sebagai suatu yang sifatnya jasmaniah saja. Nilai jasmaniahnya sebagai nilai utama. ( Sudarsih, 2007: 1).

Paham hedonisme ini pun melahirkan perilaku atau sikap yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki paham hedonisme tersebut. Sikap ini disebut dengan sikap hedonis. Sudarsih (2007: 2) memaparkan sikap hidup hedonis dalam pemahaman umum yang menggejala dalam masyarakat, yakni sikap hidup yang cenderung foya- foya dan lebih berkonotasi materi. Kenikmatan diukur dari sisi materi dan masih berdasar dari kondisi lingkungan sekitar demi memuaskan keinginan untuk dapat berada dalam kelas atau status sosial tertentu.

Menurut Chaney dalam Idi Subandy (1997: 56) gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang dengan keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disukainya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian, walaupun untuk mendapatkan berbagai hal tersebut harus dengan menghalalkan berbagaimacam cara.

Eramadina dalam Almira (2016: 34) gaya hidup hedonis memiliki sifat dan karakteristik perilaku atau budaya yang menginginkan keseluruhan kehidupan penuh dengan kesenang-senangan yang bisa dirasakan dan memuaskan keinginan, sehingga tujuan akhir dari kehidupan ini adalah kesenangan. Dalam perkembangannya gaya hidup hedonis cenderung menyerang remaja. Karena pada masa remaja, individu sedang dalam keadaan mencari jati diri.

Sedangkan menurut Sujanto dalam Sudarsih (2007: 7) menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis yang berorientasi pada kesenangan umumnya banyak ditemukan dikalangan remaja. Hal ini karena remaja mulai mencari identitas diri melalui penggunaan simbol- simbol status seperti mobil, pakaian, dan memiliki barang- barang lain yang dapat terlihat.

Hedonis muncul dari faham hedonisme yang memandang kehidupan atas dasar kenikmatan dunia dan orientasi hidupnya adalah untuk mencari kenikmatan dan kebahagiaan duaniawi berupa materi sebanyakbanyaknya. Pada dasarnya perbedaan dari hedonisme dan hedonis ialah, hedonisme merupakan suatu paham hidup seseorang yang sudah mendarah daging dan tidak dapat dipisahkan pada diri seseorang yang sudah menganutnya. Tetapi hedonis ialah suatu sikap atau perilaku yang timbul atau muncul dari paham hedonisme. Jadi orang yang memiliki paham hedonisme sudah pasti berperilaku hedonis, tetapi tidak semua orang yang berperilaku hedonis memiliki paham hidup hedonisme. Dalam hal ini biasanya para remaja memiliki gaya hidup hedonis dikarenakan hanya sekedar ikut- ikutan atau meniru lingkungan sekitar mereka.

Referensi

http://digilib.unila.ac.id/25776/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf

Hedonisme pertama kali dikemukakan oleh seorang filosof dari Yunani yaitu aristippos (433-335 S.M) yang mengatakan bahwa hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan.Ia menekankan bahwa kesenangan harus dimengerti sebagai kesenangan actual, bukan kesenangan dari masa lalu.Akan tetapi ada batasan untuk mencari kesenangan. Aristippos mengakui perlu adanya pengendalin diri, dimana pengendalian diri adalah yang akan mengontrol cara untuk mendapatkan kesenangan.

Menurut Kartono hedonisme adalah gaya hidup atau pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama dari hidup. Ketika ada hal baik dan sesuai dengan keinginan individu pasti akan meningkatkan kesenngan individu tersebut. Kesenangan identik dengan uang dan berbelanja.

Faktor-Faktor gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu tersebut.Seperti kegiatan untuk mendapatkan barang dan menggunakan jasa dan pngambilan keputusan pada penentuan kegiatan tersebut. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu:

  1. Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) yang diantaranya:
  • Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan pola pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhdap suatu objek melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

  • Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatansosial dalam tingkah laku, pengalaman diperoleh dari masa lalu. Semakin banyak hal yang didapat di masa lalu maka semakin banyaklah pengalaman yang kemudian dijadikan pelajaran di masa yang akan datang.

  • Kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain atau sifat yang bisa diukur dan ditunjukkan dan mempengaruhi perilaku seseorang tersebut.

  • Persepsi. Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

  1. Faktor yang berasal dari eksternal diantaranya:
  • Keluarga. Keluarga memegang peran besar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.

  • Kebudayaan. Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan yang diperoleh individu sebagai masyarakat.

  • Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku seseorang.

Ciri – Ciri Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup seseorang merupakan fungsi karakteristik atau sifat individu yang sudah dibentuk melalui interaksi lingkungan, orang yang semulanya tidak boros menjadi pemboros setelah bergaul dengan orang-orang yang boros. Kecendrungan gaya hidup hedonisme seperti lebih senang mengisi waktu luang di mall, café dan restoran-restoran makanan siap saji (fast food) serta memiliki sejumlah barang dengan merk prestisius. Ciri-ciri gaya hidup hedonism menurut rahardjo dan Silalahi (2007) yaitu:

  1. Memiliki keinginan-keinginan spontan yang muncul.

  2. Menjadi pengejar modernitas fisik. Orang tersebut berpandangan bahwa memiliki barang-barang bertekhnologi tinggi adalah kesenangan dan kebanggaan tersendiri.

  3. Memiliki pandangan gaya instan, melihat sesuatu dari hasil akhir dan bukan proses.

  4. Berpikiran pendek atau negative. Ketika mendapat masalah yang dia anggap berat muncul anggapan bahwa dunia membencinya.

  5. Memiliki relativitas kenikmatan diatas rata-rata yang tinggi. Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi orang lain sudah termasuk enak, namun baginya masih belum enak.

Karakteristik gaya hidup hedonisme antara lain:

  1. Berasal di kalangan berada dan memiliki banyak materi karena banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup. Tapi jaman sekarang banyak juga yang memaksakan untuk gaya hidup hedonisme demi status sosial dan mengikuti perkembangan jaman.

  2. Pada umumnya tinggal dan hidup di kota besar yang berkaitan dengan akses informasi yang mudah didapat dan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang.

  3. Secara intens mengikuti perkembangan jamanmelalui media sosial agar dapat mengetahui barang atau sesuatu yang sedang hits di masyarakat.

  4. Umumnya memiliki penampilan yang modis.