Apa yang dimaksud dengan durhaka?

durhaka

Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u: memutus, merobek, memotong, membelah.

Al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya.

Menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya. Apa yang dimaksud dengan durhaka?

Menurut Taqiyuddin As-Subki, seperti dikutip Badruddin Al-‘Ayni dalam ‘Umdatul Qari, mengatakan, “Yang dimaksud durhaka ialah segala tindakan yang menyakiti hati orang tua, baik sedikit maupun banyak”.

Dalam Al-Mustadrak karya Al-Hakim, Abu Bakrah mendengar Rasulullah SAW berkata:

كل الذنوب يؤخر الله ما شاء منها إلى يوم القيامة إلا عقوق الوالدين فإن الله تعالى يعجل لصاحبه في الحياة قبل الممات

Artinya, “Allah SWT akan mengakhirkan balasan setiap dosa hingga hari kiamat kelak, kecuali dosa durhaka kepada orang tua. Dia mempercepat balasannya pada waktu masih hidup atau sebelum meninggal” (HR Al-Baihaqi).

Menurut Al-Nawawi dalam kumpulan fatwanya, Fatawa al-Nawawi, berpendapat:

أما مطالبتهما له في الآخرة فلا طريق إلى إبطالها، ولكن ينبغي له بعد الندم على ذلك، أن يكثر من استغفار لهما والدعاء، وأن يتصدق عنهما إن أمكن، وأن يكرم من كانا يحبان إكرامه: من صديق لهما ونحوه، وأن يصل رحمهما، وأن يقضي دينهما، أو ما تيسر له من ذلك

Artinya, “Tuntutan kedua orang tua kepada anak durhaka di akhirat, tidak ada jalan untuk membatalkannya. Tapi sebaiknya, anak durhaka yang sudah tobat dan menyesal, memperbanyak istighfar (minta ampun) dan berdo’a untuk kedua orang tuanya. Kalau mampu, perbanyak sedekah atas nama orang tua, mengormati orang yang dihormati oleh kedua orang tua semasa beliau masih hidup, seperti temannya. Menyambung tali silaturahmi (dengan saudara atau teman orang tua), membayar hutangnya, atau melakukan apapun yang mudah baginya.”

Cerita berikut ini, semoga, dapat menghindari kita dari perbuatan maupun perkataan yang membuat kita durhaka kepada kedua orangtua,

Sementara Pintu Syurga masih terbuka di Rumahmu, Segeralah masuk, Jangan sampai tertutup.

Saya menziarahi seorang kawan yg kematian ibunya yang selalu dijaganya selama ini, dia berbisik kepada saya sewaktu bersalaman,
“Telah HILANG PINTU SYURGA di RUMAH saya…”

Saya hanya mengucap ta’ziah dan menyantuninya dengan nasehat untuk mengikhlaskan dan bersabar.

Apa maksud ucapannya PINTU SYURGA di RUMAH nya telah HILANG ???

Ini adalah satu perkataan orang yang ber-ilmu dan orang yang mengetahui

Apa yang disebut oleh kawan saya ini pernah disebut oleh sorang tabi’in Iyas bin Mu’awiyah, yang menangis tersedu-sedu ketika meninggal salah seorang dari orang tuanya.

Ketika ditanya pada beliau, “Mengapa engkau menangis sedemikian rupa ?"
Maka beliau menjawab;

“aku tidak MENANGIS karena KEMATIAN, sebab yang HIDUP pasti akan MATI…
Akan tetapi yang membuat aku menangis karena dahulu aku memiliki DUA PINTU ke SYURGA… ,
Tapi hari ini TERTUTUPlah SATU PINTU dan tidak akan di buka lagi sampai hari Kiamat.
Aku memohon kepada ALLAH TA’ALA agar aku bisa menjaga pintu SYURGA yang keDUA.

Apa yang disebut oleh Iyas ini adalah berkaitan dengan sabda Rasulullah SAW dari Abu Darda RA.

Rasulullah SAW bersabda:

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

Orang tua ( ibu & ayah) adalah PINTU SYURGA yang paling tengah.
Kamu bisa MENSIA-SIA kan pintu itu atau kamu MENJAGA nya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Jadi kedua orangtua kita adalah ibarat PINTU SYURGA bagi setiap anak,
dengan maksud jika kita BERKHIDMAT dan BERBUAT BAIK kepada KEDUA nya, maka ALLAH akan beri ganjaran SYURGA, tapi siapa yg mensia-siakan peluang ini, akan TERLEPAS lah PELUANGNYA menuju SYURGA melalui pintu tersebut.

Bahkan mereka itu CELAKA

Rasulullah SAW bersabda :

Celaka, Celaka, Celaka.

Lalu ditanyakan kepada Baginda, SIAPA (yang celaka) wahai Rasulullah ??.

Maka Baginda Rasulullah bersabda :

"Siapa saja yang menjumpai kedua orangtuanya, baik salah satu atau kedua-duanya di kala mereka lanjut usia, akan tetapi (perjumpaan tersebut) tidak memasukkannya ke syurga. (HR. Muslim)

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu,telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
image
Maukah aku beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi. “Menyekutukan Allah, dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalumegulangi, “Dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” [Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654, dan Muslim 87]

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besar setelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua). Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu [Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]. Kemudian di antara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorang melaknat kedua orang tuanya [Hadits Riwayat Imam Bukhari]

Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
image
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, danminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” [Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No. 1715 912)]

Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuat durhaka
kepada keduaorang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhakakepada kedua orang tuanya, sebagaimana hadits dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihiwa sallam bersabda.

“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum, khamr (minuman keras) dan orang yangmendustakan qadar” [Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalam SilsilahHadits Shahihnya 675].

Bentuk-bentuk durhaka (uquq) yaitu:

  1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.

  2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.

  3. Membentak atau menghardik orang tua.

  4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

  5. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.

  6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.

  7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orangtua.

  8. Memasukkan kemungkaran kedalam rumah.

  9. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua.

  10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tuadan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.